File 11

1.1K 145 8
                                    

Aku mengerjap-ngerjap. Aku tidak mengerti mengapa ruangan tempatku saat ini sangat gelap. Aku bahkan sedikit cemas seandainya mataku tidak berfungsi dengan baik. Tiba-tiba, dari belakangku muncul sebuah cahaya. Bayangan seseorang yang cukup tinggi juga terlihat jelas di lantai. Aku segera berbalik.

"Selamat malam, Steve," ucap laki-laki itu dengan senyuman jahatnya. Cahaya putih dari lampu senter yang dipegangnya menambah kesan horor. Aku tersentak, refleks mundur beberapa langkah. Bagaimana mungkin orang ini bisa ada di rumahku?

"Lama sekali kita tidak bertemu. Sejak kau pindah dari Manchester, aku kehilangan seseorang untuk diajak bermain. Aku ... sangat merindukan wajah manismu." Memang sekilas, tidak ada yang salah dari ucapan pemuda itu. Tetapi seandainya kalian melihat seringai liciknya, kalian mungkin akan jauh lebih ketakutan daripada aku. Kalian akan segera sadar jika laki-laki itu sebenarnya seorang psikopat.

"Jesse ...," lirihku. Pemuda itu tertawa. Bukan tawa jahat, tetapi justru terdengar lebih menyeramkan. Aku semakin bergetar ngeri. Kakiku terus mundur, hingga terhenti di dinding. Tampaknya aku memang sedang ada di pojok ruangan.

"Ternyata kau masih mengingat namaku ya. Nama orang yang paling kau benci?" tanyanya dengan nada sinis seraya melemparkan senter yang dipegangnya jauh ke belakang lalu berjalan mendekatiku yang sudah semakin terpojok. Aku tidak mengerti. Mengapa kekuatanku selalu terkuras habis setiap berhadapan dengannya.

"Steve, ayo kita bermain ... permainan yang biasa," ucap laki-laki yang sebenarnya bernama Jesse itu. Senyuman di wajahnya semakin melebar. Sorot matanya benar-benar memancarkan kekejaman. Mataku melebar saat pada akhirnya dia mengeluarkan sebuah benda berkilau dari sakunya. Hawa dingin menjalar ke seluruh tubuh saat benda itu berhasil mendarat di pipiku.

"Ini menyenangkan ... seperti biasa," katanya sambil menarik benda itu hingga pipiku mengalami pendarahan. "Benar-benar disayangkan jika luka sejengkal saja sudah cukup untuk membunuhmu. Padahal aku ingin lebih lama bersenang-senang." Jesse memperbaiki posisi pegangan pada pisaunya.

"Let's have fun, S-T-E-V-E." Seluruh tubuhku seakan mati rasa ketika mendengarnya mengeja namaku. Terlihat jelas dia sangat menikmati penderitaan ini dari ekspresi yang tercetak di wajah keturunan bangsa Nordik itu.

"Stop it!!" Aku memaksa kedua mataku untuk terbuka lebar. Teriakanku masih menggema di sudut-sudut ruangan. Aku bernapas tersengal seolah tidak ada oksigen di ruangan ini. Kepalaku berdenyut nyeri. Kesadaranku perlahan memulih. Aku berada di kamarku sendiri. Aku meraba pipi, tidak ada pendarahan di sana.

Oh, astaga. Mengapa ingatanku kembali saja menghantui? Tidak bisakah ia sekali saja membiarkanku tidur dengan nyaman? Mengapa waktu ini tidak adil bagiku. Di siang hari, aku harus berhadapan dengan kasus-kasus kejahatan yang tak jarang membangkitkan infinity illusion. Di malam hari, ketika aku ingin beristirahat, ingatan itu kembali muncul.

Aku melirik jam dinding, masih pukul satu dini hari. Artinya aku baru terlelap selama dua jam. Besok, aku harus kembali sekolah, serta memikirkan penyelesaian kasus ini. Aku tahu, aku tidak bisa selamanya menghabiskan waktu sebelum bel masuk berbunyi untuk melanjutkan tidur yang selalu mengalami interupsi dari mimpi-mimpi buruk itu.

Handphone yang beberapa kali berdering berhasil mengalihkan pikiranku dari semua pengalaman buruk di dalam mimpi. Mungkin melihat kembali perdebatan — yang mungkin sudah berhenti — di grup chat kelas bisa memancing kembali rasa kantuk. Atau mungkin melihat status tidak penting di aplikasi media sosial bisa lebih membantu.

Namun, aku justru tertarik pada inbox di email. Tampaknya bukan hal yang biasa karena biasanya siapa pun lebih memilih untuk menghubungiku lewat chat. Aku memang tidak bisa menahan rasa penasaranku untuk saat ini. Tanpa berpikir dua kali, aku segera membuka pesan tersebut.

From: ishida_yoshi06
Tuan Muda, saya berhasil menemukan apa yang Anda minta yaitu laporan bulanan dari korban. Setelah saya periksa, memang ada yang aneh dari laporan itu. Korban telah melakukan penggelapan yang mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian sebesar milyaran rupiah. Saya juga sempat memeriksa laporan milik karyawan yang diemukan tewas pagi tadi. Hasilnya juga tidak jauh berbeda. Mungkin hanya ini yang bisa saya laporkan. Jika ada lagi yang perlu saya bantu, silahkan hubungi saja.

Aku menghela napas panjang. Tepat seperti dugaanku yang kedua. Itu artinya, kami tidak boleh menarik diri dari penyelidikan ini sebelum kasus ini tuntas. Pelaku pasti memiliki tujuan khusus unuk membunuh mereka. Bukan hanya untuk mendapatkan posisi korban di perusahaan. Jika bukan untuk itu, apa motifnya?

Jika tujuannya memang ingin melenyapkan orang yang telah membuat perusahaan rugi, maka orang yang paling mencurigakan tentu saja adalah Ayah Kira yang memiliki akses yang terbuka lebar untuk melihat laporan keuangan. Ditambah lagi dengan reksinya saat melihat korban yang terlihat biasa. Tetapi jika pelakunya memang satu orang, dia tidak mungkin melakukannya karena tidak memiliki informasi lengkap tentang korban yang lain.

Dokter Hary, dia juga cukup mencurigakan jika dilihat dari tindakannya. Ya, dia memintaku untuk memastikan agar Mia tidak terlibat dalam penyelidikan. Pria itu sudah pasti mengetahui jika putrinya memiliki kemampuan analisis yang sangat baik. Jika hanya menilai dari sana, maka sudah cukup untuk menjadikannya tersangka. Tetapi, aku masih belum bisa menebak jalan pikiran seorang ayah.

Kak Adam, dia menjadi sedikit mencurigakan karena terlau menyembunyikan beberapa hal dariku. Selain itu, dia adalah anggota kepolisian yang tidak akan dicurigai walaupun berada di jalanan malam hari dengan membawa senjata api. Tetapi .... Argh! Mengapa aku justru mencurigai sepupuku sendiri? Dia kan hanya terlalu loyal pada pimpinan.

Sekarang, aku sudah mendapatkan dua mata rantai yang sudah lama aku cari. Tetapi, mengapa ini justru membuatku bingung? "Hentikan kejahatanmu, kau sudah membunuh banyak orang," apa hubungannya dengan informasi dari Tuan Ishida? Membunuh, sama sekali tidak ada hubungannya dengan laporan keuangan. Bagaimana caranya ini bisa terhubung satu sama lain?

Aku kembali merebahkan tubuh. Mematikan lampu, berharap bisa kembali tertidur. Tetapi dua informasi yang baru saja kudapatkan memaksaku untuk tetap terjaga. Jam sudah menunjukkan pukul satu lewat tiga puluh menit dini hari. Aku harus segera tidur. Jika tidak, aku pasti akan terbangun dengan kelopak mata menghitam seperti kemarin.

Tetapi seperti biasa, siapa pun tidak akan bisa tidur selama otaknya masih bekerja keras. Begitu juga denganku yang masih berusaha keras mencari tahu hubungan di antara semua ini.

Menurutku, kasus ini jauh lebih kompleks daripada kasus pembunuhan berantai yang terjadi di sekolah tahun lalu. Saat itu, tersangka terbatas hanya pada warga sekolah saja karena sama sekali tidak ada orang luar yang tahu tentang kasus itu. Sekarang, aku terpaksa harus mencari pelakunya di antara penduduk kota yang berjumlah sekitar tujuh ribu orang. Memang belum termasuk padat, tetapi tetap saja kemungkinan aku menemukan pelaku menjadi semakin kecil.

Bukan hanya itu yang harus kulakukan. Aku juga harus memastikan teman-temanku aman dari bahaya seandainya pelaku menyerang. Aku harus membuat strategi kerja sama yang baik, sedangkan ini bisa dikatakan sebagai pengalaman pertama menjadi pemimpin di sebuah tim.

Oh, tidak bisakan beban yang biasa mengganggu membiarkanku bebas hanya meskipun sebentar. Semua rasa takut, ingatan, kekhawatiran, serta mimpi buruk itu .... Aku harus menyelesikan apa yang harus kumulai. Karena itu, tidak bisakah beban ini menjadi sedikit lebih ringan untukku? Kumohon ....

*

"Ayo kita bermain ... permainan yang biasa."

Kayaknya bakalan bikin merinding kalo diucapin sama seorang psikopat, ditambah senyuman jahat .... Ergh, ngeri banget. Pantesan aja Steve sampe nggak bisa tidur.

Jangan lupa vote dan comment ya 😊.

[END] High School of Mystery: Cinereous CaseWhere stories live. Discover now