Bab_ 13🅰

34 11 0
                                    

Siang ini adalah mata kuliah Kalkulus Lanjut, yang diampu oleh bapak Amrud, dan Andre bosan selalu bertemu bapak tua dan galak tapi Andre suka mengerjainya.

"Dari mane aje lo?" tanya Alan yang baru datang dengan menepuk bahu kanan Andre dan duduk disampingnya.

"Perasaan lo deh yang telat."

"Maksud gue tadi. Gue cariin juga, dikira bareng Ammar di musholla."

Hanya gidikkan bahu yang sekarang menjadi senjata baru untuk menggantikan bibirnya bicara. Entahlah Andre sesungguhnya malas kuliah. Hari ini senin, minggu pertama kuliah di semester tiga. Harusnya semangat baru yang terpatri, dan tentunya ada mata kuliah baru yang menanti.

Suasana kelas masih ramai, karena kuliah masih dua menit lagi, tidak ada mahasiswa yang masih di luar, mereka tahu Kalkulus yang memegang mata kuliah tetaplah Pak Amrud. Dari Kalkulus 1, Kalkulus 2, hingga sekarang-Kalkulus Lanjut. Dan hal itu menjadi pelajaran tersendiri, menerima dosen galak tapi baik hati perihal tugas, UAS santai bisa tengok kanan kiri, dan UTS bisa diakali.

"Tumben si Andre jadi pendiem? Kesambet?" suara Alice terdengar ditelinga Andre. Andre tahu gadis itu bertanya pada Ammar sengaja dengan nada tinggi agar didengar Andre langsung.

Ammar yang menerima pertanyaan hanya menjawab dengan gelengan lalu memutar kepalanya ke-belakang, melihat Andre sekilas.

"Kenapa Lice? Lo kangen sama gue?" teriak Andre menambah keramaian suasana kelas.

"Dihh ... Pede." Alice melongos.

"Gue tahu, lo bosen kan, selama liburan nggak ketemu gue?"

"Ehm ... Assalamualaikum."

Suara berat Dosen Galak itu telah memenuhi ruangan, dan suasana kelas sepi seketika.

"Baik, saya rasa kontrak kuliah kita sama seperti sebelum-sebelumnya. Oh iyya, tambahan mahasiswa kan? Yang mana?"

Satu tangan terangkat dari arah kiri pojok depan, ternyata seorang gadis berkerudung dengan warna dusty. Semua mata tertuju. Pak Amrud tersenyum, dibalas pula oleh gadis itu dengan tertunduk.

"Siapa namanya?" tanya bapak berkumis tebal itu sambil menggerakkan netranya keatas kebawah diatas ketas yang bertuliskan nama-nama mahasiswanya.

"Agatha Syakila, Pak."

Bapak itu manggut-manggut, lalu netranya terfokus seperti telah menemukan apa yang dicari.

"Anda mahasiswi yang BSS tahun lalu?" gadis itu mengangguk.

Yang lain sibuk memperhatikan teman baru dikelasnya. Pasalnya mata bulat gadis itu menarik perhatian, terlebih lengkungan bulan sabit dibibirnya membuat yang melihat candu.

"Dulu dosen kalkulus dikelasmu saya?" gadis itu menggeleng. "oh, Bu Dini pasti ya?"

"Iyya, Bapak."

"Baik, karena saya tidak membahas kontrak kuliah, semuanya udah paham sistemnya seperti apa kecuali kamu, jadi kamu sambil tanya temannya ya, bagaiaman sistemnya."

"Baik, Pak," jawab gadis bernama lengkap Agatha Syakila sambil mengangguk sopan.

"Kalo gitu, saya cukupkan untuk hari ini. Ada yang mau ditanyakan lagi?"

Andre sama sekali tidak terusik dengan kehadiran teman baru dikelasnya. Pasalnya gadis itu berkerudung, dan lagi Andre tidak melihat jelas bagaimana rupanya. Gadis itu duduk didepan sebelah kiri, sedang Andre, baris ke-empat tengah, bisa dibilang baris kedua dari belakang.

"Loh, Pak, kita belum kenalan."

Satu suara dari pojok kanan belakang terdengar. Bapak yang terkenal galak itu mengikuti asal di mana suara itu terdengar.

"Loh, dua semester kalian diajari saya belum kenal?"

"Bukan Bapak, mahasiswi barunya, Pak."

Sontak dosen bernama Amrud menoleh kearah dimana mahasiswi barunya berada. "Oh, iyya, Agatha belum kenalan dengan teman-temannya. Silahkan perkenalan."

Gadis itu berdiri. Sedang Andre sudah duduk gelisah karena bosan. Tapi setidaknya ini lebih baik bagi Andre daripada harus mendengar bapak berkumis tebal itu berceramah perihal rumus.

"Suruh maju ke depan, Pak," usul salah seorang mahasiswa yang mungkin penasaran dengan gadis berkerudung nan menarik itu.

Mendengar banyak yang mengusulkan sesi perkenalan maju ke depan, mau tidak mau Pak Amrud meminta gadis itu kedepan memperkenalkan dirinya.

Gadis itu berjalan menunduk, sampai didepan menongakkan wajahnya, menatap teman-temannya bergantian, lalu menarik napasnya dalam sebelum berucap.

"Hhh ... Nama saya Agatha Syakila, panggil saja Agatha. Sebenarnya saya sudah semester lima. Saya kakak tingkat kalian," terdengar desahan kecewa dari suara para laki-laki dan suara kaget bagi perempuannya.

"Tahun lalu saya BSS karena suatu hal. Jadi, sebagai partner belajar, saya mohon kerja samanya," tutupnya sambil tersenyum.

Andre yang dari awal abai, lalu tak sengaja matany mengarah pada gadis yang sedag berdiri di depan. Mata sayu itu tiba-tib seperti mendapat hujan salju, adem dan menyegarkan, seperti disirami Le Mineral, ada manis-manisnya.

Ya, manis-manisnya di senyum gadis itu, gadis yang Anggun dengan balutan gamis Navy yang dipadu dengan himar Dusty menambah kemanisan gadis itu.

"Sekian perkenalannya. Terimakasih."

Lagi-lagi gadis itu tersenyum membawa kedamaian disetiap tatapan mata yang melihatnya. Andre yang awalnya terduduk dengan lesu tak bersemangat, sontak ia terduduk tegak dan semangat seperti mendapat suntikan vitamin yang menumbuhkan zat endorphin dalam dirinya.

Andre tersenyum seolah membalas senyuman gadis itu, padahal senyum gadis itu tidak hanya fokus dan khusus untuk dirinya. Sepertinya, hari Andre untuk siang ini akan cerah mendapati bidadari turun dikelasnya.

Pak Amrud mengakahiri pertemuan siang itu setelah sesi perkenalan yang membuat heboh seisi kelas. Stelah Pak Amrud tak terlihat lagi diambang pintu, kelas semakin ramai membicarakan gadis berhijab lebar itu.

"Tipe lo tuh, Mar." Todong Alice pada Ammar sambil berdiri menyampirkan tas ranselnya dibahu kananya.

"Kakak tingkat, Alice," tekan Ammar dan ia hendak beranjak pula dari kursinya, lalu menoleh kebelakang berniat melihat keadaan Andre yag sejak pagi dan kemarin-kemarinnya kusut.

Andre yang didapati Ammar sedang tersenyum, ada setitik cahaya yang bersinar di matanya, tapi Ammar dibuat bingung dengan sikap Andre yang berubah tiba-tiba seperti ini.

"Andre." Ammar mencoba menyadarkan Andre yang sepertinya tersenyum tanpa sadar.

"Gila tuh temen lo senyum-senyum sendiri, haha ... Gue duluan." Alice menepuk pundak Ammar yang tercengang melihat Andre.

Andrenata Where stories live. Discover now