Part 8

170 13 2
                                    

Miyeon tidak pernah membayangkan akan mengalami banyak kejadian dalam semalam. Baru beberapa jam lalu ia tengah gugup mempersiapkan diri untuk menghadiri acara orang tua Dokyeom. Bercanda dengan Mingyu, Jeonghan, dan Wonwoo, mengobrol sebentar dengan kedua orang tua Dokyeom, dan akhirnya berhasil melelehkan kebekuan di antara ia dan Dokyeom walaupun hanya sedikit.

Siapa yang menyangka jika tidak ada satu jam kemudian ia mendapatkan telepon dari rumah sakit yang mengabarkan bahwa adiknya mengalami kecelakaan. Otak Miyeon seperti berhenti bekerja. Wanita itu seperti robot ketika Dokyeom menggandengnya menuju tempat parkir. Ketika sampai di rumah sakit, wanita itu masih membisu. Dokyeom lah yang akhirnya mengurus semua administrasi dan keperluan rumah sakit lainnya.

Bagaimana seseorang bisa terlihat begitu cantik ketika sedang rapuh? Dokyeom bertanya-tanya sambil menatap Miyeon yang terduduk di depan ruang operasi. Miyeon melihat lurus ke depan. Pandangannya kosong. Kedua tangannya memeluk dirinya sendiri. Dokyeom berjalan mendekat dan menyampirkan jasnya ke bahu Miyeon yang terbuka. Dan ia hanya bisa menghela napas ketika Miyeon masih tidak merespon apapun. Berjam-jam Dokyeom lalui hanya dengan terdiam sambil menatap Miyeon. Ia tidak berani mendekat. Memandang wanita itu dari tempatnya duduk sekarang yang berjarak beberapa kursi dari kursi Miyeon, sudah cukup baginya. Sesuatu dalam diri Dokyeom ikut terluka melihat Miyeon yang seperti ini; diam seakan-akan jiwanya sudah tidak ada di sini lagi.

Tidak lama kemudian, Jisoo dan Jinyoung datang dengan langkah tergesa. Miyeon langsung berdiri, lalu menghambur memeluk Jisoo dan menangis di bahu kakaknya itu. Dokyeom harus mengalihkan pandangannya melihat sepasang kakak beradik itu menangis sambil berpelukan. Tangis mereka begitu lirih, menyayat hati siapa saja yang mendengarnya. Jinyoung duduk di samping Dokyeom, tanpa berkata-kata dan hanya menepuk bahu Dokyeom sekali.

“Tzuyu masih di dalam?” Jinyoung bertanya tanpa menatap Dokyeom. Pandangannya masih terpaku pada istri dan adik iparnya yang kali ini duduk berdampingan dengan tangan Jisoo yang memeluk Miyeon, memberi kekuatan pada adiknya sekaligus pada dirinya sendiri. Jinyoung sengaja menjauh, membiarkan Jisoo dan Miyeon berbagi momen hanya untuk mereka berdua.

“Operasi sudah berlangsung selama 3 jam dan belum ada tanda-tanda mereka akan keluar,” jawab Dokyeom.

“Bagaimana dengan Miyeon?” Jinyoung terdengar khawatir. Ia tidak bisa membayangkan betapa terkejutnya Miyeon saat itu hingga ia tidak bisa menelepon kakaknya. Dokyeom yang tadi mengabari Jisoo dan Jinyoung serta kedua orang tua tiga bersaudara itu.

Dokyeom mendesah panjang. “Dia tidak bereaksi apa-apa semenjak kami sampai di rumah sakit, seolah-olah dia tidak benar-benar di sini, Hyung.” Ketika berkata seperti itu, Dokyeom baru menyadari ia terdengar begitu putus asa.

Pintu ruang operasi yang dibuka mampu mengalihkan perhatian keempat orang itu. Jinyoung dengan sigap menghampiri sang dokter untuk menanyakan kondisi Tzuyu.

“Nona Cho Tzuyu akan dipindahkan ke ruang ICU hingga kondisinya sedikit membaik. Ia mengalami beberapa patah tulang di bagian rusuk dan luka di sekitar kepala. Ia sangat beruntung karena jika terlambat sedikit saja, banyak hal buruk bisa menimpa Nona Tzuyu. Namun kalian bisa tenang untuk sekarang, kondisi Nona Tzuyu sudah lebih stabil,” jelas sang dokter panjang lebar. Jinyoung menghela napas lega. Walaupun belum membaik, tetapi kondisi Tzuyu yang sudah lebih stabil cukup membuat hatinya tenang.

“Terima kasih, Dok.”

“Sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu.”

Since I Found You [✔]Where stories live. Discover now