6. Emang rela dia dengan yang lain?

158 9 3
                                    

Bona keluar dari mobilnya. Rambut merah menyalanya membuat hampir seluruh anak SMA Bina Sakti menatapnya dengan berbagai ekspresi.

"Itu anak baru kan ya?"

"Iya, berani banget dia ngewarnai rambutnya kayak gitu. Gue aja gak berani."

"Udah bosen sekolah disini dia. Anak baru kok tingkahnya ngalahin kakak kelas."

Bona tersenyum sinis. Bukankah semua orang begitu? Menghujat tanpa tahu alasan sebenarnya.

"Netizen tuh biasa, ngehujat doang bisanya."Aji tiba-tiba berdiri di samping Bona sambil memasang senyum manis.

"Ngapain Lo? Sok kenal."Bona mempercepat jalannya. Dia malas berurusan dengan cowok. Cukup masalalunya itu membuat dia trauma.

"Bukankah dulu waktu MOS kita pernah ketemu. Yang tanaman Lo mati dan gue..."

"Lo yang nolong gue. Btw terimakasih, gue masuk ke kelas dulu."Bona masuk kedalam kelasnya. Hari ini dia malas mengobrol dengan semua orang, nyeri di perutnya membuat dia ingin marah-marah.

"Astaghfirullah, rambut Lo abis ke bakar di jalan?"Nata memegang dadanya, dia terkejut dengan kedatangan Bona, lebih tepatnya warna rambut Bona.

"Kapan Lo mewarnai rambut Lo itu?"Zola mendekat ke bangku Bona dan Nata.

"Kemarin malam."Bona menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya.

"Hah? Kok bisa? Bukannya...."

"Selamat pagi anak-anak? Pelajaran kita kali ini adalah Bahasa Indonesia."sapa Bu Fitri sambil tersenyum.

"Pagi, Bu."jawab mereka semua kompak. Semua murid di kelas IPA ini mengeluarkan bukunya, kecuali Bona yang sedang menaruh kepalanya di meja.

"Eh, kamu."tunjuk Bu Fitri kepada Bona yang masih nyaman tertidur.

"Shut.., Bon, Bona."Nata membangunkan Bona lewat siku tangannya yang menyikut pundak Bona.

"Bon..."

Brak...

"Kamu tahu aturan disini? Kenapa rambut kamu, kamu warnai merah seperti itu?"Bu Fitri menatap Bona horor.

"Apa rambut saya mengganggu pembelajaran disini?"tantang Bona, dia terlihat tidak sopan di depan Bu Fitri.

"Tentu, kamu sudah melakukan pelanggaran aturan sekolah. Kamu harus di hukum."Bona menghela nafas kasar. Perutnya benar-benar keram.

"Baik, saya akan keluar dari kelas ibu."Bona pergi begitu saja, membuat Bu Fitri menggelengkan kepalanya.

"Dasar gak punya sopan santun."dari wajah Bu Fitri yang memerah, sepertinya dia sangat marah kepada Bona.

"Bona, Bona."Zola menghela nafas kasar. Bona memang benar-benar.

***

Brak...

Bona menabrak Zidan yang membawa tumpukan buku paket sejarah. Sontak dia juga ikut jatuh karena tubuhnya tidak seimbang.

"Pantat gue, Zidan kamvret."Bona berdiri, dia berdecak pinggang di depan Zidan yang sedang memunguti buku paket sejarah.

"Bona, Zidan,"Morgan berjalan menghampiri keduanya.

"Loh, kok bisa jatuh semua buku paketnya?"Morgan membantu Zidan membawa buku paket sejarah.

Dear Mantan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang