2 - 4

337 47 20
                                    

Tidak.

Daniel merasa mual saat ia menyadari siapa yang benar-benar berdiri di hadapannya. Ingatannya melayang kembali pada hari itu-, hari dimana ia kehilangan harga dirinya lagi setelah sekian lama... Seseorang yang membangkitkan trauma Daniel yang sempat hilang dulu...

Daniel terhuyung ke belakang, kepalanya berdengung saat mendengar suara Seongwu memanggil namanya. Nafasnya tercekat dan kakinya yang lemas hampir kehilangan keseimbangannya. Seongwu melangkah maju, dan Daniel melangkah mundur. Pikiran Daniel mendadak blank, dan yang ia tahu hanya satu.

Ia harus melarikan diri.

Daniel bergegas berlari mundur, perlahan, sebelum kemudian dengan cepat menjauhi Seongwu. Pemuda itu mencengkram bajunya sendiri, berusaha bernafas dengan tenang. Ia merasa air matanya mulai menggenang di pelupuk, dadanya sesak.

Hingga hari ini Daniel masih tidak menyangka Seongwu akan tega menorehkan luka padanya... Saat Daniel begitu mengagumi dan menyukainya.

Daniel menoleh sedikit, berharap cemas Seongwu tidak mengejarnya. Ia menjadi lebih panik saat Seongwu ternyata telah berlari mengejarnya. Ia mempercepat diri, melesat melewati orang-orang di jalan Myeongdong yang berliku.

Daniel berlari dan berlari. Ia tidak siap bertemu dengan Seongwu. Jangan hari ini.

Daniel menoleh lagi dan melihat Seongwu tak begitu jauh lagi di belakangnya. Daniel mengeluarkan rintihan ketakutan, dan ia menoleh kembali ke depan. Naas, saat itulah baru ia menyadari ada seseorang yang sedang mengendarai sepeda melintas di depannya.

BRAK.

Terjadi tabrakan yang keras, baik Daniel dan sang pengemudi sepeda jatuh terjungkal. Bukan hanya sepeda yang jatuh berdebam, delapan kotak pizza berukuran besar pun ikut tercecer di jalanan beraspal itu.

Daniel meringis kesakitan, namun ia segera panik saat melihat kekacauan yang ia sebabkan.

"Hey! Apa kau tidak punya mata?" Bentak pria paruh baya yang ternyata adalah seorang pengantar pizza itu. "Astaga! Lihat kekacauan yang kau buat! Semua pizzaku berhamburan, kau harus ganti ini!"

Daniel dengan gemetar melihat pizza-pizza berukuran besar yang berceceran itu. Sial, ini brand terkenal. Harganya pasti mahal. Apalagi ada delapan kotak. Daniel bahkan tidak membawa uang cash. Paman pengantar pizza itu menatap Daniel dengan sangat garang, wajahnya merah menahan amarah.

Tepat sebelum Daniel memutuskan mungkin berlari lebih kencang akan menyelamatkannya sementara, sebuah tangan terulur untuk menyerahkan sejumlah besar uang ke tangan paman pizza itu.

"Ambillah. Sisanya anggap saja untuk penalti keterlambatan pengantaran." Seongwu berkata dengan cepat, matanya menelisik Daniel yang tampak bingung dan ketakutan.

Paman itu membelalakkan matanya saat melihat tumpukan uang itu, namun tak berkata apa-apa. Ia meraihnya dan mengantonginya, melemparkan tatapan kesal pada Daniel sebelum berlalu dengan sepedanya.

Daniel mau pingsan saja. Ia sudah tidak bisa lari kalau begini caranya. Tubuhnya menegang saat Seongwu meraih lembut tangannya.

"Daniel."

Brengsek. Suara ini. Suara yang begitu familiar, suara yang dulu selalu berhasil membuat tubuh Daniel melemas.

"Aku mau bicara."

***

Daniel terduduk pasrah di salah satu kursi cafe yang ada di Myeongdong. Di hadapannya ada segelas coklat hangat yang dipesankan oleh Seongwu. Dia tidak meminta. Seongwu yang memaksa.

This Is Happy Ending  ✔️ (bott!niel)Where stories live. Discover now