Part 10

262 120 13
                                    

Untuk apa kau mencintaiku
Jika akhirnya kau
menyakiti hatiku

Rasa cemburuku memuncak. Ketika Pita dengan entengnya melakukan hal itu kepadaku. Ia tak paham jika cemburu ini adalah cinta yang ku pendam dalam-dalam.

Aku tak tahu lagi, bagaimana memposisikan diriku dengan keadaan ini. Keadaan yang seharusnya dapat kulalui dengan mudah. Keadaan yang seharusnya dapat ia pahami dengan seksama.

Tapi pita justru melakukannya. Tak bisa ku pahami apa yang ada di kepala gadis ini. Bisa-bisanya ia berdekatan dengan cowok lain, padahal ada diriku di depannya.

"Baru tahu ya kalau pita cewek seperti itu?" Bisik salahsatu temanku bernama Indra.

"Maksudmu?"

"Kalau pita itu cewek yang kurang baik? Masak hal kayak gini kamu gak tau seh?" Ia memojokkan diriku, seakan kesalahan ini bentuk dari kebodohanku sebagai cowok.

"Kata siapa kau?" Aku menatapnya tajam, seakan membela pita di hadapannya.

"Kata teman-teman yang lain Ra! Jangan mudah percaya cewek! Intinya cewek itu sama saja, kalau ada yang lebih maka kamu bakal ditinggalkan!"

"Yang lebih bagaimana? Apa aku ini kurang baik di mata pita? Gitu maksudmu Dra?"

"Kita ini cowok harus punya harga diri, pendirian dan juga kekuatan! Jangan sampai kau dipermainkan olehnya, sebelum hatimu semakin masuk lebih dalam lagi!" Indra lalu tersenyum sinis. Ia melirik sekitar, seakan-akan ada rahasia yang ingin ia katakan padaku.

"Intinya apa?" Aku bertanya padanya.

"Rahasia, sebuah rahasia dari cewek bernama Pita!"

"Rahasia katamu?" Aku sudah mulai takut bercampur cemburu.

"Coba lihat ini, buruan lara!" Lalu aku mendekat ke layar handphonenya.

Seketika detak jantungku berdegup kencang, nafasku tak karuan dan betapa kesadaran ini telah hilang, saat foto itu ku lihat jelas tanpa rekayasa.

"Maksudmu apa dra!" Aku menyentaknya.

"Seperti yang ku katakan tadi kawanku! Jangan percaya dengan cewek bernama pita ini!" Ia lalu tertawa sinis sambil mengunyah permen karet di dalam mulutnya.

Kata-kata Indra terngiang di dalam kepalaku. Apakah yang ia katakan benar? Kalau pun benar kenapa Pita mendekatiku dan berbaik hati kepadaku? Aku pun bingung, sebelum keramaian ini tiba-tiba terhenti.

*

Udara panas sore ini memang menyebalkan. Baju seragam putih abu-abu sudah terlihat kusut sekali. Aku benci hal ini, keadaan ibu juga keadaan hidupku semakin tam beratur. Belum lagi pita yang seakan mempermainkan perasaan ku sekali lagi.

Cowok yang bersamanya memang lebih segalanya daripada diriku. Tapi aku masih punya perasaan yang mungkin tak pernah dimiliki cowok itu.

Sepanjang jalan menuju rumah, yang kuihat hanya deretan lampu kota dengan toko-toko dan pabrik yang berdiri kokoh. Mungkin realita ini yang harus bisa kupahami lagi. Lebih jauh dan dengan penuh bahagia.

"Tak usah terlalu serius memikirkan cewek itu!" indra lagi lagi datang meracuni ku.

"Siapa yang kepikiran pita? Jangan sok tahu!" aku menyanggah seakan itu tak jujur.

"Tuh lihat mereka berdua di seberang jalan!" ia lalu tertawa kencang.

Aku baru sadar jika pita dan cowok bernama Angga ini tepat di seberang jalan sana. Mereka sedang duduj santai di sebuah caffe mungil yang indah.

KENANGAN (TAMAT)Where stories live. Discover now