Kamar Kebutuhan

318 39 31
                                    

Disclaimer: J.K Rowling

Warning: AR, MODIFIED CANON, NON-CANON, HEADCANON, SLASH, boys love alert, girls love alert, alur mungkin bisa cepat bisa lambat, update tidak menentu-kemungkinan terbesar adalah slow-up, typo berkeliaran, OC bakal nyempil

Enjoy!

Last, Vote and Comment?

=o^o=

"Hey, 'Ric!"

Pemuda bersurai merah itu menoleh ketika mendengar seseorang memanggilnya, menemukan gadis berparas cantik dengan rambut yang kebetulan diikat tinggi itu menghampirinya. "Apa?" Godric bertanya bingung saat Rowena benar-benar telah sampai di tempatnya.

"Kau melihat Helga?" Rowena balik bertanya, nampak kelimpungan ketika mengatakannya—entah ada urusan apa dia dengan Helga.

Godric menggeleng pelan, "Tidak tuh, kenapa memangnya?"

Rowena mendesah lelah, "Tongkatku ada di Helga. Aku mau memindahkan beberapa barang di menara bagian barat, aku tak bisa melakukannya tanpa tongkat," keluh Rowena kecil.

"Aku saja, aku saja yang melakukannya!" Godric menawarkan diri dengan semangat, "aku bisa kok!"

"Bukannya aku tak percaya kau bisa—karena kau memang bisa, Godric," Rowena menolak dengan gelengan kepala, lalu alisnya saling bertaut ketika melanjutkan ucapannya, "tapi aku takut kau malah mengacaukannya. Ini beberapa barang penting."

"Ehh?" Godric mengerucutkan bibirnya lucu mendengar alasan gadis itu, padahal dia takkan mengacaukannya—baiklah mungkin sedikit. Tapi mengingat kembali bahwa Rowena ialah seorang yang perfeksionis, Godric memaklumi alasan Rowena tadi. "Coba saja tanya Salazar kalau begitu," akhirnya Godric memilih memberi Rowena saran, "Salazar ada di lantai tiga."

Rowena mengatakan terima kasih pada pemuda manis itu dan segera pergi menuju ke lantai tiga yang dimaksud oleh Godric, mungkin Salazar memang tahu di mana keberadaan Helga saat ini. Rowena menuruni tangga dari pintu lantai lima, lalu di tengah perjalanan turunnya Rowena mendadak berhenti dan memandang sekitar. Sebenarnya tidak ada apa-apa di sekitarnya, hanya ada tangga-tangga batu yang tersusun dengan rapi dan sesuai dengan arah. Tapi rasanya—seperti ada yang kurang.

"Bergerak," gumam Rowena pelan, tapi tak terjadi apa-apa sampai dia ingat bahwa tongkatnya sedang tidak ada padanya. Rowena mengerang kecewa, akhirnya memilih kembali menuruni anak tangga yang tinggal beberapa lagi sampai kakinya memijak lantai tiga sampai—

Tangga itu malah bergerak ke sisi lain.

Rowena terperangah kaget, hampir kehilangan pijakan dan terjatuh. Beruntung tangannya reflek memegang pembatas tangan. Lalu tangga itu berhenti di sisi lain yang berlawanan dengan tujuannya, Rowena mengerutkan kening dan kembali mengedarkan pandangan ke sekitarnya dan menemukan semua tangga kini saling bergerak sesuai keinginan mereka sendiri.

"Ups," Rowena nyengir sendiri melihat perbuatannya, memilih meninggalkan lokasi kejadian di mana dia dengan sengaja mengubah arah tangga dan memutuskan memutar dari lantai dua menuju lantai tiga melewati tangga melingkar di bagian paling ujung.

Salazar sedang berada di salah satu ruangan yang akan dia jadikan kelas pelajarannya sendiri nantinya, mengamati sebuah telur yang sepertinya akan menetas itu dengan cermat. Netra hijaunya nampak tertarik melihat retakan kecil pada cangkang telur makin merambat ke seluruh bagian telur secara perlahan. Dia terlalu fokus mengamati, dan mulai tidak fokus lagi dengan apa yang terjadi di sekelilingnya. Karena itu, Salazar melompat kaget ketika Rowena mendadak masuk dengan mendobrak pintu keras-keras.

It All Starts From HereWhere stories live. Discover now