Part 34

1.9K 157 26
                                    

Haneul tertegun di tempatnya ketika melihat siapa yang datang. Dia pikir itu adalah Hanbin, namun ternyata bukan.

"Sudah merasa lebih baik?" tanyanya seraya mendekat.

"S-sudah."

"Maaf karena baru bisa menjengukmu sekarang. Dan maaf karena membuatmu mengalami semua ini."

Haneul tersenyum tipis. "Tidak apa, Sunbae."

"Sudah makan?" tanya Taeyong kemudian. Dia mengambil sebuah apel yang terdapat di piring dan langsung mengupasnya.

"Eh? Sudah."

"Apa wajahmu masih sakit? Terlihat masih memar," ucap Taeyong di sela kegiatannya mengupas apel.

"Masih terasa ngilu, tapi tak apa. Kurasa sebentar lagi membaik. Tapi ini tidak seberapa dengan Baejin."

Gerakan tangan Taeyong berhenti di detik itu juga.

"Lukanya lebih buruk dariku. Meskipun aku setengah sadr, tapi aku bisa melihat orang-orang itu memukuli punggungnya. Tapi Baejin hanya diam dan menghalangiku. Kupikir aku akan mati di sana, tapi entah bagaimana caranya dia bisa datang dan menolongku. Dia bahkan rela kedinginan semalaman—" Haneul tiba-tiba menghentikan ucapannya. "Ah, m-maaf, Sunbae. Aku tidak bermaksud—"

"Tidak apa-apa. Setidaknya sekarang kau baik-baik saja." Taeyong tersenyum, dan itu semakin membuat Haneul merasa bersalah. Bagaimana pun, gadis itu tahu seperti apa perasaan Taeyong padanya. Tidak seharusnya dia mengatakan itu.

"Ini, makanlah." Taeyong memberikan sepotong apel apel kepada Haneul yang langsung diterima dengan baik oleh gadis itu.

"T-terima kasih."

"Kurasa aku harus pergi. Maaf mengganggu waktumu. Beristirahatlah." Taeyong mengelus puncak kepala Haneul dan segera pergi.

"S-Sunbae ... " Haneul menatap punggung Taeyong yang kini menghilang di balik pintu. Gadis itu membuang napasnya dan menatap beberapa potong apel yang ada di piring.

"Maaf. Tidak seharusnya aku berkata begitu," lirihnya.

Sementara itu Taeyong tidak benar-benar pergi. Dia kini masuk ke kamar rawat lain. Si penghuni kamar itu menatapnya sekilas sebelum membuang pandangannya ke arah lain.

"Sudah baikan?" tanya Taeyong.

"Seperti yang kau lihat."

Taeyong tersenyum dan mendudukkan dirinya di kursi di sebelah ranjang.

"Terima kasih," ucap Taeyong. Lelaki itu mengembuskan napasnya pelan sebelum melanjutkan, "karena sudah menyelamatkan Kim Haneul."

"Ya."

"Dasar. Harusnya kau tidak bertindak sendirian." Taeyong mengacak pelan rambut Jinyoung.

"Jauhkan tanganmu."

Taeyong terkekeh. "Kang Seulgi dan Jennie sudah mengakui kesalahannya, juga orang-orang yang membantu mereka. Jadi kau tidak perlu khawatir."

"Seharusnya kau tidak mengajak Haneul pergi bersamamu malam itu."

"Iya, aku tahu. Dan aku menyesal."

"Hyung ... " panggil Jinyoung pelan tanpa mengubah posisinya.

"Hm?"

"Kenapa harus Kim Haneul?"

Meskipun lirih, tapi Taeyong masih bisa mendengarnya cukup jelas. Lelaki itu menghela napas.

"Karena dia Kim Haneul."

Jinyoung menatapnya dengan kening yang mengerut.

"Karena hanya dia yang bisa membuatku begini. Dia— entahlah, aku hanya merasa kalau dia berbeda. Selama ini aku bersikap tak acuh pada siapa pun, tapi dia berhasil meruntuhkan semuanya." Kini Taeyong menatap Jinyoung.

Sekolah Cogan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang