34. Meyka

6.4K 837 38
                                    

Happy Reading and Enjoy

"Aku nggak mau teman-teman kita tau" ujarku pada Tian. Kami sedang makan malam diluar.

"Kenapa?"

"Kita menikah sederhana saja, keluargamu, keluargaku yang hanya Gustian. Udah." Aku dulu pernah bermimpi untuk menikah seperti princess yang aku tonton sewaktu kecil. Tapi aku dan Tian menikah tanpa cinta.

"Hey... kenapa Mey?" tanyanya dengan meraih tanganku yang sejak tadi berada diatas meja.

"Kita menikah penuh kepalsuan, Bang. Kita menikah hanya karena ada agenda masing-masing dibalik semua ini. Aku tidak mau membohongi banyak orang" aku menatapnya memelas, aku ingin dia mengerti posisiku. Kalau semua orang tau, kalau rahasia kami terbongkar, bukan dia yang malu dan namanya tercemar. Tapi aku. Aku adalah pihak yang paling dirugikan kalau ada orang yang tau masalah ini. Akan banyak yang menganggap kalau aku menggodanya, memanfaatkannya karena hartanya, dan masih banyak lagi.

"Meyka, kita menikah bukan karena kebohongan. Kita tidak membohongi siapapun, terlepas dari apa yang terjadi dibelakangnya. Kamu setuju tanpa paksaan, aku melamarmu sunguh-sungguh, kita akan menjalani pernikahan yang sesungguhnya, Mey" dia menatapku lembut dan aku mendadak kehilangan kata-kataku.

Dia adalah laki-laki yang sempurna, sementara aku.... Hanya si itik buruk rupa.

***

Aku menjilat bibirku yang terasa kering saat Tian mengajakku untuk kembali menemui mamanya. Tapi, kali ini aku dan Tian membawa kabar baik menurut tante Rita.

"Nggak ajak Gustian? Mama mau kenalan juga dong sama Gustian" kalimat sambutan dari tante Rita membuatku tersenyum kecil.

"Nanti, tan. Dia juga belum pulang katanya. Lagi sibuk di organisasi" sahutku pelan, Tian sudah melarikan diri ke kamarnya untuk mandi, maklum saja, kami datang saat baru pulang kantor.

"Jangan tante dong. Panggil Mama, biar sama, sama Tian" aku hanya tersenyum canggung dan mengangguk kecil. Aku tidak atu apakah Tian sudah mengatakan kabar ini atau belum ke mamanya.

"Mama nih, ngegas terus" suara Tian muncul ketika aku kehabisan kata-kata, dia sudah terlihat segar dengan pakaian santainya, kaos yang membalut tubuhnya dengan sempurna dan celana pendek. Bulu-bulu kaki Tian tampak lebat, apalagi Tian cukup putih.

Berhenti, Meyka!!! Berhenti berpikiran yang aneh-aneh.

"Biar Meyka nggak kabur, kamu sih kelamaan" decak tante Rita.

Aku melirik Tian, begitu juga dia yang melirikku sekilas.

"Ma, Tian udah.... Lamar Meyka" aku melipat bibirku, menunggu respon tante Rita. Tapi, aku dapat melihat wajah berliau yang sumringah, senyum beliau mengembang sempurna dan menatapku berbinar.

"Trus... trus.. Meyka terima kan, sayang?" Bukannya bertanya pada Tian, tante Rita malah bertanya padaku.

"Terima, Ma. Ya ampun, dikira aku nggak laku banget apa" Tian berdecak seraya melirik mamanya sinis, tapi aku tau dia bahagia melihat senyum lebar mamanya.

"Trus, kalian udah nentuin tanggal?"

"Belum, nanti ya, ma. Sabar"

***

Aku berjalan dari depan gang sampai rumah. Tadi pagi Tian menjemputku, jadilah aku tidak membawa motor. Tadi, dia mengabariku kalau ada meeting mendadak dan tidak bisa mengantarku pulang.

Aku berkata tidak masalah dan pulang menggunakan angkot.

Aku mengerit saat melihat sebuah mobil terparkir tidak jauh dari rumah. Aku menggedikkan bahu, mungkin ada orang bertamu dirumah tetanggaku.

Pintu rumah kontrakan terbuka lebar.

"Yan," panggilku pada Gustian.

Saat memasuki rumah, aku terkejut saat melihat tante Rita bersama dengan suster yang dipekerjakan Tian untuk menjaga mamanya berada di ruang tamu rumah kontrakanku yang kecil, tak lama Gustian keluar dari arah dapur dengan membawa minuman juga cemilan.

"Eh.... Calon mantu udah pulang." Gustian melirikku sekilas. Aku menelan salivaku dengan kasar. Aku dan Tian bahkan belum mengatakan apapun pada Gustian!

"Tante kok kesini nggak ngabarin?" tanyaku berusaha mengabaikan Gustian yang aku yakin sedang menatapku.

"Mama dong, kok malah tante" beliau berdecak pelan, "mau ketemu adik kamu, kalau nunggu kamu yang bawa trus ngenalin ke mama pasti lama, banyak alesan" aku hanya mengusap tengkukku seraya meringis kecil.

"Mama nggak lama kok, tadi habis cek up ke dokter, trus mampir kesini. Untung aja ada Gustian di rumah" aku sempat melirik Gustian yang hanya tersenyum kecil, adikku itu kalau ketemu orang baru pasti lebih banyak diam gini.

Kami mengobrol sebentar, Gustian bersuara kalau ditanya.

"Ya udah, mama pulang dulu ya. Itu makanan nanti tinggal dihangatin aja, buat makan malam kalian" aku tidak tau makanan apa yang di maksud tante Rita, tapi Gustian mengangguk.

Aku mendorong kursi roda tante Rita sampai ke mobil, supir pribadi beliau dengan sigap membukakan pintu dan membantu tante Rita untuk naik dan melipat kursi roda sebelum memasukkannya kedalam mobil.

"Jangan kelamaan ya, Mey. Mikirnya. Mama udah nggak sabar pengen nimang cucu" bisik tante Rita sebelum benar-benar berlalu.

Aku menghela nafas panjang. Lega.

------

Maaf karena kemarin belum bisa update.

Semoga kalian suka part ini.

With Love,
Bella

Hidden AgendaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant