Part VIII - Masalah baru (2)

425 90 80
                                    

"Kalau mereka tak bisa diajak kerja sama...," Perkataannya terhenti tatkala ia mulai menodongkan senapannya kepada salah seorang diantara kami. "Ya tinggal bunuh saja...."

Sesaat kemudian, pria itu menekan pelatuknya. Peluru timah melesat dari moncong senjata. Target pertamanya adalah aku.

Sungmin hyung tak tinggal diam melihat hal itu. Ia segera mendorong tubuhku sampai terjatuh. Alhasil, peluru itu hanya mengenai vas bunga di dekat kami.

Pria itu menembak lagi disaat keadaan kami masih kepayahan. Kali ini sasarannya adalah jendela kamar Nana. Serpihan kaca beterbangan. Kami segera menunduk dan menutupi kepala dengan tangan. Mencoba melindungi diri supaya tidak terkena pecahannya.

Ia terus menembak benda berbahan kaca yang ada di dekat kami. Mulai dari jam dinding, kaca meja rias, ornamen kaca, dan masih banyak lagi. Membuat lantai yang kami pijaki dipenuhi oleh serpihan-serpihan tajam.

"Dengan ini, kalian akan kesulitan bergerak," Ujar pria itu lalu mengambil gergaji mesin Kim Songjo.

Ternyata tujuan awalnya tak langsung membunuh dengan tembakan peluru. Melainkan membuat medan yang kami pijaki dipenuhi hambatan berupa pecahan kaca. Membuat kami yang tak punya banyak pengalaman bertarung menjadi lebih mudah diatasi.

"Ajumma, sembunyi di belakangku!" Ibunya Nana menuruti perintahku.

Suara gergaji mesin yang dinyalakan kembali terdengar horor di telinga kami. Huijun dan Sungmin hyung menekan pelatuknya. Peluru melesat, namun sama sekali tak mengenai pria itu. Ia mendekat dengan sedikit berlari lalu mengangkat tinggi senjata yang digunakannya.

Dapat kulihat dari sudut mata, tangan Huijun bergetar memegang senjatanya. Yang kami lawan bukan zombie, melainkan sesama manusia.

Tiba-tiba saja, pria itu melempar gergaji mesin yang masih menyala. Telat sedetik saja menghindar, darah segar pasti sudah mengucur dari permukaan kulit yang robek.

Kami semua terlalu terkejut dengan serangan mendadak pria itu. Hingga tak menyadari sosoknya yang sudah ada di depan mata. Ia mendorong dan mencekikku ke tembok. Huijun dan Sungmin hyung hendak menyerang pria ini. Namun sebelum melakukan itu, kedua anak buahnya sudah lebih dulu melumpuhkan mereka.

"Tak pernah bertarung, ya. Dasar amatir!" Ejeknya sambil meludah ke arahku.

Udara makin menipis, paru-paruku sangat membutuhkan oksigen. Tentu saja, pria ini tak membiarkanku melakukan hal sesederhana bernapas dengan baik. Ia melepas paksa masker gas yang kugunakan lalu membuang benda itu ke sembarang arah. Cekikannya makin menguat. Kutekan ujung tongkat baseball yang berpaku ke dadanya dengan tangan yang semakin melemas.

Ia menggeram kesakitan saat paku menyentuh dadanya. Meskipun tertutupi pakaian, tetap saja ujung yang tajam dapat melukai permukaan kulit. Tak membiarkan hal itu terus berlanjut, ia segera menyingkirkan tongkat baseball ku.

Pria itu membantingku ke lantai yang dipenuhi pecahan kaca. Punggungku remuk dan beberapa partikel tajam itu merembes masuk dan melukai permukaan kulitku. Ia menarik kerah bajuku, memaksa tubuh ini untuk bangun.

"Hei, kau tahu? Sangat sulit menemukan manusia di tengah kumpulan mayat hidup...," Ujarnya sambil memukul ulu hatiku. "Menghabisi mereka sama sekali tak ada sensasinya...."

Dapat kurasakan rasa besi mulai memenuhi ruang di mulutku. Aku menggigit bibir, berusaha menahan sakit yang mulai menguasai tubuh ini.

"Tubuhmu lumayan kuat. Diantara kalian, aku paling menyukaimu. Sekali lagi kutanya...," Ia mengulangi hal yang sama seperti tadi, yakni mencekikku di tembok. Namun kali ini, mata pisau yang berkilat di bawah cahaya lampu mulai menodongkan pada leherku. "Mau bergabung dengan kami dan singkirkan mereka. Atau biarkan pisau ini yang menyelesaikan semuanya...."

MCND | Top Gang Surviveحيث تعيش القصص. اكتشف الآن