Bab 1

8.1K 392 26
                                    

Hujan masih menetes, percikannya membasahi jendela. Hawa dingin mulai menyebar namun Hera memilih memeluk boneka teddy kesukaannya tanpa bermaksud mengambil selimut atau sekedar mengecilkan volum ac. Baru kali ini ia menangis lama sekali, sedih yang ia rasakan menyesap hati. Kejadian tadi siang membuatnya syok dan gemetaran. Semua terungkap, hal yang orang tuanya sembunyikan. Masa lalu mereka yang di kubur dalam-dalam.
Orang tua yang selama ini jadi panutan adalah dua orang pembohong besar yang membangun keluarga ini dengan membakar api dan menghanguskan keluarga lain. Ibunya yang terlihat sebagai ibu rumah tangga yang baik. Sebenarnya Cuma seorang wanita perebut suami orang dan ayahnya yang selalu ada dan menebarkan senyum ternyata punya anak lain yang di acuhkan. Hera terkejut bukan main tapi langsung nelangsa melihat saudara lain ayahnya menangis histeris dan kecelakaan tepat di hadapan mereka semua.

Hera dari dulu ingin memiliki seorang kakak tapi bukan di dapatkan dari sebuah drama menyedihkan. Hera tahu bahwa kehadirannya merupakan bencana untuk pihak lain. Dia putri hasil perselingkuhan, dia anak pemicu perceraiaan dan dia penyebab kehancuran saudaranya yang lain.

“Hera...hera..”

Sang ibu memanggil untuk ke sekian kalinya tapi pintu kamar Hera tetap terkunci. Ia belum mau menerima penjelasan apa pun. Ia sempat berpikir untuk mencari tahu keadaan anak ayahnya setelah kecelakaan parah itu. Apa saudara tirinya itu baik-baik saja? Tapi lengannya merinding ketika ingat melihat seorang gadis terpental mobil di jalan bersimbah darah dan pecahan kaca.

“Hera, kamu harus makan. Keluar dulu yuk.” Ibunya membujuk dengan kata-kata halus namun ia memilih acuh. Ibunya menyimpan sisi culas hingga mampu mengganti posisi wanita lain demi bahagianya sendiri atau yang lebih buruk demi uang dan posisi nyaman.

“Kita bisa membicarakan ini baik-baik. Itu masa lalu mami sama papi dan gak ada hubungannya dengan kalian.”
Hera menghadap pintu dengan mata merah. Beraninya ibunya bilang begitu padahal ia adalah seseorang yang menempatkan Hera di posisi yang sulit tapi Hera tetap diam tak menjawab. Ia mencoba mengendalikan amarah, mengumpulkan nyali untuk bertemu anggota keluarganya terutama sang ayah.

“Hera...kamu akan mengerti kalau kamu sudah dewasa.”

Bagaimana Hera tidak mengerti arti kata pelakor jika sosial media atau pun berita sering menggunjing serta menghujatnya. Bagaimana jika teman-temannya tahu kalau ia anak pelakor, dunia remajanya akan hancur.
Ketukan dari sang ibu tak terdengar lagi. Maminya mungkin sudah putus asa. Hera menatap langit-langit kamar lalu menghempaskan tubuhnya ke kasur yang empuk. Semua kenyamanan, kekayaan dan kasih sayang ia terima sedang di tempat lain ada anak yang ditelantarkan. Apa Hera dapat hidup tenang setelah ini.

🍑🍑🍑🍑🍑🍑🍑🍑🍑🍑🍑

Hari ini ada panggilan dari sekolah yang harus Bella datangi. Bulan lalu Hera berbuat ulah dengan membolos sekolah dan sekarang apa yang putri sulungnya ini lakukan. Bella merasa setelah semua terungkap, keadaan keluarganya berbeda terutama Hera sedang sang suami mendadak acuh dan sibuk dengan pekerjaan sehingga jarang pulang.

“Hera ketahuan merokok di belakang gedung olahraga.”

“Apa?” Bella sampai syok luar biasa mengetahui jika putrinya bersikap keterlaluan. Merokok? Darimana Hera dapat kebiasaan itu padahal Rudolf sendiri bukan perokok.

“Hera mendapatkan SP 1. Apabila SP sudah tiga, terpaksa kami harus mengeluarkannya dari sekolah.”

Yang menjadi buah pembicaraan hanya duduk santai sambil menyilangkan tangan di dada. Hera terlihat santai tanpa merasa menyesal. Tak ada raut penyesalan atau ketakutan. Ia malah memainkan kukunya yang dihiasi cat akrilik. Bukannya setiap ia ada masalah orang tuanya akan siap menggenlontorkan dana dan menutupi kesalahannya. Sang ayah bekerja keras memang untuk itu kan.

Light in my heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang