kejahatan yang terbongkar.

263 7 0
                                    

- Kantor polisi -

"Tuan, nyonya. Ada apa ini?" tanya salah satu polisi ketakutan.

Warth duduk, "aku mau melaporkan satu kasus,"

"Ka-kasus apa ya?"

Warth tersenyum, "kau tau kan pengeboman yang sempat terjadi akhir-akhir ini? Aku ingin melaporkan kejadian itu?"

Polisi itu terkejut, "tuan sudah temukan pelakunya? Tolong beritahu saya, kebetulan saya juga sedang menyelidiki kasus ini. Hanya saja entah kenapa tiba-tiba diberhentikan," ujar polisi itu.

Nina berkeringat dingin. Dia bersembunyi dibelakang Bearlin yang kini sedang menyilangkan tangannya didepan dada. Matanya hanya tertuju pada Amy. Penuh kebencian, hawa pembunuh.

"Ya. Pelakunya orang yang berambut biru itu," ucap Warth sambil menunjuk kebelakang.

Bearlin dan Nina melotot. "Apa maksudmu orang berambut biru?! Maksudmu aku?!" teriak Bearlin salah sangka.

Sedangkan Nina hanya meringkuk, memegangi perutnya. Dia merasakan sakit yang luar biasa. Apa ini, apakah ini sakit karena aku gugup?pikirnya.

Warth hanya tersenyum. "Apa maksudmu Warth? Bukan aku kan? Itu Nina kan?" ujar Bearlin.

"Bukan. Itu kalian berdua,"

Seisi ruangan terkejut, "haa? Bukanya cuma Nina?" tanya Ima bingung sekaligus terkejut.

"Ya, pelaku pengebomannya hanya dia. Tapi, aku menuduh Bearlin untuk kasus lain. Mumpung dia ada disini," ujar Warth seraya menyeringai.

"Bukan.. Aku, aku tidak.." rintih Nina semakin merasakan nyeri diperutnya.

"Apa buktinya tuan?" tanya Polisi itu.

Warth menatap Ariya. Ariya dengan sigap menelpon polisi yang mencari serpihan kaca itu.

"Tuan, kami menemukannya. Kami tidak menyentuhnya, dan sudah kami masukan menggunakan pinset ke Airbag," ucap yang diseberang.

"Bagus, bawa itu kekantormu," ucap Ariya lalu menutup telepon.

Warth bersiul, "begitulah seorang detektiv. Kalau begitu, sambil menunggu bukti kuat datang, kita bongkar bukti lemah dulu," ucap Warth seraya mengambil botol air mineral punya polisi itu. "Tuan. Minum saya,"

"Mau apa kau," tanya Nina, mundur beberapa langkah.

Warth membuka tutup botolnya, dan melemparkan isinya kemuka Nina. "Kyaa!!"jerit Nina. Foundationnya luntur tak bersisa menampakan bekas luka itu.

Nina teringat saat Warth menyiram wajahnya dengan cairan kopi. Dia.. Udah tau waktu itu,!pikir Nina. Dia melihati wajah Warth yang menyeringai menyeramkan.

Kakinya bergerak sendiri kearah pintu keluar. Alam bawah sadarnya menyuruhnya untuk lari, hanya lari, lari,lari.

"Mau kemana kau, Nona,"

Tiba-tiba Nina merasakan sakit diperutnya kembali. "Aaghk!! Apaan ini. Sakit banget!" rintih Nina.

"Nina, kau ini lagi hamil kan?" tanya Warth mengejutkan Nina.

"Hah.. Apa,..maksudmu?" tanya Nina.

"Mungkin kau tak menyadarinya. Tapi, kau tadi kelihatan kesakitan. Kau, baru-baru ini minum pil.. Pil apa lah. Kan?" tanya Warth.

Nina hanya bisa melihati Warth. Pasrah.

"Kau, tau semua," ucap Nina.

"Haha.. Begitulah aku. Jadi, pak polisi lihatlah bukti pertama ini. Bekas luka di wajahnya," ucap Warth.

Nona Penari Malam & Tuan CEO Bangsawan (END~)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang