3 - 22 - (🔞)

485 39 26
                                    



.
.
.

Hari ini Daniel hanya akan bekerja separuh hari. Dia akan dijemput oleh Myungsoo untuk pergi ke kantor Seongwu setelah makan siang, dan kemudian terus melakukan pemotretan. Daniel menyelesaikan tugasnya membersihkan gelas, menyusunnya dengan rapi di rak, saat pintu kafe terbuka. Yohan melangkah masuk ke dalam dengan wajah berseri seperti biasa, tersenyum manis kepada Daniel.

"Daniel hyung akan ada acara ya, hari ini?" Tanyanya. Yohan memang dipanggil untuk menggantikan shift Daniel hari itu, dan Daniel sangat berterima kasih kepadanya.

"Iya, maaf ya, Yohan." Daniel meringis.

"Ah, tidak apa-apa." Yohan tertawa lucu. "Aku toh tidak ada kelas siang ini."

Wooseok keluar dari ruang istirahat dan menaikkan alisnya. Seketika ia mengerjap lebih cepat, bingung harus bagaimana. Pasalnya, Daniel tadi menyarankan agar dia bersikap sedikit lebih ramah pada Yohan untuk menunjukkan perasannya. Masalahnya, Wooseok itu tidak terlalu terbiasa beramah-tamah, apalagi dengan Yohan.

Jantungnya seperti agak konslet soalnya, setiap kali melihat anak itu.

"-hoh." Wooseok tampak sedikit gugup saat Yohan tersenyum senang padanya.

"Selamat siang, Wooseok hyung." Yohan menyapa Wooseok sambil memperbaiki tasnya.

Harus manis.

Harus lebih ramah.

Wooseok tiba-tiba melebarkan bibirnya membentuk senyuman kotak yang menurutnya seharusnya cukup ramah. "...oh kamu sudah datang?"

...

Daniel segera mengalihkan perhatiannya, menahan rasa sakit yang menghujam perutnya. Pemandangan yang ada di hadapannya cukup memprihatinkan. Yohan jelas hanya tertawa melihat reaksi Wooseok. Matanya mengerling.

"Aku tidak terlambat, kan?"

Sudut bibir Wooseok bergetar karena pegal, dan mau tidak mau kembali ke semula. Ia menghela nafas, menyerah dengan sikap ramah. Wajahnya memang tidak di-desain untuk tersenyum manis, Wooseok terlahir untuk menjadi tembok. "...tidak."

Yohan terkekeh. "Kalau begitu aku ganti baju dulu."

Daniel memandang interaksi keduanya lagi, dia sendiri sudah mati-matian menahan senyuman. Itulah perbedaan utama antara Wooseok dan Daniel. Daniel suka sekali tersenyum, entah kenapa anak itu tidak pernah capek tertawa dan tersenyum. Sama seperti Yohan. Terkadang Wooseok sering bertanya-tanya, memangnya otot wajah kedua anak itu tidak keram tersenyum terus? Kalau Seungwoo lain cerita, dia diam saja sudah imut.

Handphone Daniel bergetar lagi, dan pemuda itu buru-buru mengeceknya. Myungsoo sudah hampir sampai, Daniel harus bergegas.

"Aku pergi dulu, Wooseok!" Daniel buru-buru ikut berlari masuk ke ruang istirahat, mengganti bajunya. Badannya kembali panas dingin saat ia melepas seragamnya dan berganti ke pakaian kasualnya. Pemuda itu pamit kepada Yohan, sebelum bergegas berlari keluar lagi dari ruangan dan melambaikan tangannya kepada Wooseok.

Wooseok memandangi punggung Daniel saat ia berlari keluar. Ia melihat bagaimana anak itu naik ke atas mobil yang segera membawanya meninggalkan kafe.

...mudah-mudahan Daniel benar-benar menemukan apa yang ingin dia lakukan.

Wooseok sendiri awalnya bekerja di kafe ini karena ia membutuhkan pekerjaan, namun seiring waktu berlalu, Wooseok menyadari ia menyukai pekerjaan ini. Aroma kopi dan coklat, kue-kue manis yang nikmat, semuanya adalah kegiatan yang menyenangkan bagi Wooseok.

...namun ia tidak yakin Daniel menikmati pekerjaan itu.

Wooseok membenahi apronnya, bergerak ke belakang konter waiter dan mempersiapkan beberapa garnish untuk pesanan minuman berikutnya.

This Is Happy Ending  ✔️ (bott!niel)Where stories live. Discover now