Chapter ● 4 ✈

6K 228 28
                                    

Kring ... Kring ...

Aku bernafas lega, karna bisa terhindar dari pria itu. Nafasku tersenggal-senggal saat masuk ke dalam kelas.

Aku melempar tas ku ke atas meja, sambil mengatur nafasku.

Buk Dona pun masuk dengan beberapa buku tebal di genggamannya.

Sebelum pelajaran di mulai, tiba-tiba seseorang masuk ke dalam kelas. Ternyata pria itu lagi.

Sudah cukup kah! Dia mengganggu hidupku?

Yatuhan ... hamba punya dosa apa, sampai di pertemukan lagi dengan ompedo ini.

Sebisa mungkin, aku menetralkan wajahku.

"Permisi! Buk, saya mau panggil Senja Flisiya boleh?" Tanyanya.

"Oh pak Langit, boleh kok." Ujar buk Dona dengan senyum genitnya.

Seisi kelas menatapku iri terutama yang perempuan.

"Senja, silahkan ikut pak yayasan ini. Kalau bandel jewer aja pak!" Ujarnya dengan senyum yang di buat manis.

Dengan kesal aku melamgkahkan kakiku ke depan kelas. Lalu keluar kelas bersama ompedo itu.

"Terimakasih buk Dona." Ujar lelaki itu.

Ompedo yang ku ketahui bernama Langit itu memanggil namaku. "Senja!"

Aku berbalik badan dan menatapnya. "Kenapa? Tidak puas kah kau mengganggu ku?"

"Kau harus tanggung jawab." Bisiknya tepat di telingaku.

"Tanggung jawab, untuk apa?"

"Karna telah membuatku tertarik, padamu."

"Bisa dibilang, aku jatuh cinta denganmu." Ujarnya sekali lagi.

Seketika tubuhku mematung, saat mendengar penuturan Langit. Apa dia baru saja mengungkapkan perasaannya?

Hei bodoh! Mana ada pertemuan singkat langsung jatuh cinta.

Dikiranya lagu kali ya? Dari mata ku jatuh cinta. Cih! Mana ada jaman modern gini seperti itu.

"Tapi aku tak jatuh cinta dengan mu, bagaimana?" Tanyaku yang ingin melihat keseriusannya terhadap diriku.

"Aku akan buat, dirimu jatuh cinta. Dengan seorang Putra Langit." Ujarnya.

Aku hanya mengikuti kemana langkahnya pergi, ternyata dia mengajakku ke kantin. Aku mengambil duduk di hadapannya.

"Seharusnya, kau berterimakasih kepadaku." Ujarnya.

"For?"

"Karna aku, telah membebaskanmu. Dari pelajaran lucknut itu." Ujarnya dan setelah ku pikir-pikir benar juga.

"Iya, terimakasih om." Ujarku memanggilnya dengan sebutan 'om'

Langit menghentikan minumnya, lalu menatapku. "Kau baru saja, memangilku dengan sebutan apa?"

"Om." Jawabku dengan polos.

"Katakan sekali lagi, ku pastikan kau jadi istriku detik itu juga." Ancamnya yang menurutku basi.

"Memang itu, sebutan yang pantas untuk dirimu."

"Mau ku panggil dengan sebutan 'ompedo' ?" Tawarku.

"Panggil aku Langit." Ujarnya.

"Dan aku, akan memanggilmu dengan sebutan 'gadis abg' gimana?" Tanyanya yang membuatku ingin mengulek dirinya dan menjadikannya seperti prekedel.

The Perfect Pilot [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang