Part XXXV - Him

165 42 34
                                    

Sudah beberapa hari lalu sejak aku dan Yunyoung terakhir kali berinteraksi. Setelah pergi meninggalkan tendanya, sosok remaja menyebalkan itu tak terlihat lagi hingga saat ini.

Huijun dan Junhyuk telah kembali ke kamp pengungsian. Kami menempati tenda yang sama seperti sebelumnya. Berkat penjelasan Bangchan Hyung tentang penyakit yang menjangkiti tubuh adik dan temanku itu, pandangan sebangian besar pengungsi sudah lebih baik pada kami. Namun, masih ada juga yang diam-diam membicarakan di belakang dan memberikan tatapan sinis.

"Kemana sih bocah itu?" tanyaku menyisir daerah sekitar. Huijun yang mendengar hal itu, langsung memberi tanggapan.

"Siapa yang Hyung maksud?"

"Yunyoung," jawabku.

Hening melanda di antara kami. Huijun menatapku lekat seolah memikirkan siapa sosok pemilik nama yang baru saja disebut. Sebelum akhirnya aku sadar telah keceplosan lalu menutup mulut dengan kedua tangan.

"Siapa Yunyoung? Apa Hyung diam-diam punya pacar saat aku sakit? Kenapa Hyung tak memberitahuku?"

Huijun membombardir dengan rangkaian pertanyaan. Aku menggelengkan kepala saat ia memegang kedua bahuku dengan tatapan yang menuntut jawaban. Apa hal ini boleh kuberitahu juga padanya?

Mau berbohong pun, juga percuma. Akhir-akhir ini, Huijun jadi lebih peka dengan kejadian sekitar. Apalagi, saat ia tahu aku diam-diam menemui dan bekerja sama dengan Minho Hyung.

"Yunyoung itu ... Teman Appa."

Kalau kubilang Yunyoung itu temanku, sepertinya tidak pas. Kami bahkan saling gelud saat pertama kali bertemu.

"Itu artinya dia juga petinggi koloni ini? Kau berpacaran dengan orang yang lebih tua darimu? Dia om-om?"

Makin diladeni, Huijun melayangkan pertanyaan yang tambah absurd. Mau tak mau, kuceritakan sedikit tentang anak itu supaya ia tak salah paham seperti Yoojung-ssi saat melihatku dengan Minho Hyung.

"Tidak, dia masih remaja seperti kita. Saat kau dan Junhyuk sakit, aku bertemu dengannya. Namun, beberapa hari ini sosoknya sama sekali tak terlihat," jelasku sembari melepas tangan Huijun dari bahu saat mulai merasakan nyeri pada area luka.

"Jangan dekati dia!" tambahku lagi, "Yunyoung anak yang nakal."

Ya, setidaknya yang terakhir itu tak terlalu benar. Maaf Huijun, aku tak mau kau sakit lagi karena gelud dengan anak itu. Meskipun badannya kurus, tapi tenaganya tak main-main.

"Omong-omong, siapa yang membawamu saat aku pergi waktu itu?"

Huijun terdiam. Mulutnya sedikit terbuka, tapi ia masih belum bicara apa-apa. Tatapannya menjadi tidak fokus, ia sedang menggali memorinya.

"Entahlah, Hyung. Aku juga tidak tau. Tapi dia membawaku ke gudang penyimpanan saat insiden hari itu terjadi."

"Lalu, bagaimana dengan Junhyuk?" tanyaku kembali.

Huijun menggigit bibirnya sambil menghela napas, "Dia ditinggalkan saat aku dibawa, Hyung."

Otakku berusaha mencari benang merah dari peristiwa pemberontakan itu. Kemungkinan besar, bukan Yunyoung yang membawa Huijun. Bagaimana bisa dia melakukannya dengan cepat lalu menyandera Junhyuk?

Lagipula, jarak ruang penyimpanan dan ruang ganti atlet cukup jauh. Itu artinya, ada satu orang lagi yang belum terungkap dalam insiden ini. Mungkinkah orang itu salah satu diantara temanku atau kemungkinan lain, Ketua Choi?

Tapi Huijun bilang ia tak mengetahuinya. Ini jadi makin sulit saja.

"Kemana Sungjun Hyung dan Seungmin Hyung? Mereka tak bersamamu malam itu?"

MCND | Top Gang SurviveWo Geschichten leben. Entdecke jetzt