I gotta

624 83 4
                                    

21 Februari 2015
Lima tahun sebelumnya..

________


Na Jaemin dan Huang Renjun.

Dua sejoli yang telah memutuskan untuk hidup bersama sejak dilahirkannya mereka berdua ke dunia. Seperti cerita klasik telenovela di televisi tiap sabtu malam. Persahabatan orangtua, perjodohan anak-anak mereka, hidup bahagia, tamat.

Tapi kenyataan tidak semudah itu. Orangtua mereka memang dekat, bahkan ayah Jaemin merupakan partner in crime-nya ayah Renjun. Bisa dibilang hubungan keluarga mereka sangat bagus. Sayangnya keluarga Huang adalah tipe keluarga yang memegang teguh adat dan norma.

Keluarga kelas menengah ke atas, bahagia, harmonis, terpandang, dan sudah pasti, normal.

Ini sedikit menyulitkan hubungan mereka. Ya, hubungan yang tidak seharusnya tercipta.

Alih-alih menjadi rekan kerja seperti yang dilakukan sang ayah, mereka justru larut dalam perasaan tak bermuara bernama cinta. Mendobrak habis norma asusila yang berlaku dalam keluarga dan pandangan masyarakat.

Mereka tahu itu salah, namun siapa peduli bila rayuan manis dan kata penuh sayang telah memenuhi rongga hati. Bergantungkan perasaan satu sama lain, Jaemin dan Renjun hanya dapat berharap jikalau langit boleh merestui keduanya.

Selama bersamamu, aku bisa melewati apa saja bahkan mimpi terburuk sekalipun

________


Nelangsanya hati saat kedua orangtua mengetahui apa yang telah terjalin di antara putra-putra mereka. Amarah dan kecewa tak dapat ditutupi dari sorot mata Tuan Huang, menatap nanar kepada sang putra.

"Baba.. aku mencintai Jaemin, hanya dia."

"Aku mohon, biarkan kami bahagia."

PLAK!

"Baba!"

Sang ibu memekik menyaksikan apa yang dilakukan sang suami kepada anak mereka. Lantas ia menghampiri dan memeluk Renjun yang jatuh berlutut di hadapan ayahnya.

Wajah manis itu tertoleh ke samping. Pandangannya kosong karena terkejut, Renjun bisa merasakan pipinya memanas.

Bukan hanya fisik, tetapi batinnya seolah ikut tertampar. Sang ayah tak pernah memperlakukan sang anak dengan kekerasan sebelumnya. Namun kali ini..

"OMONG KOSONG MACAM APA HUANG RENJUN?! Apa kau pikir Mama dan Baba mendidikmu menjadi lelaki menjijikan seperti ini, hah!"

Renjun menunduk, mencoba meredam isakan dengan menggigit bibir bawahnya. Hatinya terguncang, sakit.

Tidak boleh menangis, tidak boleh menangis

Memerah wajah sang ayah, rautnya menunjukan rasa amarah memuncak. Tak ada lagi tatapan penuh kasih sayang, yang ada hanyalah kekecewaan dan rasa jijik.

"Kemasi barangmu, jangan pernah menampakkan diri lagi di hadapanku."

"Baba!" Itu ibunya, memprotes ucapan dari kepala keluarga mereka.

Renjun mendongak, matanya berkaca-kaca. Apakah ia diusir? Apa ini artinya ia tak diterima? Baiklah, Renjun tak akan memaksa. Pandangannya teralih pada sang ibu, lalu tersenyum menenangkan.

"Tidak apa Mama.. ini salahku," tangannya terangkat mengusap air mata ibunya.

Sang ibu menggeleng kuat. "Renjun, Renjun, anakku. Tidak perlu pergi." Mendekap sang anak erat karena tak ingin kehilangan putra tersayangnya.

Location Unknown [ㅈaem-ㄹen] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang