03 | CYSWIS

838 161 7
                                    

// Apa yang lebih penting daripada harga diri? Sesuatu yang tanpa sadar bisa membunuh kita dari dalam.

——————

***

Restoran makanan pedas favorit jisoo terlihat sudah cukup ramai, padahal belum memasuki waktu makan siang. Dia makan bersama teman kuliahnya jennie, Kim Jennie. Seorang Disigner mode pakaian muda, yang begitu modis dan bergaya.  Mereka berdua sudah berteman cukup lama hingga sekarang, hingga jennie yang beberapa bulan lagi akan melangsungkan pernikahannya dengan seorang CEO muda perusahan elektronik.

"Selamat jen untuk acara tunangannya kemarin, maaf aku tidak sempat hadir" 

"Kau ini beneran temanku bukan sih jis, acara pertunangan temannya saja tidak hadir, memilih sibuk dengan pekerjaan" keluh jennie, membuat jisoo tidak bisa menahan tawanya lagi.

"Kan aku sudah minta maaf, waktu acara pernikahan nanti, janji aku bakal ada disampingmu hingga acara selesai" ucap jisoo bersungguh-sungguh tidak lupa dengan senyuman khasnya

"Awas saja berbohong, acaranya tinggal tiga bulan lagi"

Dan senyuman jisoo perlahan-lahan luruh, baru ingat dia harus menjalankan tugas diluar negeri. Paling lambat tiga bulan, apa sempat dia menghadiri pesta pernikahan sahabatnya itu. Memikirkannya membuat jisoo pening tiba-tiba, tanpa sadar memegang kepala, kebiasaan lamanya saat dalam keadaan cemas.

"Kenapa jis? tidak bisa?" sebagai teman lama, jennie tentu paham betul jika jisoo sudah bertingkah seperti itu.

"Bisa kok bisa, kan aku sudah janji" ucap cepat jisoo, jangan sampai jennie jadi sedih untuk kedua kalinya. Cukuplah sekali dia tidak hadir dalam acara penting sahabatnya itu, selanjutnya sebisa mungkin dia harus hadir, apapun caranya.

"Kamu baik-baik sama jongin, jangan sering bertengkar lagi." jisoo mengalihkan pembicaraan, memberikan nasihat pada calon pengantin itu.

"Iya, kan sebentar lagi menikah" 

"Awas saja datang-datang kerumah malah menangis seperti biasanya" jisoo tertawa diakhir ucapan, bukan mau menggoda jennie, tapi memang benar sering terjadi, jennie yang bertengkar dengan calon suaminya jongin dan berakhir menangis semalaman di kamar jisoo.

"Berhentilah tertawa, kau juga harus mencari pasangan hidup. Tidak malu apa sama teman-teman lain yang sudah menikah, kau jadi kelihatan tidak laku jis" kali itu jennie balas tertawa, membuat jisoo memasang tampang malasnya.

"Tidak laku? Bahkan Lee Tae-yong anak jurusan tehnik SNU yang sekarang menjadi calon CEO perusahaan tekstil POSCO Group saja menyukaiku jen, jangan asal bicara"

"Haha.. mana buktinya. Jika suka  kenapa ditolak" jennie terus saja memojokkan jisoo atas ketidakpunyaann memiliki pasangan, setidaknya jisoo harus punya pacar sekali dalam seumur hidup.

"Ya akunya yang memang tidak mau" jawan jisoo gugup.

"Ayolah jis, pria setampan dan sekaya taeyong saja kamu tolak. Harusnya kau sadar diri, tidak selamanya ada orang seperti Lee Taeyong itu" berulang kali jennie mencoba berusaha melunakan hati beku jisoo itu, tapi dasarnya keras ya tetap akan keras.

"Aku tidak suka, dia orangnya kasar." jennie menatap sahabatnya itu lama, kadang juga merasa kasihan dengan jisoo padahal hanya memandangi wajah sendunya saja.

"Kemarin, Park Jinyoung menghubungiku, dia minta nomor handphonemu padaku, dan aku harap kau tidak mengabaikannya kali ini"

"Aku dengar dia sudah jadi dosen tetap di SNU, kenapa dia masih saja mencari wanita sepertiku yang hanya sebatas memiliki pekerjaan kotor" ucap jisoo pelan, pikirannya kembali pada malam kemarin, saat oppa nya saja menyebut pekerjaan yang dimilikinya kotor.

Can You Saw What I See ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang