Teacher 4

7.5K 1.1K 92
                                    

Selamat datang di neraka.

Mungkin itu menjadi sambutan yang paling tepat saat ini. Saat Heejin kembali hadir dalam kamar yang sekaligus akan menjadi kelas bagi Heejin dan muridnya, Kim Taehyung. Bersyukur Sejin mau mempertimbangkan penawarannya meski meminta waktu untuk menanyakannya dulu pada Tuan Muda-nya.

Heejin sudah tak peduli. Ia berusaha membuang rasa malunya jauh-jauh. Kalau terus mempertahankan gengsi, kemungkinan besar hidupnya akan segera tamat. Toh ia tak serta merta tiap hari akan bertemu muridnya. Hanya empat kali dalam seminggu. Hanya ...

Sepertinya dia suka mandi sore apa bagaimana, erang Heejin dalam hati saat ia kembali pada posisi menunggu di sofa abu-abu setelah diantarkan oleh Sejin. Dan benar, tak berapa lama, muridnya sudah keluar dengan rambut basah dan kali ini, menggunakan bathrobe abu-abu.

"Eh, hai! Tidak perlu berkenalan lagi kan, Heejin?" Taehyung tengah berjalan kearahnya. Berbeda dari sebelumnya, Heejin mulai belajar membiasakan diri dan bersikap lebih baik.

Kebencian dan amarah tidak akan menyelesaikan masalah, seperti yang pernah Ayah tekankan. Manusia pemaaf memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan menyenangkan. Berbeda dengan mereka yang suka menyimpan amarah dan dendam. Mereka akan lebih mudah sakit dan frustasi. Amanat itu rupanya dipegang teguh oleh Heejin.

Heejin berusaha mensugesti dirinya berkali-kali sebelum bertemu Taehyung kembali, ia berusaha untuk memaafkan dan memutuskan untuk menciptakan suasana yang lebih baik.

"Iya, tidak usah. Terimakasih sudah menerima aku kembali, Taehyungー" Tenggorokan Heejin agak tercekat. Aneh juga menyebut nama itu dalam mode informal. Tapi sudahlah, toh itu kemauan Taehyung dan Heejin juga tak keberatan. Apa-apaan memanggil muridnya dengan sebutan Tuan. "Tapi tolongー"

"Iya. Sejin hyung sudah bilang. Tidak kuungkit lagi. Lagi pula, kan waktu itu aku hanya bercanda, kau saja yang menanggapinya serius."

Lihat! Belum apa-apa pria Kim itu sudah membuat Heejin menghela nafas. Sudah dibilang jangan dibahas, masih saja dibahas. Sudahlah, Heejin pasrah saja setelah menyadari Taehyung itu memang sulit dikalahkan.

"Kalau begitu, bisa kita mulai sekarang?"

"Apanya?" Taehyung sampai menghentikan acara menggosok kepalanya dan melihat kearah Heejin secara lebih serius.

"Ya pelajaran piano-nya. Apa lagi?"

Taehyung terkekeh. Suasananya seolah mencair begitu cepat, meski didukung kejadian tidak mengenakkan di masa lampau, tetapi justru secara alami membangun suasana yang lebih akrab.

"Baiklah. Ayo kita mulai."

"Bajumu?"

"Kenapa dengan bajuku?"

"Kau tidak pakai baju?"

"Ini bukannya sama saja dengan baju?"

Heejin tak habis pikir. Pria itu mungkin memang sudah gila. Bagaimana bisa bathrobe disamakan dengan baju. Tapi sudahlah, dia tidak ingin kehilangan tenaga sebelum mulai mengajar. Tanpa menanggapi pertanyaan Taehyung, ia sudah berjalan ke arah piano. Duduk menyisakan sisi kosong di kursi piano yang tak cukup luas.

Taehyung segera menyusul, duduk di sebelahnya pula. Heejin hampir membuat jarak. Meski sedetik kemudian menyadari tak ada lagi sisa di kursinya. Jadi mereka duduk tanpa jarak. Beberapa menit pertama membuat Heejin agak kacau karena ia tidak pernah seintim ini dengan pria, terlebih pria dewasa, selain Ayahnya tentu saja, dengan jarak sedekat ini pula.

PIANO TEACHER ✔Where stories live. Discover now