Teacher 26

4.9K 983 381
                                    

Tiga kali pertemuan piano dengan Heejin dan Taehyung merasa gadis itu total berubah. Heejin berubah, dirinya juga. Ia telah menolak ajakan Yoona untuk pergi lebih dari lima kali. Di pertemuan terakhirnya, secara tidak sengaja ia melihat Heejin yang tengah menungguinya mengambil air minum memandangi ponselnya, membuka galeri foto dan seketika melihat pemandangan yang teramat cepat membuat hatinya kacau.

"Heejin, itu Jimin?"

"Iya." Gadis itu hanya menjawab tanpa nada yang terdengar bersahabat. Ia rindu, rindu sekali dengan Heejin yang lama. Yang selalu tampak ceriwis dan ceria di matanya. Kekanakan namun menggemaskan dengan rona pipi merah dan bola mata membola yang selalu tampak ingin tahu jika Taehyung mengatakan atau melakukan sesuatu yang ia tidak mengerti.

"Kalian pergi bersama?"

"Iya."

"Kemana, kapan?"

"Akhir pekan kemarin. Ke tempat bermain trampolin. Sudah selesai? Ayo kita lanjutkan kembali kelasnya." Heejin lantas menyimpan ponselnya. Ia akui gadis itu terbilang profesional. Ketika mengajar ia akan mengapresiasi dan membenarkan jika ada kesalahan. Namun, bagi Taehyung itu malah seperti guru piano sungguhan. Ia lebih suka guru yang bisa seperti teman, atau lebih tepatnya, ia ingin Heejin yang dulu.

Kendati demikian, ia masih ingin berlama-lama dengan Heejin. Meski gadis itu semakin sulit untuk diganggu olehnya. Tembok yang tercipta seolah sangat tinggi. Taehyung pernah mencoba. Mencoba untuk lupa dan kembali pada kehidupannya yang nyaris tanpa cacat dan tak perlu memikirkan hal-hal yang ia rasa terlalu gamang dan tak banyak diperhatikan. Tetapi akhir-akhir ini ia begitu kacau. Nyaris tak ada malam yang bisa ia lewatkan tanpa ada gadis itu yang mampir di setiap kesempatan pembukaan memorinya.

Hari ini saja, Taehyung ingin mencoba mengajaknya berbicara. Meski ia sendiri tidak tahu apa yang akan ia bicarakan, namun ia sangat merindukan Heejin. Tak tahu sebesar apa jika bisa diukur.

"Maaf, tapi aku harus segera bekerja."

Dan Taehyung tak mampu mengelak lagi, betapa dirinya nyaris tak bisa melampaui akal sehatnya lagi tatkala tangannya segera mencari nomor seseorang.

Itu harusnya bukan Taehyung. Taehyung harusnya sama sekali tidak impulsif untuk memutuskan sesuatu.

***

"Sayang, apa sedang ada masalah? Akhir-akhir ini kau sulit sekali dihubungi." Yoona menatap sang kekasih dengan wajah gelisah. Mengenal pria itu sejak kecil tentu sama sekali tak menyulitkan dirinya untuk mengetahui bahwa ada sesuatu yang pria itu simpan di dalam dirinya.

"Yoona, mari kita bicarakan sesuatu dari hati ke hati sekarang." Suara Taehyung terlampau berat. Barangkali ada resah yang tak bisa ia suarakan terlalu vokal sebab dirinya sendiri masih menimbang.

"Maksudmu?"

"Apa kau mencintai aku?"

Yoona mungkin tak bisa sembunyikan bahwa pertanyaan itu bak sebuah kejutan saat bola matanya membelalak.

"Atau kau hanya senang karena bisa memenuhi segala hal yang harus selalu sempurna dalam kehidupanmu." Suara Taehyung kembali mengudara. Kali ini lebih lepas setelah ia kunci wajah Yoona yang sama sekali tak berpindah sejak pria itu menatapnya lebih serius.

"Sayang, aku tidak mengerti kau sedang membicarakan apa?"

"Yeah, aku tahu kau menyukai bahkan kalian pernah pergi ke Jeju bersama Dongwook. Aku tau kalian saling menyukai dan wellーjelas sulit bersama karena status kita dan tuntutan orang tua." Nada Taehyung terdengar lebih lepas.

PIANO TEACHER ✔Where stories live. Discover now