Chapter 5

48 4 0
                                    

Hai semuanya... ketemu lagi sama Ramda. Dari awal aku emang udah kasih tau kalau cerita ini bakalan slow update. Semoga kalian gak lupa sama alur ceritanya.

________________----------________________

***

Saat ini Rama tengah duduk disalah satu tempat duduk VIP untuk Band Arlan. Rama sudah jengkel dengan suara cempreng perempuan disekitarnya yang teriak histeris memanggil idola mereka masing-masing begitu Band Arlan dan teman-temannya muncul. Rama memutar bola matanya jengah melihat sikap genit sepupunya pada kaum hawa disana, melontarkan kiss bye kesegala arah. Arlan menanggapi dengan senyum pangerannya, sedangkan yang lainnya mengangguk sopan. Kali ini kafe lebih ramai dari biasanya, mungkin karena malam pergantian tahun. Jadi mereka berbondong-bondong keluar rumah untuk menyaksikan ritual pergantian tahun, yaitu melihat kembang api. Kafe tersebut cukup dekat dengan Alun-Alun kota, jadi sangat pas untuk tempat nongkrong kaum muda sebelum acara puncak dimulai.

Waktu sudah menunjukan pukul 22.30, setelah menunggu hampir satu jam akhirnya Arlan menghampirinya dan mengajak ke atap kafe. Disana sudah ada Rian, Natan, Ilham dan Garda yang duduk di sofa, atap kafe tersebut sudah disulap sedemikian rupa karena memang menjadi tempat nongkrong Arlan dan teman-temannya. Terdapat gazebo dengan desain minimalis yang cukup luas sehingga bisa ditempati lebih dari enam orang. Rama memilih duduk disamping Rian yang sedang sibuk dengan gadgetnya sambil sesekali menghisap rokok.

"Kali ini korbannya anak mana Om?" ejek Rama sambil menatap sepupunya dengan muka datar. "Jangan main-main terus, ingat umur. Udah jadi Om-Om juga." Tambah Rama.

Rian yang tadinya sibuk berbalas chat dengan gebetannya, kini beralih menatap Rama "Ngomel mulu, lagian muka cakep mirip lee seung gi gini dipanggil Om. Baru 22 tahun juga, harusnya kamu tuh manggil aku Abang, masa banyak orang manggilnya am om am om. Anjlok pasaranku nduk! (Turun hargadiriku Dek)."

"Idiih... suka-suka dong mau manggil apa. Bleew..." balas Rama serambi menjulurkan lidah.

"Cari cowok sana, biar ngerti nikmatnya bercinta." Canda Rian

Arlan yang sedari tadi iam mendengarkan perdebatan dua sepupu itu, kini memenatap Rian tajam.

Rama bergidik ngeri mendengar candaan sepupunya "Gak ah! gini-gini aku tuh Perempuan. Biar aturan hidupku rada ngawur, aku punya prinsip segelitas. Lagian gak mikirin juga yang namanya nikah apalagi pacaran. Tambah ngeri lagi kalo ketemunya macam serigala kaya kalian." terangnya sambil menunjuk satu persatu dari mereka kecuali pada Garda yang memang hanya memiliki ketertarikan kesesama jenis. Ia sudah tak bisa membayangkan lagi mengingat cara pacaran teman-temannya yang terlalu vulgar, meski begitu ia tetap santai dan tidak mempermasalahkan dengan kehidupan orang disekitarnya. Hanya saja ia mencoba untuk sebisa mungkin tidak melakukan sex bebas. Kalaupun sudah terlanjur, harus dengan orang yang benar-benar ia cintai dan mencintainya dengan tulus dan cukup dengan satu orang Laki-Laki saja untuk selamanya, baginya terlalu menjijikan kalau satu lubang harus dicelup-celup berbagai macam batang.

Tanpa terasa hari sudah semakin larut, terdengar suara riuh orang-orang dibawah sana mulai menghitung mundur. Akhirnya saat yang ditunggupun tiba, hari dan tahun sudah berganti. Bunyi terompet dimana-mana, kembang api mulai menghiasi langit.

HAPPY NEW YEAR!!!....

***

Rama sudah tidak sabar untuk pergi keruangan mas bosnya yang super ngeselin itu. Setelah paginya ia mendapat telepon jika Mas Bosnya baru datang dari Surabaya dan membawa oleh-oleh untuknya.

Tok...Tok...Tok...

Setelah suara dari dalam menyuruhnya masuk, ia langsung masuk dan duduk dikursi depan Bosnya.

Like a Light CrescentWhere stories live. Discover now