1. Naima Rosdiana

6.2K 285 23
                                    


⁠۝ ⁠۝ ͒⁠۝ 

Mobil mewah, rumah besar, ketenaran, kekuasaan, ketampanan, dan segala bentuk tawaran hidup yang diberikan dunia pada lelaki itu.

Clubbing bukan hal baru yang akan membuat kalian tidak percaya bahwa ia ada di tempat paling hina itu. Lebih-lebih aku sangat membenci keserakahannya.

Ayolah, ini sudah hampir mendekati abad-22, manusia seharusnya tumbuh menjadi lebih baik, tidak lagi berpikir dangkal dan seharusnya sudah tidak bertindak seperti binatang buas.

Sangat disayangkan, bahwa Ezard mencuri semua daftar kejelekan yang dimiliki para makhluk berkaki empat di hutan liar sana.

Di kepalaku yang lumayan besar ini dengan daya ingat yang cukup kuat, aku tidak menemukan satu pun momen dalam hidupku bahwa Ezard yang katanya si Tuan maha sempurna itu memiliki attitude baik yang dimiliki manusia selayaknya.

Aku rasa, dia memang terlahir untuk menjadi buruk dalam ingatan siapa saja. Walaupun demikian, setidaknya Tuhan masih berbaik hati, memberinya wajah tampan dan harta berlimpah. Jika ia kehilangan dua hal itu, mungkin Tuhan juga sudah menyerah untuknya. Aku harap Tuhan memberinya hidayah secepat mungkin.

Sekarang, aku sedang duduk di samping si lelaki berkepala keledai ini, di atas mobil BMW i8 berwarna putih mengkilap yang berhenti di depan rumah megah berlantai tiga. Itu rumahnya, jika kau belum tahu.

Halaman rumah yang luas ini dipenuhi oleh berbagai jenis bunga, mulai dari tulip, anggrek dan jenis-jenis yang aku tidak tahu apa namanya.

Sebelum memasuki halaman ada sebuah gerbang yang menjulang tinggi yang terlihat sangat  mengkilap.  Mungkin petugas rumah ini setiap hari membersihkannya. Sebut saja ini bagian dari ke-perfectionist-an Ezard. Seorang lelaki tampan yang telah membawaku ke rumah ini.

Sekarang, ia tengah memarkirkan mobilnya dengan benar, setelan kemeja berwarna silver itu terlihat cocok dengan dirinya, ditambah lagi kacamata yang tertengger manis, membuat ia tampak lebih sempurna, minyak wanginya pun menyeruak ke segala sudut, masuk ke dalam hidungku dengan lancang. Tapi tetap saja aku adalah manusia pertama yang membencinya.

Aku merapikan rambutku dengan benar dan melirik cincin yang melingkar di jari manis, lalu mendengus kesal dan turun dari mobil menyusul lelaki yang kini meninggalkanku tanpa sepatah katapun.

Hampir saja aku tergelincir ketika menaiki tiga gundukan anak tangga menuju teras, untung saja tanganku berhasil menggapai gagang pintu dan satunya lagi tepat di lengan atas Ezard. Aku mencengkeramnya erat, sengaja.

Lelaki yang kini berdiri di sampingku dengan wajah datar khasnya tengah membereskan kemejanya. Dan menyingkirkan tanganku dari lengannya begitu saja. Sebelum akhirnya ia memalingkan wajah dariku dan menatap lurus ke depan.

"Gagang pintu ini dilapisi perak murni, aku berharap kau tidak akan merusaknya, sebab aku ragu bahwa gadis biasa sepertimu bisa menjaga hal yang mahal seperti ini," nadanya santai tapi berhasil menusuk hatiku.

Hahahahha! Aku tersenyum kecut dan mengutuknya dalam hati. Siapa yang peduli dengan gagang pintunya? Mau di balut emas, permata, berlian atau sejenisnya, aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Lagi pula, aku juga tidak sempat untuk sekedar mencongkel perak murninya dengan pisau dan membawanya kabur.

Laki-laki sombong ini ada-ada saja. Ternyata selain sombong yang terlalu mendarah daging dengannya, ia juga gemar menuduh seseorang. Benar-benar tidak mencerminkan seorang manusia yang baik. Umat macam apa dia? Entahlah. Kali ini aku berharap Tuhan tidak akan lagi mengabulkan semua permintaannya.

Sekilas tentangku yang bernama Naima Rosdiana. Aku terpaksa harus menikah  dengan lelaki yang berdiri di sampingku, saat ini.

Season With You || Lee Jeno [✓]Where stories live. Discover now