Part XXXXIV - Flight

102 39 15
                                    

"Minjae!"

Sontak aku menoleh setelah mendengar teriakan samar yang tak asing. Di ujung jalan, sebuah mobil bak terbuka melaju kemari. Mobil yang sama saat aku menjalankan misi ekspedisi. Si pelaku yang wajahnya tampak familiar mencuri arah pandangku. Seungmin Hyung, dia berdiri di atas bak mobil. Melambaikan tangannya, lalu tersenyum lebar tak peduli dengan kumpulan zombie yang mendekat untuk menyerang pemuda itu.

"Cepat kemari, Minjae!" teriak Seungmin Hyung. Ia tak menyadari keberadaan satu zombie yang berhasil naik ke atas bak mobil.

Darahku terasa mendidih saat melihat hal itu. Dengan panik, kucari pistol pemberian Ketua Choi untuk menembak zombie sialan yang mau menerkam Seungmin Hyung dari belakang. Apes, keberadaan senjata itu tak jelas di mana rimbanya.

Roda mobil telah berhenti berputar. Sungjun Hyung mencari aman dengan mengambil jarak agak jauh dari pohon yang kupanjat. Dari atas sini dapat kulihat raut wajahnya yang panik dan tangannya yang memrgang stir dengan erat. Menyuruhku supaya cepat naik ke mobil, lalu meninggalkan tempat ini. Kerumunan zombie mulai meninggalkan posisi semula. Tampaknya mereka tertarik dengan bau tubuh Seungmin Hyung.

"Menunduk, Hyung!" teriakku.

Dengan raut wajah penuh tanda tanya, Seungmin Hyung menuruti titahku sambil melindungi kepalanya dengan sebelah tangan. Sebuah senter milik Ketua Choi kulempar tepat sasaran mengenai zombie di belakang Seungmin Hyung. Ia terlonjak, lalu cepat-cepat menghindar dari cakaran yang hampir mengenai wajahnya.

Kuputuskan untuk berpindah tempat menuju dahan lain dengan perlahan tapi pasti supaya tak terjatuh, lalu jadi santapan kumpulan zombie di bawah. Saat jarak yang memisahkan kami tak lebih jauh dari yang sebelumnya, aku mengambil ancang-ancang untuk melompat ke atas bak mobil.

Dalam hitungan ketiga setelah Seungmin Hyung menembak zombie yang hampir menerkamnya, kakiku sudah tak berpijak pada dahan. Dengan modal nekat sambil berharap supaya Dewi Fortuna berpihak padaku. Namun nyatanya, sepertinya ia ingin bermain sedikit dengan nasibku.

Pendaratanku tak semulus apa yang diharapkan. Agak sedikit offside, untung saja Seungmin Hyung memegangi baju belakangku. Kalau tidak, bibirku pasti sudah berciuman dengan aspal.

Setelah dirasa ada beban berat yang tiba-tiba naik ke atas bak mobil, Sungjun Hyung langsung tancap gas menjauh dari tempat ini sesegera mungkin. Karena menghindari beberapa zombie yang menghalangi jalan, cara menyetirnya jadi ugal-ugalan. Beberapa kali aku dan Seungmin Hyung terhuyung hilang keseimbangan.

Selagi mobil melaju melintasi jalanan yang ramai dengan mayat hidup, Seungmin Hyung beberapa kali melontarkan pertanyaan yang ujung-ujungnya tak kujawab. Pemuda itu sepertinya kesal. Sampai akhirnya ia mengguncangkan tubuhku supaya menjawab setidaknya satu pertanyaan yang diajukannya.

Tubuhku terlalu lelah. Jantungku masih berdetak dengan cepat. Bahkan nampaknya, Seungmin Hyung tak menghiraukan keringat sebesar biji jagung dan luka di beberapa bagian tubuhku. Hingga akhirnya ia menyerah, lalu menyandarkan kepalanya di bahuku sambil mengoceh banyak hal.

Tunggu, aku baru menyadari sesuatu. Jadi tim yang dimaksud Ketua Choi adalah mereka, teman-temanku sendiri?

"Seungmin Hyung," panggilku. Sang empu nama berhenti mengoceh. Ia memusatkan perhatiannya padaku sembari menunggu apa yang akan kuucapkan. Sebelum hal itu terjadi, mobil telah berhenti melaju. Kami sampai di tempat tujuan.

"Tidak jadi," ujarku.

"Akhirnya kalian sampai." Junhyuk, anak itu melambaikan tangannya kepada kami persis yang dilakukan Seungmin Hyung. Bedanya, raut wajahnya tetap datar. Tak senyam-senyum seperti pemuda yang ada di sampingku ini.

MCND | Top Gang SurviveWhere stories live. Discover now