Chapter 2

70 11 4
                                    


Buat yang kemarin-kemarin udah baca cerita ini, bisa baca ulang ya... Hehehe...

Karena ada beberapa nama tokoh yang aku ganti dan ada beberapa part yang aku ganti sehingga tidak sama persis dengan cerita di dunia nyatanya, jadi cerita ini diambil dari kisah nyata kehidupanku dan kehidupan disekitarku, akan tetapi sudah aku mix sedemikian rupa 😉

Semoga suka
Happy Reading....
________________----------________________

--Rama--

Huft... capek sekali, kepala masih pusing sisa semalam tapi jam sembilan harus pergi ngampus. kayaknya mampir ke cafetaria beli teh hangat lebih enak, sepertinya semalam aku benar-benar mabuk berat. Aku baru ingat kalau semalam ternyata aku menghabiskan sisa 'air dewa' itu sendirian karena mereka sudah tidak kuat lagi. Aku naik kelantai dua menyusuri koridor kampus sambil membawa teh hangat yang ku beli.

Aku menuju ruang tengah dimana biasa jadi tempat nongkrong sambil membahas soal matkul. Aku duduk disalah satu tempat yang masih kosong untuk menghabiskan sisa minumanku sambil menunggu jam kuliah dimulai.

Tanda perkuliahan akan dimulai sudah berbunyi, aku segera menuju kelas. Disana aku bertemu dengan Cici dan Nila, kami bertiga duduk terpisah. Rasanya mataku berat sekali aku sudah tidak sanggup lagi memperhatikan dosen, tapi masih sanggup mendengarnya. Kulihat Cici dan Nila sudah tidak sadarkan diri di depan sana, Oh Double Shit! mereka sudah pulas.

Sepanjang perkuliahan aku hanya bisa mengumpat karena tidak bisa konsentrasi, mata kuliah Teori Graf semakin membuatku pening.

Samar-samar aku mendengar percakapan antara dua orang yang sedang membicarakan kami bertiga.

"Tuh liat mereka bertiga, sering banget tidur di kelas. Nggak niat kuliah, kasian banget yang punya anak kayak mereka bertiga." Cibir salah satu orang tersebut yang ternyata suara Lani.

"Lagian mereka juga sok akrab banget sama cowok-cowok di kampus ini, masa semua cowok pintar dan famous yang ada di kampus ini akrab sama mereka semua. Apalagi si Rama, sok boyish biar akrab sama semua cowok." Stela menanggapi tak kalah sinis.

"Cici dan Nila juga gitu, mereka berdua sok kecakepan banget, semua cogan di kampus ini mereka embat. Tampang aja mereka pas-pasan, pake ilmu pelet apaan sih."

"Heran deh, kenapa sih meskipun mereka gak niat kuliah tapi nilai mereka bagus terus. Aku paling benci sama si mahasiswi gratisan itu, doyan banget sama yang gratisan. Sok sibuk biar dapet beasiswa terus tuh si Rama."

Aku heran kenapa Stela sebegitu bencinya terhadapku, aku tidak tau persis apa salahku padanya. Yang jelas saat ini aku sudah tidak sanggup lagi membiarkan tingkah mereka karena sudah menjelek-jelekan temanku.

Usai perkuliahan aku segera menghadang Lani dan Stela. Mereka terlihat ngeri dengan tatapanku. Sepertinya mereka sadar kalau aku tadi mendengar percakapan mereka, aku segera mencengkeram leher Stela yang membuat Lani terpekik dan mundur satu langkah.

"Memangnya kenapa kalau aku suka gratisan, huh! lagipula aku juga tidak pernah minta traktir kalian secara langsung. Dan memangnya kenapa kalau aku sibuk organisasi?, daripada jadi mahasiswi kupu-kupu dan suka mengurus urusan orang lain. Lebih baik urus diri kalian sendiri." Aku melempar Stela yang ketakutan ke lantai. Beruntung suasana sekitar sedang sepi, aku masih berbaik hati menunggu sepi supaya mereka tidak malu dilihat banyak orang.

Setelahnya aku menyusul Cici dan Nila yang sudah menungguku di cafetaria. Sesampainya disana aku melihat Cici dan Nila yang sedang duduk menikmati cemilan.

"Lama deh!" omel Cici sedikit kesal, begitu aku duduk disebelah Nila.

"Sorry... habis beresin medusa. Eh, udah pesen makan belum?" tanyaku kemudian sebagai pengalihan agar tidak banyak ditanya. Nila dan Cici hanya menggeleng. Kuputuskan untuk memesan makanan yang biasa kami makan, Indomie dengan telur mata sapi ditambah nasi dan minumnya es Kopi. Mau kopi instan merek apapun yang jelas harus es kopi, entah itu Neskape, kopi hitam Kapal Selam, tetap saja pakai es. Biarpun kata orang itu aneh karena tidak cocok untuk dijadikan minuman dingin, tapi bagi kami itu nikmat sebagai minuman pendamping mi instan.

Aih, gak sedikit yang mandang kami orang aneh. Apalagi mahasiswinya, banyak yang julid dengan apa yang kami lakukan. Selalu salah dimata mereka.

Aku bersyukur di universitas yang lumayan digandrungi anak se-Indonesia ini aku bisa menemukan teman unik seperti Cici dan Nila. Apalagi di salah satu jurusan paling diminati dan terkenal dengan anak pintarnya, padahal kenyataannya tidak semua anak disini paham dengan mata kuliah yang ada. Ada yang merasa salah jurusan yang pada akhirnya hengkang, ada yang anak pintar tapi nyasar, ada yang emang beneran minat karena suka, ada juga yang berfikir kalo fasilkom itu prospek kedepannya bagus untuk dunia kerja nanti. Anak kampus disini biasa menyebut nama universitas ini dengan Universitas Garai Miring (Bikin gila/stres) karena memang terkenal dengan susah masuknya dan gak mudah juga buat lulusnya, ada juga yang menyebutnya sebagai Universitas Golek Morotuo (Cari Mertua) karena mereka berpendapat kalo lulusan dari universitas ini adalah idaman calon mertua. Kadang aku tertawa sendiri dengan cara mereka menamai Universitas Guna Mulia (UGM) ini.

***

________________----------________________
Buat yang kemarin udah baca cerita ini, pasti bakal bilang 'kok jadinya dikit banget?' iya... Karena ada beberapa yang aku hapus. Biar gak sama persis dengan cerita aslinya

Voment Plisss...😊

Like a Light CrescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang