[ e l e v e n ]

1.3K 115 2
                                    

"King, hanya ada telur dan keju di sini. Kubuatkan omelet saja, tak apa?" tanya Renasha dari dapur.

"Apa pun masakanmu akan kumakan," goda Ravin sambil mengedipkan sebelah matanya. Renasha bergidik, mencibir sambil memajukan bibir bawahnya, cemberut.

"Kenapa kau memajukan bibirmu seperti itu?" tanya Ravin polos. "Kau membuatku ingin makan lagi, kautahu?"

"Bisakah kau tidak membicarakan hal-hal seperti itu?" tanya Renasha kesal.

"Hal-hal seperti apa?" Ravin bertanya lagi sambil mengerlingkan mata, menggoda.

"Serius, kalau kau tidak menutup mulutmu sekarang juga, akan kusumpal dengan telur ini!" gertak Renasha kesal. Dia kesal, demi Tuhan. Malu, juga. Renasha sudah berusaha bersikap biasa-biasa saja, tapi Ravin menggodanya terus! Dia tidak ingin keadaan menjadi canggung. Tapi, dengan Ravin yang menggodanya terus, keadaan jadi terasa sangat menyebalkan.

Argh! Renasha malu! Tidakkah pria itu mengerti perasaan perempuan?

Orang asing, yang baru kenal kemarin malam, kesan pertamanya juga tidak bagus, anggota kerajaan, menciumnya dengan menggebu-gebu seperti tadi. Coba jelaskan bagian mana yang membuat Renasha tidak malu?

Jelas Renasha malu. Dia merasa seperti wanita malam, jalang licik yang memanfaatkan tubuh serta wajah untuk mendapatkan pria kaya serta harta mereka. Tapi sumpah, Renasha lebih memilih menjadi pencuri daripada jadi penjual tubuh seperti itu.

Itu ... menjijikan.

"Hei, kenapa melamun?" Saking asyiknya melamun, Renasha jadi tidak sadar Ravin sudah berdiri di depannya dari tadi.

"Huh? Tidak, tidak apa-apa," jawab Renasha terbata-bata, gugup. Jarak dirinya dan Ravin terlalu dekat, demi Tuhan, sampai dia bisa mencium wangi tubuh Ravin, sabun murahan yang Renasha beli di pasar. Dan sepertinya Ravin menyadari, karena pria itu sudah menyeringai menggoda.

"Terlalu dekat, eh?" bisik pria itu di telinganya. "Bukankah jarak ini masih terlalu jauh dibanding yang tadi?"

Wajah Renasha merah padam. Dengan kesal, dia melempar lap dapur lalu berlari menaiki tangga menuju kamarnya sambil menggigit bibir.

Tidakkah Ravin mengerti dirinya merasa seperti jalang yang terkesan menjual tubuhnya karena dia anggota kerajaan? Dia malu, demi Tuhan. Dia sudah merasa seperti jalang sekarang. Dan dia ... sakit hati, karena Ravin memperlakukannya seperti seorang murahan yang sedikit digoda saja sudah luluh.

Dia kecewa, ternyata Ravin seperti itu.

Dan dia juga bertanya-tanya dalam benak, apakah Ravin sudah merencanakan ini semua, mentang-mentang dia orang miskin? Apakah Ravin memang sudah memata-matainya sejak lama, dan sudah merencanakan ini sejak lama juga?

Demi Tuhan.[]

when she met the highnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang