TEMAN DAN MUSUH

405 43 8
                                    

14.56 WIB

Melemparkan benda pipih tersebut pada meja kerjanya, Raden menatap putra semata wayangnya yang menunduk.

Maya yang duduk di samping Rama mengusap punggung putranya sembari menatap Raden.

"Papa kecewa sama kamu, Ram." Raden mendudukkan diri pada ujung meja dengan kemeja kerja yang sudah terbuka setengah.

Setelah melihat video tadi, dirinya membuka kancing kemejanya, lalu meminta Maya membawa putra mereka ke ruang kerjanya.

"Papa tahu kamu mau jadi atlit basket, Ram. Tapi bukan begini caranya!" geram Raden.

"Kamu bukan hanya mencoret nama keluarga, tetapi nama kamu juga. Papa nggak menyangka kalo kamu bisa melakukan itu. Kamu harus tahu Rama apa yang kamu lakukan adalah sebuah kesalahan!"

"Pa!" tegur Maya--menggelengkan kepala. Wanita itu tidak ingin keributan terjadi. Ia tahu putranya salah, tetapi sebagai orang tua mereka juga harus mendengarkan penjelasan Rama.

"Ram, kamu jelaskan kepada Papa dan Mama. Kenapa kamu melakukan itu?"

Rama menunduk diam.

"Rama," panggil Maya mengusap surai rambut anaknya.

"Karena Rama benci Ezar," jawab Rama.

"Kamu gila, Rama? Ezar itu pewaris Malik Grup. Penyumbang saham terbesar di perusahaan kita. Kamu nggak bisa berpikir jernih sebelum melakukan itu? Hah?!"

Raden mengatur napasnya yang menggebu-gebu. Di tempatnya, Maya memberikan peringatan melalui sorot matanya.

Pria itu tidak mungkin marah besar jika saja Rama tidak membuat kesalahan padanya.

"Papa nggak pernah ngertiin Rama," lirih Rama. "Yang Papa ngertiin cuma perusahaan terus. Harusnya Papa kasih solusi dari masalah Rama sekarang," imbuhnya.

"Kamu yang nggak pernah ngertiin Papa. Setiap hari Papa bekerja tiada henti, itu demi masa depan kamu Rama. Papa nggak pernah nuntut kamu untuk jadi murid berprestasi. Kamu mau jadi atlit, Papa dukung. Ada Papa karang kamu?"

Memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana biru, Raden berdiri menghadap ke kaca yang memperlihatkan halaman rumahnya.

"Kebencian kamu pada Ezar tidak berdasar Rama. Kamu masih memiliki keluarga yang lengkap, sedangkan Ezar tidak memilikinya. Kamu harusnya jangan iri dengan kehidupannya."

"Karena Ezar merebut Rima dari Rama, Pa! Rama mencintai Rima!" sahut Rama. Intonasi meninggi. Di sebelahnya, Maya terus mengusap bahu putranya.

"Rima! Rima! Rima!" marah Raden. "Gadis itu yang kamu cintai. Papa nggak pernah suka dengan anak Jay. Jangankan Rima, Viola pun Papa tidak suka. Kamu tahu akan hal itu, Ram!"

"Kenapa, Pa? Kenapa Papa nggak suka sama Rima. Dia gadis baik-baik."

"Kamu salah Rama. Jika dia gadis baik-baik, obrolan Papa dan Jay tidak direkam bahka  disebarkan. Kamu tahu apa akibatnya, Vicky memutuskan semua yang berhubungan dengan perusahan Raden's. Dia bukan gadis baik-baik, kamu camkan itu!"

Raden menunjuk putranya dengan sorot mata peringatan. "Selesaikan masalahmu Rama! Atau jika Papa yang bertindak maka kamu tidak memiliki kesempatan untuk menikmati kelulusan!"

Setelah mengatakan itu, Rama pergi meninggalkan ruangan kerjanya.

Maya menatap putranya, memeluk dengan erat. "Papa kamu ada benarnya, Rama. Mama juga tidak menyukai Rima dan Viola. Mereka bukan gadis baik-baik. Kamu harus tahu akan hal itu. Papa memilih diam karena ingin kamu menikmati masa remaja kamu. Tapi untuk ke jenjang serius, baik Papa dan Mama tidak pernah menyetujui," ucap Maya.

NAZAR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang