10. * Salah Pilih *

1.2K 157 6
                                    

"alasan yang tepat adalah kunci semua penyelesaian yang sebenarnya"
*****

(Namakamu) masuk rumah dengan perasaan marah yang berkecambuk dalam dirinya.bukan itu yang (Namakamu) ingin dengar dari Iqbaal setelah semua yang terjadi.

Ia pun berdiri di depan jendela melihat Iqbaal memasuki mobil dan pergi begitu saja tanpa usaha lainnya.

Apakah begitu sulit bagi Iqbaal untuk melihat ke sisi lain,bahkan hanya dirinya yang ada di fikiran Iqbaal selama ini.

Dengan kesal (Namakamu) lansung masuk menghampiri mama Fira dan Nova yang ada di ruang tamu,ia pun mendudukkan badannya di sebelah mama Fira yang tengah mengobati Nova.ia pun memijat kepalanya yang terasa berdenyut.

Nova yang melihat sang kakak tampak kecewa pun, dapat nemebak ucapan konyol apa yang telah Iqbaal katakan ,seperti kurang keras pukulam yang Nova berikan kepada Iqbaal agar otaknya kembali seperti semula.

"Dek,udah ya" ucap mama Fira yang melihat sang putra mengeluarkan aura kemaran saat melihat sang kakak.

Nova pun mengepalkan tangannya kuat kuat "Nova udah terlalu lama diem ma,tapi kali ini nggak bisa"kesal Nova yang mulai tersulut emosi.

"Mama tau,tapi liat situasi dulu.liat kakak kamu,kamu nggak kasihan liat beban fikirannya jadi bertambah"jelas mama Fira sembari menunjuk (Namakamu) yang diam termenung .

Nova pun hanya diam sembari melihat sang kakak yang tengah melamun,perasaan marah yang sedari tadi bergejolak pun mulai reda ketika melihat sang kakak termenung dengan tatapan kosong.

Ia benar benar lemah jika sudah menyangkut sang kakak.kakak perempuan yang benar benar ia sayangi, harus terluka seperti sekarang membuat hatinya terasa remuk.

Dia sudah gagal menjaga sang kakak sampai harus seperti ini.ia tidak bisa melihat keadaan kakak yang ia sayangi menangis setiap malam saat orang lain terlelap di alam mimpi,ia tidak sanggup.

Di peluknya tubuh sang kakak erat,mungkin hanya ini yang bisa Nova lakukan sebagai seorang adik yang tidak berguna.

Tak terasa air matanya pun menetes kala mendengar isakan (Namakamu) yang begitu pilu.mama Fira pun tak bisa menahan tangisnya ketika kedua anaknya menangis dengan saling memeluk.

"Maafin Nova yang nggak bisa jagain kak Azil.maafin Nova kak,maafin Nova"ucap Nova yang sedikit tersendat karena menangis.

(Namakamu) pun meremas baju Nova kuat kuat"Jangan berantem lagi Nov,jangan"

Mama Fira pun langsung memeluk keduanya dengan erat,tidak ada kata terucap dari bibirnya,namun ia berharap pelukan hangatnya bisa sedikit membantu.

"Makasih udah belain kakak" lirih (Namakamu) di pelukan Nova.

Mereka pun berpelukan cukup lama,mama Fira pun melepaskan pelukannya terlebih dahulu lalu berlalu menuju kamar ,namun Nova dan (Namakamu) belum mau melepaskan pelukan satu samalain.

Setelah benar benar puas barulah Nova melonggarkan pelukannya,di lihatnya sang kakak yang tertidur dengan damainya di pelukannya.
Dengan perlahan di angkatnya tubuh (Namakamu) menuju kamar.

Dengan perlahan Nova pun menidurkan (Namakamu) di samping Hasan dan Husain yang tengah tidur dengan pulas.

"Nova bakal selalu ada di samping kakak,sama kaya kak Azil yang selalu ada di samping Nova"ucap Nova sembari mencium kening (Namakamu),lalu beranjak pergi dari kamar tersebut dengan perlahan.

Malam harinya di meja makan hanya ada keheningan yang mendominasi,walaupun sesekali terdengar celotehan dari Hasan dan Husain,namun masih belum membuat suasana hening menghilang.

"Om Va pa,ka lah "tanya Hasan yang sedari tadi sudah memperhatikan Nova .

Nova pun tersenyum lembut ke pada Hasan "Om nggak papa kok,ini mah enggak sakit "sombong Nova sembari memukul dadanya "aghhhh sakit kak" teriak Nova ketika (Namakamu) memukul pipinya.

"Katanya nggak sakit"ucap (Namakamu) dan langsung mendapat tatapan tajam dari Nova.

"Kit pa om"tanya Husain.

"Di gigit Kudanil" jawab Nova seenaknya membuat semua menyerengit bingung.

"Nil"tanya Hasan dan Husain bingung

"Iya Kudanil besarrr banget,terus ya Kudanilnya nakal bikin om sakit" jelas Nova sembari memperagakan ukuran yang besar dengan tangannya.

"Ta bi ngak kit,di ma cih"tanya Husain tampak kesal.membuat semua orang tertawa di buatnya.

"Eh hehe"Nova pun menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Setelah drama di meja makan,keluarga Pramudha pun memutuskan menonton Tv bersama.
Sudah lama mereka tidak berkumpul seperti sekarang,dan melakukan beberapa hal bersama sama.

(Namakamu) pun duduk di antara mama dan papa,sedangkan Nova duduk di bawah bersama ponakannya tercintanya.

(Namakamu) yang tadinya fokus ke arah tv langsung mengalihkan fokusnya ketika ada yang menarik celananya.

Terlihat Hasan yang tengak menatapnya dengan sesekali menarik celananya.

"Kenapa bang"tanya (Namakamu),Hasan pun langsung menunjuk ke arah Husain dan Nova yang tengah tertidur pulas dengan Husain yang tidur di atas dada sang paman.

"Adek tidur"tanya (Namakamu)

Hasan pun mengangguk kan kepalanya beberapa kali"He em"

"Ya udah,yuk bobok.ma pa aku tidur duluan ya"pamit (Namakamu) .

"Iya sayang"

(Namakamu) pun mengangkat Husain dengan perlahan,Hasan yang melihat itu pun memberikan kode dengan menempelkan telunjuknya pada bibir mungilnya mengisyaratkan jangan berisik kepada kakek dan neneknya agar sang adik tidak bangun dan menangis .

Setelah di rasa nyaman (Namakamu) pun menggoyangkan tubuh sang adik "Dek bangun,pindah ke kamar sana"

"Iya kak"jawab Nova setengah sadar,lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

"Mama sama Papa masih mau nonton?" Tanya (Namakamu)

"Iya,paling bentar lagi juga tidur kok.sana gih kasihan Hasan sama Husain"jawab papa

"Iya pa,Azil duluan ya" pamit (Namakamu) menuju kamar sembari menuntun Hasan yang tidak mau di gendong.

Dengan perlahan (Namakamu) membaringkan Husain di tempat tidur,di susul Hasan yang menaiki kasur seorang diri .dengan telaten (Namakamu) menidurkan Hasan yang memang sudah mengantuk sedari tadi.

Tak lama Hasan pun sudah memasuki alam mimpi,di tatapnya ke dua putranya bergantian,wajah damai keduanya membuat rasa bersalah di hatinya menyeruak begitu saja.

"Maafin bunda ya sayang,maafin bunda yang belum bisa jadi bunda yang terbaik buat kalian.maafin bunda udah bikin kalian ngrasain sesuatu yang harusnya kalian nggak rasain"lirih (Namakamu) sembari membelai kepala Hasan dan Husain bergantian.

"Maafin bunda nak"isak (Namakamu) tertahan,ia pun menutup mulutnya agar suaranya tidak membangunkan kedua putranya.

Malam ini di lalui (Namakamu) dengan tangisan penuh kekecewaan pada dirinya sendiri dan juga sang suami,semua rasa sakit ia alihkan dengan air mata yang mengalir tanpa henti.

Biarkan tangisan itu di sambut gelapnya malam yang tak pernah mengecewakan untuk memberikan fajar yang indah.

"Jangan cari bintang lain jika rembulan sudah cukup untuk membuatmu terasa istimewa"

Bunda dan si kembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang