Part 4|Care not care

18.5K 1.2K 27
                                    

Happy reading and sorry for typo!
___________________________________

     Suara denting sendok yang beradu dengan piring menjadi satu-satunya suara yang mengiringi acara makan malam keluarga yang baru saja pindah di rumah baru mereka.

Semua tampak khidmat menikmati makan malam masing-masing. Termaksud Rio yang sedang menyuap makanan kemulutnya dengan tidak bertenaga. Memang sebuah kebiasaan mereka untuk tidak berbicara disaat sedang makan.

"Rio selesai."

Dua detik semua pasang mata yang ada disitu tertuju pada Rio yang telah bangun dari duduknya, hendak beranjak dari sana. Kemudian fokus kembali kepada makanannya masing-masing. Meski harus ditekankan bahwa yang cuma kembali fokus pada makanannya adalah sang papa yang memang cuek dengan segala hal.

"Cepat sekali kamu makannya, nak." Mina, mama Rio sedikit mengomel, "biasanya kamu makan banyak."

Rio menyisir poninya yang kepanjangan ke belakang, gerakan refleks ketika ia bingung harus menjawab apa. Ia memang merasa sedikit aneh mengapa hari ini ia tidak bernafsu makan. Padahal ia bukanlah tipe orang yang jaim soal makan.

Mina yang hapal betul gerak-gerik Rio, berkata, "nggak tahu mau jawab apa?"

Rio berdehem, "iya, mah."

Seperti ada yang mengganjal, mata Rio menyapu seluruh sudut ruangan, "Desti dimana? Kenapa nggak ikut makan?" Tanya Rio sedikit cerewet.

"Ooo, ini... Adestinya lagi main ke rumah sebelah."

Mina mengamati raut muka putranya yang mendadak datar. Sebagai seorang ibu, ia paham apa yang membuat putranya seperti itu.

Tadi pagi ia baru saja mendapat fakta bahwa tetangga barunya adalah mantan besannya dahulu. Ia benar-benar terkejut ketika melihat Sera, ibu dari mantan istri putranya yang sedang membeli sayuran di depan rumah, dan ketika itu ia juga hendak membeli sayur yang mau tidak mau terjadilah pertemuan canggung yang tidak dinginkan. Mereka tidak banyak bicara, hanya bertanya dan menjawab seadanya. Merekapun tidak berniat membahas perihal masa lalu anak mereka. Karena baik Mina maupun Sera tahu,  bahwa topik itu hanya akan menunjukkan kalau kejadian masa lalu menimbulkan benci si kedua belah pihak.

Mina tidak tahu mengapa teori 'dunia itu sempit' menjadi terasa nyata sekarang. Yang ia khawatirkan sekarang adalah Rio. Ia takut Rio merasa tidak nyaman dengan adanya Riyuna di samping rumah. Ia tidak menyalahkan siapapun, hanya saja ia merasa tidak benar mereka berdua bertemu disaat perpisahan mereka baru menginjak satu tahun. Ini benar-benar tidak baik untuk Riyuna dan Rio. Terlebih-lebih ada Adesti.

"Nak, kamu sudah tahu kalau rumah sebelah adalah rumah Riyuna?" Mina bertanya dengan hati-hati.

"Aku nggak peduli." Rio menjawab dengan cepat.

"Nak, apapun itu, jangan menyimpan... "

"Mah, jangan bahas itu lagi, yah? Karena Rio benar-benar nggak peduli. " Suara Rio terdengar gusar meski tidak kentara. Ia ingin mamanya berhenti untuk membahas wanita itu. 

"Baiklah," Mina mengerti, "istrahatlah, besok adalah hari pertama kamu bekerja. Kamu harus mendapat istrahat yang banyak. Jangan pikirkan apa-apa." titah Mina yang diangguki oleh Rio.

Rio yang sudah melangkah menuju kamarnya, tiba-tiba berbalik, "beritahu Adesti agar cepat pulang." setelah mengatakan itu Rio dengan langkah lebar melesat ke kamarnya. Tentu untuk mendapatkan istrahat yang cukup setelah seharian membantu merapikan rumah.

Mina masih termenung pasca kepergian Rio. Ia menatap piring anaknya yang tidak menunjukkan bahwa Rio makan dengan baik. Apa betul anaknya tidak peduli?

My Ex Husband is Next Door Where stories live. Discover now