TEROR AFTER SCANDAL

772 98 18
                                    

12.36 WIB

Melirik benda hitam yang melingkar di tangannya, embusan napas gusar ia buang ke udara.

Semesta tidak memberi aba-aba jika akan berubah cuaca yang semula panas berganti hujan.

Seharusnya menunggu di halte lebih lama lagi bukanlah hal yang buruk. Sekarang, Nada harus menikmati kesendiriannya di emperan toko yang tertutup sembari menunggu angkot lewat di hadapannya.

Namun, sudah dua puluh menit Nada menunggu, angkutan umum tidak kunjung lewat, ditambah suasana di jalan itu sunyi.

Nada juga tidak tahu persis letak jalannya, ia hanya melangkah bersama beberapa murid lainnya, lalu memisahkan diri memasuki gang sempit dan muncul di jalanan yang lain.

Nada tahu jalan yang dilewatinya bukan menuju rumahnya, makanya ia masuk ke gang lainnya dan kini terjebak hujan di pinggir jalan besar, tetapi sunyi dikarenakan bangunan berdiri dengan jarak yang cukup berjauhan.

"Kalo gue tetap di sini sampai nunggu hujan reda, yang ada bisa kemalaman, nih," gerutunya.

Tidak ada jalan lain, Nada harus pulang segera mungkin.

Mengamankan semua bukunya di tas yang ia peluk, Nada memutuskan untuk berlari menembus derasnya hujan serta kilatan petir di angkasa yang menghitam.

Mulanya, Nada menikmati berlari di bawah hujan, tetapi saat sudah jauh dan keluar dari jalanan itu, langkah kakinya mengecil.

Seragam sekolahnya sudah basah, rambutnya yang diikat pun kini berubah kusut.

Pandangan Nada mengabur karena genangan air mata memenuhi irisnya. Rasa sesak menyelimutinya bersamaan dengan potongan masa lalu mulai berputar bak kaset yang kusut.

Hujan selalu mengacaukan suasana hatinya. Menunduk lesu, Nada menelan rasa perih di hatinya.

"Nada!" Suara cempreng milik Rere membuyarkan lamunan Nada. Kepalanya mendongak, menatap heran pada gadis itu.

"Lo ngapain hujan-hujanan, sih? Kayak anak kecil aja," oceh Rere. Payung hitam menutupi badan keduanya, tetapi percuma karena seragam Nada sudah basah.

"Gue antar lo pulang," putus Rere.

"Nggak perlu. Gue pulang sendirian aja," tolak Nada. Merasa tidak enak jika merepotkan Rere.

"Gue antar. Lo mau sakit, hah? Besok masih sekolah, jangan keras kepala, Nad," kelakar Rere tidak mau dibantah.

Nada menurut saja. Ia juga tidak ingin sakit. Jika nanti Nada lemah maka misinya akan tertunda lagi. Dirinya harus segera mencari bukti untuk menyelesaikan semuanya.

"Padahal lo yang keras kepala," gumam Nada sembari masuk ke dalam mobil diikuti Rere yang terus ngedumel.

💌

12.57 WIB

"Diminum, Re, sori, gue nggak punya makanan lainnya, hanya ada teh hangat aja," ujar Nada, meletakkan nampan berisi teh hangat untuk Rere.

Nada juga memberikan pada supir Rere di teras rumahnya.

Atensi Rere yang semula melihat isi rumahnya, lalu mengangguk sembari menyesap sedikit teh hangat tersebut.

NAZAR [SELESAI]Where stories live. Discover now