Chapter 3

7.9K 633 134
                                    

Happy reading~
.
.
.

Dan di sinilah Hinata sekarang. Berduaan dengan Toneri di dalam mobil pria itu ditemani rasa canggung yang begitu mencekik. Toneri terus mengajaknya bicara, entah menanyakan kabarnya, apa pekerjaannya sekarang, kuliahnya, dan juga tentang Sasuke. Ia hanya menjawab seadanya karena bingung harus bagaimana.

Begitu Tenten menelpon Toneri, meminta tolong pada pria itu untuk mengantar adiknya pulang di jam 8 malam ini, sang pria langsung menyanggupi dan tidak berkomentar macam-macam membuat Tenten sangat berterima kasih. Sebenarnya agak merasa bersalah juga menggunakan temannya sebagai umpan. Tapi ia yakin Sasuke tidak akan meninju Toneri hanya karena mengantar Hinata pulang. Yang ingin ia lihat hanya rasa cemburu adik iparnya yang idiot itu saja.

Sasuke sendiri sama seperti kemarin, menawarkan akan menjemput Hinata, tapi lagi-lagi ditolak. Ia sudah memaksa, tapi kakak iparnya yang lebih pemaksa malah membuat telinganya hampir berhenti berfungsi.

“AKU YANG AKAN MENGANTAR HINATA PULANG JADI KAU TIDAK PERLU MENJEMPUTNYA, APA KAU PAHAM?!”

Akhirnya Sasuke hanya bisa pasrah, karena kalau Tenten sudah berteriak begitu berarti ucapannya harus dituruti, kalau tidak ia akan menangis dan mengadu pada orang tua dan suaminya hingga masalah tidak berguna ini nantinya akan berbuntut panjang. Hhh~ Sasuke malas.

“Jadi kau ingin membuat suamimu cemburu?” tanya Toneri. Tenten sudah menceritakan padanya secara singkat saat ia datang tadi. Hinata mengangguk-angguk.

“Kalau begitu, bukan seperti ini caranya. Sama sekali tidak ada pengaruhnya kalau aku lihat dari sudut pandang kebanyakan pria.” Lanjut Toneri membuat kening Hinata mengerut. Percuma saja kalau begitu ia pulang dengan pria ini.

“Kau mau dengar saranku?”

“Apa?” entah kenapa Hinata tertarik mendengarnya. Mungkin Toneri ada benarnya karena ia adalah seorang pria bisa jadi ia memang lebih tahu ketimbang Tenten hal-hal yang membuat seorang pria cemburu.

“Kau ikut aku ke suatu tempat. Di sana kita akan lakukan sesuatu yang akan membuat Sasuke cemburu,” jawab Toneri tenang, “Benar-benar cemburu.”

Hinata hanya mengangguk-angguk lalu membuang pandangan ke jendela. Toneri memamerkan senyum dinginnya. Hal yang seharusnya Tenten ketahui adalah bahwa sejak dulu teman prianya itu sangat mengagumi Hinata dan selalu berharap Hinata jadi miliknya. Sayang sekali Tenten melewatkan hal yang akan membawa Hinata pada bahaya malam ini.

Mobil itu memarkir di sebuah bar yang cukup ramai. Mata Hinata membulat menyadari tempat apa yang menjadi tujuan Toneri. Pria itu menarik tangannya untuk melewati pintu utama, tapi ia menahannya.

“Kenapa ke sini? Aku takut, tidak suka. Lagipula Sasuke tidak ada di dalam, bagaimana cara membuatnya cemburu kalau ia tidak melihatnya?”

Toneri tersenyum. “Nanti malam setelah dari sini, aku akan mengantarmu pulang. Saat itulah dia akan tahu dan pasti terbakar api cemburu.”

Toneri tahu Hinata adalah gadis polos nan manja, karena selama menjadi teman SMA Neji ia sudah berpuluh-puluh kali menyaksikan itu semua dengan mata kepalanya sendiri. Tapi itu justru yang membuat Toneri tidak bisa lepas dari jeratan Hyuuga Hinata bahkan sampai sekarang.

Hinata merasa jantungnya berdebar tak karuan saat dirinya berhasil melewati pintu masuk. Debaran jantungnya spontan mengikuti alunan musik yang berdentum keras. Ia langsung memberikan tatapan jijik pada suasana di dalam sana. Jadi bar itu seperti ini? Neji Nii-san dulu pernah ke sini satu kali dan Otou-san memarahinya habis-habisan, pikir Hinata.

“Hinata, sini.” Toneri menarik Hinata untuk duduk di depan meja bar. Seorang bartender datang dan Toneri langsung memesan dua botol vodka.

Hinata memegangi tengkuknya yang merinding takut dan menyeka keringat di pelipisnya karena gugup. Sebuah pertanyaan berputar-putar di benaknya. Kenapa tantangan yang dibuat hanya untuk bersenang-senang berubah jadi seserius ini dan melibatkan orang lain? Hatinya berteriak kalau ini salah.

My Spoiled Girl -SH ver- (END)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt