(6) Sikap

229 32 0
                                    

Happy Reading











"Pelan-pelan."

Didepan sana, tepatnya diatas motor sport. Kim Taehyung mengamatinya dengan santai.

"P-pagi s-senior." sapa Tzuyu setelah menelan rotinya susah paya. Dengan berat hati kakinya melangkah mendekat, setelah jarak hanya 2 langkah dia memberanikan diri untuk bertanya.

"Kenapa senior ada di sini?"

"Menjemput mu!"

"Hah? Aku-"

"Tidak ada penolakan." Sela Taehyung tegas tanpa mau dibantah, segera dipakaikan nya helm dikepala Tzuyu membuat gadis itu tersentak.

.
.
.

Kini Tzuyu berjalan terburu-buru di koridor.

Tadi setelah sampai di parkiran, niat hati ingin  berlari kedalam kelas sebelum banyak yang melihat. Seakan mengetahui rencana, Taehyung dengan sengaja memberi ancaman, jika tidak ingin kekantin bersama maka pemuda itu akan menggendongnya, sungguh tidak ada pilihan.

Berulang kali melirik kebelakang memastikan Taehyung tidak lagi mengekor dengan begitu besar peluang kesempatan untuk kabur. Namun, sayang seribu sayang, rencana yang telah disiapkan  matang dalam otak hanya sekedar harapan belaka.

Sementara dibelakang sana dengan santai sang pelaku terkekeh geli menyaksikan tingkah sang pujaan.

Pasrah. Setibanya, Tzuyu melangkah gontai memilih meja bagian tengah. Bukan tanpa alasan, hanya itu yang terlihat kosong, tanpa menghiraukan tatapan orang-orang seolah memberi peringatan 'jangan duduk di meja itu, kau bisa celaka'.

Sebuah piring terletak bersamaan dengan duduknya Taehyung. "Pilihan yang bagus, kau memang pantas jadi kekasihku."  bangganya menyandarkan punggung kebadan kursi dengan kedua tangan masuk dalam saku celana, mengamati perubahan raut tak paham gadis itu.

Tidak ada yang aneh, hanya saja kata 'kekasihku' itu sangat mengusiknya.

"Apa hubungannya? Dan lagi, senior mau sarapan bukan? Sebaiknya aku kekelas." untuk kesekian kalinya rencana untuk jauh-jauh dari seniornya harus ditelan mentah-mentah, bahkan sebelum dirinya berhasil bangkit suara rendah itu sudah cukup mendominasi.

"Makanlah!" bagaikan perintah mutlak tak terbantahkan Taehyung mendorong piring itu mendekat. "satu roti tidak akan membuat perutmu puas."

Refleks tangan mungil Tzuyu memeluk perutnya. Yang benar saja, ini namanya penghinaan. Jika dipikir memang benar adanya, mana bisa konsen saat perut meronta minta diisi toh tidak ada ruginya juga. Dari pada berdebat? Sadar tidak akan ada habisnya lebih baik mengalah, hanya menghabiskan sarapan saja tidak akan susah tapi berbeda jika keadaannya seperti sekarang.

Melihat gadisnya makan dengan tidak nyaman, beberapa kali melirik kanan-kiri bahkan hampir tersedak, sungguh mengganggu. Meraih tas, Taehyung menyodorkan buku untuk menarik perhatian. Berhasil, gadis itu menatap penuh tanya.

Taehyung menjelaskan bahwa Tzuyu harus melengkapi catatannya.

Tapi bukannya mendengarkan perhatian gadis itu tertuju pada tasnya. Mengikuti arah pandang Tzuyu, dirinya terkekeh geli. Bagaimana bisa dia melupakan roti itu?

"Kau mau?" berbinar, mata Tzuyu berbinar senang. Dengan cepat kedua tangannya merampas roti dari genggaman yang membuat sang empunya sedikit tersentak.

"MAU!"

Menikmati dalam diam tingkah Polos Tzuyu yang melahap habis roti tersebut, dalam hati terbersit keinginan kuat untuk melindungi senyuman gadisnya.

I Want You to be MineWhere stories live. Discover now