8. Jeon Jungkook

156 11 3
                                    

Flashback....

Alur maju mundur, diharapkan Readers yang baik dapat membaca dengan cermat.





"Kau sudah puas?"

Pandangan Jungkook beralih pada wajah imut yang sialnya tak seimut hatinya.

"Apa maksudmu?",tanya Jungkook balik.

"Biarkan Taehyung melakukan semuanya"

"Entahlah, Jim. Aku suka sekali melihatnya jatuh, hahaha- ahk",ujar Jungkook disertai dengan ringisan akibat ulah Jimin yang menekan lukanya terlalu dalam.

"Ahk!! Ssh sakit bodoh!"

Jimin terus menerus menekan keras luka itu dengan selembar tisu dan alkohol.

"Sakit?", Tanya Jimin sembari mengusap keras luka di sudut bibir Jungkook.

Jungkook tahu Jimin itu tidak terlalu bodoh, tapi wajahnya yang terlihat bodoh itu mampu membodohi seseorang "Iya! Pelan-pelan, ini sakit sekali!"

"Kau tahu? Yang Taehyung dapatkan lebih sakit dari ini?",bukan pertanyaan, namun pernyataan. Dan itu membuat Jungkook yakin bahwa semua sahabatnya kini tengah memihak pada Taehyung.

"Untuk apa aku peduli?", Jungkook berucap dingin.

"Apa kau tidak bisa berkata 'iya atau tidak'? Dulu, kau adalah sahabatnya. Jangan munafik Jeon, aku tahu kau masih menyayanginya",ujar Jimin masih mengobati luka di wajah Jungkook akibat tinjuan kekasihnya.

"Aku memang sahabatnya, aku hanya marah",ujar Jungkook ringan.

Jimin menghela nafasnya, memasukkan handuk kecil pada baskom berisi air hangat kemudian memerasnya, "Apa seperti ini caramu melampiaskannya?".

Jungkook tak menjawab, ia tersenyum miring, wajahnya beralih pada jendela kaca disampingnya. Memejamkan matanya, ia lelah. "Jadi kau membenciku? Kau marah padaku?", lirihnya.

"Tentu saja",ujar Jimin dengan  tangan yang masih setia mengobati Jungkook.

"Pergilah",ujar Jungkook dingin.

Jimin tersentak kaget, namun setelahnya ia kembali tersenyum tipis, tahu betul apa yang dimaksud sahabatnya ini "Untuk apa, Kookie?", ia sedikit menggodanya.

"Kau membenciku, maka pergilah. Aku bukan kekasihmu dan-

"Dan kau adalah sahabatku, tidak ada alasan untuk tidak membantumu, karena cinta bukan perkara yang dapat memutus persahabatan",ujar Jimin memotong ucapan Jungkook.

Jungkook sedikit tersentak, perkataan Jimin ada benarnya.

"Benci memang selalu hadir di setiap hubungan", ujarnya kembali dan menatap mata Jungkook dengan tulus.

"Aku memang membencimu, tapi caraku marah pada sahabatku berbeda dengan caramu marah pada sahabatmu", lanjutnya setelah menjeda perkataannya.

Jungkook sibuk dengan pikirannya sendiri. Mengabaikan Jimin yang baru saja akan beranjak dari kamar untuk membersihkan semuanya.

"Lakukan apapun yang kau mau, Jung-"

Jungkook menatap Jimin dari ambang pintu.

"Tapi jangan menyesal setelahnya"

Jungkook menyunggingkan seringainya. Mematap remeh  kepergian Jimin, Memangn nya siapa yang akan menyesal?

"Bro!-kau"

Sedari tadi, Jungkook sudah terusik dengan orang yang memperhatikannya, tapi ia terlampau malas untuk memeriksa orang yang memperhatikannya. Terlebih ketika suara yang tak lain dan tak bukan adalah milik Jimin, namun Jungkook memilih untuk mengabaikannya dan kembali tertidur.

Afeksi (KookV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang