- ABOUT THEM - 29

262 12 0
                                    

Brak!

Pintu kamar itu ditutup dengan sangat keras, membuat gadis yang sedaritadi memanggil namanya, dan mengejar dirinya tersentak kaget.

“Astagfirullah … ” ucapanya menyebut sambil mengusap dadanya sendiri.

“Ck, BANG SATYA! KALAU LAGI GALAU BIASA AJA DONG! JANTUNG GUE MAHAL! ” teriak Lisa kesal.

“BERISIK! ” terdengar balasan teriakan dari dalam, membuat Lisa mengumpat tanpa suara. Kemudian ia melangkah ke kamarnya sendiri dengan kaki yang dientak-entakkan ke lantai.

Sedangkan di dalam kamar sana,  Satya sedang duduk di bibir kasur dengan kedua tangan yang mengepal erat. Tatapan matanya menajam dengan rahang yang mengeras.

“Gue suka sama lo, Dif. Dari pertama kali gue lihat lo. ”

“Eum … sebelumnya makasih lo udah suka sama gue. Jujur, sebenarnya gue juga suka sama lo … ”

“Sial! ” umpatnya kesal saat kalimat itu terngiang di kepalanya, teringat bagaimana dua orang tadi berpegangan tangan dengan mata yang saling tatap.

Napasnya memburu, perasaan tak terima dan kecewa bersarang di dadanya. Rasanya … ia ingin menghajar lelaki itu dan memaki habis gadis yang bersama lelaki itu.

“Ada masalah katanya? Tapi sekarang jadian sama cowok lain. Sial! Bego banget gue, mau-maunya dikadalin sama tuh cewek. ” gerutunya dengan perasaan yang berkecamuk.

Ia merebahkan dirinya, menoleh sejenak ke arah nakas yang terdapat sebuah buku yang baru saja ia beli tadi.

“Ah, persetan sama tuh buku! ” umpatnya, kemudian ia memejamkan matanya, berusaha menghalau rasa sesak itu dari dadanya.

***

Sebuah mobil berwarna silver itu berhenti di depan rumah bercat putih. Seorang gadis membuka pintu mobil dan turun dari sana.

“Makasih ya, Ji. ” ucapnya sambil tersenyum tulus.

Anji balas tersenyum. “Sama-sama, besok gue jemput, sekalian pulang sekolahnya langsung ambil motor lo di bengkel. ”

Difa mengacungkan kedua jempolnya ke arah Anji. “Siyap deh! ” ujarnya riang. Tapi sepersekian detik kemudian, ia menurunkan raut wajahnya.

“Eum … Ji … ” panggilnya ragu, membuat Anji menatapnya dengan alis terangkat.

“Makasih ya. ” ucap Difa, kali ini disertai dengan senyuman tipisnya.

Anji yang mengerti hanya tersenyum saja, ia menganggukkan kepalanya. “Iya, sama-sama. Apapun itu … gue juga makasih sama lo. Gue jadi lega sekarang. ”

Senyuman Difa semakin melebar, ia mengangguk dengan semangat. “Em … yaudah, gue … masuk dulu ya. Bye, Anji! ” pamitnya sambil melambaikan tangannya.

Setelah Anji membalas, barulah ia membalikkan badannya, hendak masuk ke rumah, hingga ia teringat sesuatu.

“Eh, Ji!” panggilnya sambil kembali menghadap ke mobil Anji. Anji yang tadinya sudah ingin menyalakan mesin jadi menurunkan kaca mobilnya dan menatap bingung Difa.

“Jangan lupa sama janji yang tadi. Awas aja kalau lo ingkar, gue gibeng lo! ” peringat Difa sambil memasang wajah galak, membuat Anji terkekeh geli.

“Santai aja, nggak bakal lupa kok. ” balas Anji dengan kekehan yang masih terdengar.

“Nah, harus! ” sahut Difa setuju.

“Yaudah, Dif. Gue balik ya, udah malam. Langsung tidur, jangan begadang, ntar kesiangan lagi. ”

Kali ini Difa yang terkekeh geli karena ucapan Anji. “Siyap, komandan! ” serunya sambil meletakkan satu tangannya di pelipis—membentuk gerakan hormat.

“Oke, gue duluan. ”

“Hati-hati di jalan! Awas ban-nya nyentuh aspal! ” teriak Difa saat mobil Anji mulai melaju, yang dibalas dengan acungan jempol dari Anji yang mengeluarkan tangannya melalui jendela mobil.

Difa tersenyum menatap mobil Anji yang semakin menjauh, kemudian ia berbalik, melangkah memasuki rumah dengan ringan.

***

“Bang, senyum napa! Dari kemarin cemberut aja.” Pintah Lisa sambil memberikan helm yang baru saja ia lepas dari kepalanya ke Satya.


Satya tak menggubris, ia menerima helm Lisa, dan menaruhnya di spion motor. Kemudian, tanpa kata ia beranjak terlebih dahulu meninggalkan Lisa yang menatapnya heran.

“Bang! ” panggilan itu membuat Satya menoleh dengan malas.

Lisa menutup mulutnya sendiri dengan wajah memerah, menahan agar tawanya tak pecah. “Itu … ” ucap Lisa sambil menunjuk kepalanya sendiri.

Satya mengernyit bingung, tangannya terangkat untuk menyentuh kepalanya sendiri. Seketika wajahnya memerah. Sial! Ia lupa melepas helm-nya!

Dengan segera ia melepaskan helm-nya, berjalan cepat kembali ke motornya, dan menaruh helm itu di sana dengan telinga yang begitu merah karena menahan malu.

“Hahahaha … ” tawa Lisa pecah tanpa bisa ditahan lagi. “Anjir, kalau galau jangan jadi bego dong, Bang! ” ejeknya dengan tawa yang masih terdengar.

“Bacot! ” ketus Satya dan dengan langkah cepat meninggalkan Lisa yang masih saja menertawakannya. Untung saja parkiran sekolah masih sepi, karena memang masih terlalu pagi, kalau tidak … lenyaplah image cool-nya.

Ia melangkah ke kelas dengan gerutuan panjang, meruntuki diri sendiri yang tadi terlihat sangat bodoh.

Namun, di tengah jalan langkahnya terhenti saat matanya tak sengaja menatap ke arah parkiran mobil. Di sana ia melihat seorang lelaki yang keluar dari mobil, kemudian memutari mobilnya, dan membuka pintu mobil itu. Matanya membelalak dengan perasaan yang tak bisa ia deskripsikan lagi saat seorang gadis keluar dari sana.

Tangannya mengepal erat dengan rahang mengeras saat melihat dua orang yang ada di sana tertawa lepas. Hingga pandangannya bertemu dengan manik mata gadis itu. Dan saat itu juga ia membuang mukanya, berjalan cepat entah ke mana dengan perasaan hancur. Kecewa.

__________________________________________________________

Nah loh, Satya cemburu. Difa gimana sih?

Dah ah, cus chap selanjutnya. Btw, abis ini last chapter yak.

Ok, beberapa menit dari sekarang, Chapter end akan segera dipublishkan.

Jan lupa follow IG @alungputri_06

💞HAPPY READING💞

ABOUT THEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang