44. Meyka & Tian

7K 890 77
                                    

Happy Reading and Enjoy

Kepalaku terasa berdenyut sejak pagi, aku pikir ini hanya sakit kepala biasa dan akan sembuh setelah minum obat yang ku ambil di klinik hotel, tapi sampai sekarang, rasanya masih sama. Bahkan semakin terasa sakit.

Pekerjaanku sudah selesai sejak beberapa menit yang lalu, aku beranjak dari kursi kerjaku dan menuju pantry, mungkin secangkir teh hangat mampu meredakannya.

"Muka lo pucet banget, nggak mau balik aja?" tanya Clara saat aku hendak meninggalkan meja. Aku melihat wajahnya ada dua. Menjaga agar tidak limbung, aku berpegangan pada meja kerjaku.

"Mey, lo nggak papa?" Clara mendadak beranjak dari kursinya dan menyentuh tanganku, aku dapat merasakan ruangan yang awalnya masih terdengar suara orang-orang bekerja mendadak hening.

"Gue...." Aku tidak mampu menyelesaikan kalimatku dan jatuh, yang terakhir ku dengar adalah suara orang-orang yang berteriak, entah karena apa.

***

Tian POV

"Kamu nggak mau sarapan?" tanyaku pada Meyka yang hanya minum teh, biasanya Meyka akan menemaniku sarapan bersama mama, tapi berhubung Mama harus cek up dan harus pergi pagi-pagi sekali, jadi hanya ada aku dan Meyka di meja makan.

"Lagi males aja, nanti aku beli kalau laper" aku hanya mengangguk dan kembali menyuapkan satu sendok nasi goreng terakhirku. Setelah minum, aku beranjak membawa piring bekas makanku dan menaruhnya di wastafel.

"Tunggu bentar ya, bang" Meyka terdengar berlari naik keatas, aku bahkan belum sempat memperingatinya untuk memperhatikan langkahnya, tapi dia sudah menghilang terlebih dahulu.

Ku gedikkan bahuku dan bersiap untuk berangkat, membawa tas milikku sendiri dan tas milik Meyka kedalam mobil.

Hanya butuh beberapa menit dan Meyka muncul dengan wajah yang sedikit pucat.

"Kamu kenapa?" tanyaku.

Meyka hanya menggeleng seraya menarik tissue yang ada didalam mobil, membersihkan sisa lipstick yang menempel dibibirnya dan memoleskan lagi. Aku hanya diam menunggu Meyka selesai sebelum menjalankan mobil untuk berangkat ke hotel.

"Udah, yuk berangkat" aku mengangguk dan menjalankan mobil keluar dari pekarangan rumah. Sesekali ku genggam tangan Meyka, dan dia hanya menyender bermanja-manja dibahuku.

Sejak pulang dari Bali, Meyka banyak berubah. Dia bahkan tidak sungkan untuk bermanja-manja denganku, padahal dulu tidak seperti ini. Dulu Meyka masih membatasi diri untuk bermesraan denganku, apalagi kalau berdua seperti ini.

"Nanti jangan lupa beli sarapan, kamu punya asam lambung, nanti kumat lagi" dia hanya mengangguk. Kami berjalan kearah lift, sudah ada beberapa staf lain yang juga menunggu lift.

"Duluan" katanya saat Meyka sudah sampai dilantai tempatnya bekerja sementara aku harus naik lagi.

Aku hanya mengangguk pelan dan tersenyum kecil kearahnya. Tidak peduli kalau semua staf hotel mengataiku bucin, atau bagaimana, yang jelas aku mencintai Meyka.

***

Aku berdecak pelan saat memasuki café tempat janjiku bertemu dengan dia, sebenarnya bukan janji. Tapi wanita itu memaksa untuk bertemu, harusnya aku makan siang dengan Meyka, tapi aku malah disini.

"Mau apa ngajak ketemu?" tembakku langsung, aku menatap Nita datar.

Iya, Yuanita, mantan tunanganku tiba-tiba menghubungiku dan memaksaku untuk bertemu.

"Kamu apa kabar?" tanyanya berbasa-basi.

"Langsung aja" decakku pelan.

"Pesan makanan dulu, habis makan baru kita ngobrol" aku menghela nafas dan menepis pelan buku menu, aku tidak butuh basa-basi dengan wanita seperti Nita.

Aku beranjak, tapi Nita menahanku.

"Please, Yan. Kali ini aja" aku menggeleng, berusaha melepaskan cengkraman tangan Nita. Nita memegangku dengan kedua tangannya, aku berusaha menahan diri untuk tidak menyentaknya didepan umum seperti ini.

"Okey, tapi habis ini gue nggak mau berurusan lagi sama lo" tegasku seraya kembali duduk dibangku yang ku duduki sebelumnya.

Nita tersenyum kecil dan mengangguk, dia memanggil pelayan dan kami memesan makanan.

"Aku mau minta maaf" katanya setelah kami selesai makan dalam diam, aku sudah selesai makan sejak beberapa menit yang lalu dan sedang bertukar pesan dengan Meyka yang katanya sedang makan siang.

"Gue nggak butuh kok, lagian karena lo, gue ketemu sama istri gue" ya mungkin bisa dibilang seperti itu, andai Nita tidak melarikan diri dan secara tidak langsung memutuskan pertunangan kami, aku pasti tidak akan menikah dengan Meyka.

"Kamu.... Kamu udah nikah?" tanya Nita dengan wajah terkejut.

Aku mengangguk tegas, "keluarga lo nggak bilang?"

Nita menggeleng kecil, dia menyeruput minumannya dengan cepat, "aku baru pulang tadi pagi, belum sempet pulang ke rumah keluarga"

"Udah kan? Gue mau balik ke hotel"

"Yan, aku mau minta tolong" aku menatapnya, tidak mengangguk maupun menggeleng. Aku menunggu dia melanjutkan kalimatnya, "aku minta tolong, kita lanjutin pertunangan kita"

"Jangan gila, Nita!!!" desisku. Aku menatap wanita didepanku tidak suka, dia tidak berhak mengatakan itu lagi, apalagi dia sudah tau kalau aku sudah menikah.

"Please, Tian. Mama sama Papa terus-terusan maksa aku buat nikah sampai berniat buat jodohin aku sama laki-laki yang aku benci" mata Nita berkaca-kaca. Tapi jangan harap aku akan luluh. Meyka adalah segalanya, dia adalah hidupku. Dan aku tidak mau mengambil resiko yang akan membuatku kehilangannya.

"Nggak, Nita!!! Gue cinta sama istri gue, dan gue nggak ada niat buat nambah istri lagi" aku mengeluarkan dompetku, membayar makanan yang ku pesan tadi. Nita tidak mengatakan apa-apa sampai kakiku bergerak beberapa langkah, aku memutar tubuhku dan menatap Nita yang wajahnya sudah memerah.

"Jangan jadi cewek murahan, Nit. Lo cantik, berpendidikan, masih banyak cowok yang mau sama lo"

-------

Good morningggg.
Minggu pagi yang cukup cerah yah.

Beberapa part lagi kita akan menuju akhir.

Semoga kalian suka part ini.

With Love,
Bella

Hidden AgendaWhere stories live. Discover now