My Wound [Part 3]

103 15 5
                                    

Sebelum baca, vote (kasih bintang) dulu dicerita sebelumnya ya reader, terima kasih atas kerjasamanya.

Oke, happy reading❤

_ _ _

Wahai puan, bolehkah kutahu namamu?

* * *


Azril membuka buku diary yang ditemukan saat di ruang UKS siang tadi. Ia penasaran dengan siapa orang yang berinisialkan nama KN itu. Dibaliknya kertas itu satu per satu hingga di halaman berikutnya Azril melihat bahwa di sana ada nomor telepon yang tercantum.

"Gue tahu kalau si puan buku ini pasti kebingungan banget," ucapnya bermonolog sendiri.

Diraihnya benda kecil pipih miliknya, mencantumkan nomor telepon itu dan mengetikkan sesuatu, lalu menekan tombol send. Azril berharap bisa mendapat balasan dengan cepat, akan tetapi malah sebaliknya. Padahal ia sudah menunggu sangat lama sambil membolak balik buku yang ada di tangannya.

Hati Azril tidak berniat untuk membaca isi buku itu, tapi fikirannya justru sebaliknya. Dengan cepat Azril membaca buku isi diary yang ditemukannya. Setelahnya selesai, Azril menutup buku itu lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Azril menerka-nerka bahwa pemilik buku diary itu adalah orang yang tertutup, pribadi yang kuat dan selalu mencintai kedamaian. Entah kenapa Azril berfikiran seperti itu, tapi ia pernah mempelajari tentang sifat seseorang yang dilihat melalui tulisan tangannya.

Azril menjadi tambah penasaran siapa orang yang berinisial KN ini. Apakah dia seumuran dengannya? atau adik kelasnya? atau justru malah kakak tingkatnya? menebak-nebak hal semacam itu membuatnya bingung sendiri.

Namun lebih bingung lagi bagaimana nanti saat Azril mengembalikan buku itu kepada pemiliknya. Ia adalah cowok dingin yang jarang sekali berinteraksi dengan teman perempuannya. jika pun berbincang juga hanya sedikit.

Sempat Azril berfikir untuk meminta bantuan kepada abangnya untuk mengembalikan buku itu, namun ia rasa ini adalah tanggungjawabnya.

Diraihnya lagi benda pipih warna putih itu, berharap kali ini sudah ada balasan.

"Kenapa masih centang satu sih?!" gerutunya kesal karena nomor yang tersambung di aplikasi WhatsApp itu sedari tadi masih centang satu.

Dilihat juga profil akun itu tapi tidak ada nama lengkapnya. Hanya saja ada tulisan Kei~ yang tertera di sana.

Pintu kamar Azril terbuka. "Ngapain sih lo ngelihatin handphone sebel gitu?" Abangnya Azril kini angkat suara dari luar kamar sana.

Azril menoleh ke sumber suara dan melihat Abangnya sudah berdiri di depan pintu. "Eh, Bang. Enggak kok, biasa aja deh," ujarnya membela diri.

"Orang muka lo bete gitu kaya cewek PMS," Abangnya mencibir.

Azril melemparkan benda pipih itu asal, ia bangun dari tidurnya dan menghampiri abangnya.

"Bang, emang cewek yang namanya pake inisial K di sekolah kita siapa aja Bang?" tanya Azril kemudian.

Abangnya memang satu sekolah dengannya, hanya selisih satu tahun saja. Jika mau tanya tentang cewek pun abangnya itu selalu tahu. Berbeda jauh dengan dirinya yang hanya tahu beberapa nama cewek yang dikenalnya.

"Inisial K ya?" Abangnya itu tampak berfikir serius dan mencoba mengingat nama-nama cewek yang memiliki inisial K.

"Banyak sih" sahutnya cepat.

"Siapa aja?" tanya Azril lagi.

Lalu Abangnya menyebutkan namanya satu persatu, "Kara"

"Kamila"

"Kanaya"

"Kalica"

"Kanza"

"Keyla"

"Kiki"

"Kirana"

"Kristina"

"Keisya"

Inilah akibatnya jika Azril menyuruh abangnya menyebutkan semua cewek yang memiliki nama berinisial K.

"Stop, jangan dilanjutkan Bang," katanya sambil menutup kedua telinganya.

"Kenapa?" tanya Abangnya bingung kenapa disuruh berhenti menyebutkan nama berawalan K yang dikenalnya.

"Banyak banget sumpah"

"Itu belum seberapa, nih ya masih ada..,"

"Sttt, udah Bang. Itu udah cukup."

"Yaelah nih bocah, eh emang lo lagi suka sama siapa sih? sama Kadek? atau sama Kabira? sama siapa ha?" Abangnya itu semakin geregetan dengan sikap tertutup Azril.

Azril nyelonong keluar dari kamarnya dan meninggalkan abangnya masih berdiri di sana sambil menyebutkan nama cewek berinisial K yang belum disebutkan.

"Kemana lo, Ril?" teriak Abangnya yang masih di dengar Azril dari dapur.

"Bantuin Bunda."

"Lo tuh gak bisa buat kue, Abang yang bisa!"

Membantu bundanya adalah keputusan yang tepat daripada harus mendengarkan ocehan abangnya itu.

Tapi meskipun sekarang ia tak acuh dengan nama perempuan berinisial KN itu. Azril masih berharap ada balasan dari pesannya setelah ia mengirim pesan singkat di ponselnya, KN?

Ataukah perempuan berinisial KN itu adalah nama terakhir yang disebut abangnya tadi? apakah nama dia, Keisya?

* * * * *

Bagaimana cerita di part ini menurut kalian?
Jangan lupa vomment ya reader!
Vomment dari kalian sangat berarti untuk Author menuliskan cerita di part selanjutnya.
Oke, sampai bertemu di part selanjutnya.
Happy reading ❤
.
.
.
.
.

My Wound [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang