1.Kue ulang tahun

650 22 2
                                    

Bona berdecak pinggang. Kedua sahabatnya itu membuat dia naik darah. Bagaimana mungkin mereka berdua membawa roti gosong di hadapannya?

"Lo kira Ronal mau roti gosong buatan kalian?"Bona benar-benar marah. Saat tadi dia mau membeli kue ulang tahun untuk Ronal, sepupunya. Mereka berdua melarangnya dengan alasan jago membuat kue.

Ronal zaen. Cowok itu adalah cheff muda terkenal, bisa malu jika sampai Bona memberikan kue gosong itu kepada Ronal.

"Ya maaf sih Bon, tadi kita sibuk nyiapin toping buat kuenya. Eh, malah kuenya gosong."Nata menggigit ujung bibirnya. Dia merasa tidak enak kepada Bona.

"Kalian sih gak hati-hati. Ceroboh banget."Bona menatap kue yang ada di atas meja kamarnya, resah.

"Gimana kalau kita buatin lagi?"usul Zola kepada Bona.

"Gak!!"Bona menghela nafas kasar. Ulang tahun sepupunya nanti pukul 00.00 malam, dan ini sudah pukul 17.00 sore.

"Gila, jam segini beli kue dimana?"Bona berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya.

"Ibu nya Kleo jual kue."mata Bona berbinar mendengar ucapan Nata.

"Zol, coba Lo chat Kleo. Ibu nya bisa gak buat kue untuk malam ini?"suruh Bona. Zola mengangguk, dia mengambil heandpon di tasnya.

Bona dan Nata menunggu Zola yang sedang bertanya kepada Kleo, teman SMP mereka dulu.

"Gak bisa, katanya ibu nya sakit."mendengar jawaban Zola, Bona menjadi resah.

***

Malam ini keluarga besar Zaen sedang berkumpul di rumah Ronal. Bona duduk gelisah ketika Ronal menghampirinya.

"Hay, adik Abang tersayang? Katanya kamu mau ngasih Abang kue. Mana?"tagih Ronal. Bona memberikan kue berukuran kecil yang dia buat sendiri. Bona sangat marah kepada kedua sahabatnya, jika mau membeli kue, beli dimana kue yang seperti dia inginkan dengan waktu kurang dari setengah hari? Terpaksa Bona membuat sendiri.

"Wih, kayaknya enak nih."Zidan langsung merebut kue yang hendak Bona berikan kepada Ronal.

"Wek, gak enak. Kuenya kurang matang. Buat Abang aja."Zidan memberikan kue yang dia pegang kepada Ronal.

"Kamu tuh apa-apaansih, Zid? Ganggu aja."Ronal terlihat tidak enak kepada Bona, sepupunya.

"Gak apa-apa bang, Zidan kamvret kan emang gitu. Aku ke taman dulu, mau nyusul yang lain."Bona mengejar Zidan yang sudah lari ke taman. Sedangkan Ronal memakan kue buatan Bona.

"Pantesan Zidan gak suka, kue nya rasanya nano-nano. Kemanisan dan kurang matang."Ronal meletakkan kue buatan Bona keatas meja ruang tamunya.

Bona memukul lengan Zidan yang sedang ingin memakan bakso bakar. Sontak bakso itu mendarat mulus di atas tanah rumput.

"Eh Zidan laknat, tadi kamu bilang apa? Kue aku kurang matang? Asal kamu tahu, itu buatnya pakai jurus cepat. Dasar cowok, gak pernah ngehargai perjuangan cewek."Zidan menirukan ucapan Bona, kesal. Dia memakan kembali bakso yang sudah jatuh.

"Jijik, udah jatuh kok di makan lagi."Bona menatap jijik, Zidan.

"Belum 5 menit."Zidan menelan baksonya. Zidan dan Bona memang seperti tikus dan kucing. Bahkan keduanya tidak pernah akur.

"Cie yang besok ikut MOS."Zidan mencolek dagu Bona yang sedang duduk di taman.

"Males banget aku tuh satu sekolah sama kamu. Kalau gak karena kita sepupuan, udah aku racun kamu Zid."Bona melihat Zidan, kesal. Pantang baginya memanggil Zidan dengan sebutan Abang.

Dear Mantan (On Going)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora