My Wound [Part 14]

28 5 0
                                    

Sepertinya kita harus keluar dari zona nyaman, sekalipun itu kita tidak menyukainya.

* * *

Keira mengendus sebal ketika Azril memintanya untuk naik ke rooftop lagi. Mau mengambil buku diarynya saja susah banget hanya karena makhluk yang satu itu. Dengan rasa kesal yang membuncah di hatinya,Keira berjalan menaiki satu per satu anak tangga menuju rofftop. Seperti yang ia lihat sebelumnya, sosok lelaki itu tengah duduk menunggunya.

"Kenapa sih lo jadi mempersulit hidup gue? Gue kan cuma mau ambil buku diary gue aja!"

Keira menghentakkan satu kakinya lalu duduk dan menatap tajam ke arah Azril yang sedang memejamkan mata.

Azril tidak merespon.

"Zril, gue enggak suka ada di tempat horror kaya gini!"

Sekali lagi Keira bersuara lebih keras agar lelaki itu segera memberikan bukunya dan berlalu pergi. Akan tetapi semua itu tidak berhasil. Azril perlahan  membuka matanya, pandangannya lurus menatap ke arah Keira yang sedang menatapnya.

Entah kenapa tiba-tiba Keira dibuat tak berdaya karena tatapan Azril. Jantungnya juga tiba-tiba berdegup lebih kencang. Apakah ia suka dengan lelaki yang ada di depannya? Berbagai fikiran itu seketika lenyap saat Keira menyadari Azril mengangkat buku diarynya dengan sebelah tangannya.

"Lo mau buku diary lo kembali kan?" tanya Azril dengan serius.

Keira mencoba meraih buku itu tapi sayangnya gagal.

"Kesempatan pertama gue udah kasih baik-baik buku ini. Tapi sayangnya lo ceroboh dan meninggalkan buku ini gitu aja." Azril mengingatkan kecerobohan Keira.

Keira mengakuinya jika dirinya salah. Keira langsung to the point menyebutkan kenapa dirinya pergi.

"Gue takut hantu Zril," ungkapnya dengan suara sepelan mungkin.

Azril masih bisa mendengarnya. Ia mengulum senyum, "gue cuma bohong kok."

"Apa lo bilang?" tanya Keira tidak percaya.

Azril mengalihkan pandangannya ke depan, "pohon beringin itu enggak ada hantunya. Gue bohongin lo."

Dasar tukang bohong, Keira membatin.

"Terus maksud lo apa nyuruh gue ke sini kalau lo enggak mau mengembalikan buku gue?" tanya Keira kesal.

"Gue mau mengembalikan buku lo jika lo mau membantu gue," ucap Azril terdengar seperti perintah.

Hati Keira semakin kesal mendengar perkataan Azril barusan. Tapi sekalipun ia kesal, dirinya tidak sanggup untuk memperlihatkannya kepada Azril.

"Lo aja belum minta maaf saat gue kelamaan nunggu lo di kafe," keluh Keira sembari mengingatkan jika Azril mengingkari janjinya.

Azril kembali menatap Keira dengan tatapan dingin, "gue bilang kalau gue akan ke sana. Tapi sewaktu tiba, lo udah enggak ada. Lo pergi ke mana?" tanya Azril tidak mau kalah.

Keira diam. Ia mencari jawaban yang tepat untuk dijadikan alasan.

"Gue ada janji sama nyokap. Lo aja yang kelamaan, jadi gue tinggal," jawab Keira sembarangan.

Azril hanya mengangguk. Sebenarnya ia melihat Keira saat meninggalkan kafe.

"Oke-oke. Tapi gue tetep enggak berubah fikiran. Gue cuma mau mengembalikan buku ini jika lo mau membantu gue." Azril bersikeras membuat Keira tidak bisa menolak permintaannya.

Dengan berat hati Keira menyerah, "bantuin apa?"

Sekilas Azril tersenyum, "siang nanti ada pengumuman lomba untuk minggu depan. Gue pengen ikut fotografi, dan lo jadi modelnya."

Ini bukan keinginan Keira. Bahkan Keira sangat tidak menyukainya. Kenapa dirinya harus menjadi model? Kenapa tidak memilih Luna saja? Tapi mau tidak mau ia tetap menyetujuinya.

"Oke, gue mau bantuin lo. Tapi lo janji untuk satu kali ini aja."

Keira mengangkat sebelah jari kelingkingnya. Sedetik kemudian Azril menautkan kelingking nya, "janji. Minggu ini gue jemput lo di rumah buat mulai ambil sesi pemotretan."

* * * *

Hmmmmm, ada yang nunggu part berikutnya?
Sabar ya.
Jangan lupa vote dan comment di cerita ini😊
Kalau mau rekomendasi cerita untuk teman kalian juga boleh kok, hehehe
.
.
.

My Wound [Completed]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ