Bagian 2 : Surga?

27 3 0
                                    


Kelopak mawar yang berjatuhan di sungai keabadian. Berputar-putar mencari jalan pulang. Apakah harus bertahan atau tenggelam?

Xingqing,

Ibukota Kekaisaran Xia,

Tahun kelima belas pemerintahan Kaisar ke-5 Dinasti Xia, Kaisar Xiang.

Suara kicau burung perlahan tertangkap telinganya. Kesadaran sedikit demi sedikit memenuhinya. Aroma bunga yang terbawa angin memenuhi indra penciumannya. Kelopak matanya bergerak, berusaha membuka mata yang seperti sudah lama tidak pernah dibuka. Sulit sekali.

Saat matanya sudah mulai terbuka, cahaya mentari yang menyusup dari lubang-lubang kecil arstistik jendela di ujung tempat tidurnya membuatnya terkesiap. Belum bisa beradaptasi dengan cahaya yang tiba-tiba tertangkap retinanya. Bibirnya terasa kering. Pahit. Lemas sekali rasanya seluruh badannya. Dia mencoba menggerakkan jari-jemarinya. Terasa kaku sekali.

Dimana dia? Bukannya dia sudah mati? Jika sudah mati, bukankah dia akan dikirim ke alam kubur menurut agama Islam? Tapi tempat ini jelas-jelas bukan alam kubur. Surga? Mana mungkin!

Matanya yang berusaha menangkap semua benda yang ada di ruangan itu melebar tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia sedang berbaring di tempat tidur yang benar-benar dia hafal. Tempat tidur bangsawan di Era Tiongkok Kuno yang sering dia tonton di drama sejarah Tiongkok. Tempat tidur dari kayu mahogani berukiran indah dengan kanopi dan tirai berwarna putih. Di dinding samping tempat tidurnya terdapat kaligrafi Cina.

Puteri Tersayang Keluarga Liu? Viona yang terkejut langsung terduduk. Hah? Bagaimana bisa dia membaca tulisan Mandarin Kuno? Ini tidak masuk akal sama sekali!

"Nona? Nona!!! Nona akhirnya sadar! Puji Dewa. Terimakasih Dewa!!!" gadis yang baru saja Viona sadari ternyata tertidur di sebelahnya langsung terbangun dan berseru kaget penuh haru melihat Viona yang terbangun.

"Nona?" Viona mengedipkan matanya bingung. Kemudian dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Kenapa dia juga bisa berbicara bahasa Mandarin? Dia mencoba menyebutkan kata "Ibu", "aku" dan "ayah" tapi semuanya keluar dalam bahasa Mandarin. Suara yang keluar juga tidak seperti suaranya.

Dia melirik gadis yang tetap memandangnya dengan khawatir melihat tingkah anehnya. Apa yang dimaksud gadis ini dengan sebutan nona adalah dia? Viona melirik tubuhnya. Pakaian yang dipakainya benar-benar indah. Pakaiannya kuno, seperti pakaian gadis bangsawan di dalam drama sejarah. Sutra berwarna biru muda. Terasa halus sekali.

Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ruangan ini benar-benar luas. Ruangan yang asing, orang-orang yang asing. Sebenarnya dia dimana?

Dia kembali menatap gadis dihadapannya yang berpakaian seperti pakaian pelayan di Zaman Tiongkok Kuno itu dengan heran. Dahinya mengerut. Kemudian sebuah pemikiran membuatnya sedikit panik, apa dia akan selalu seperti ini?? Apa dia akan kehilangan kemampuannya berbicara bahasa Indonesia? Tidak mungkin! Dia berusaha mengucapkan bahasa Indonesia yang selama ini dia ketahui.

"Dulu, sekarang, aku, kamu, kita." Meskipun perlahan, ternyata dia masih bisa berbicara bahasa Indonesia. Alhamdulillah ya Allah! Matanya berbinar mengetahui dia masih bisa berbicara bahasa ibunya.

Bao-bao menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia benar-benar bingung. Apa yang sedang diucapkan nonanya? Kenapa dia tidak bisa mengerti? Bahasanya sangat aneh! Apa nonanya berubah menjadi gila?

"Nona? Nona sedang bicara apa?" Viona yang sedang asik berlatih terkejut mendengar pertanyaan itu. Bodoh sekali! Masih ada orang disini, kenapa kamu berlatih bahasamu, Viona?! Dia menghardik dirinya sendiri.

Mountains oF LiesWhere stories live. Discover now