#1

3.1K 165 1
                                    

"Imagination is more important than kowledge, knowledge is limited imagination encircles the world"

~*~

"Permisi, silahkan minuman Anda nona" dengan ramahnya seorang pelayan kafe yang terlihat masih belasan tahun meletakkan secangkir coklat panas diatas meja panjang dekat jendela kaca besar sehingga membuat siapapun yang duduk  di kursinya  dapat berhadapan langsung dengan pemandangan luar kafe yang basah akibat hujan yang tak henti sejak pagi.

Kehadiran si pelayan membuyarkan lamunan pelanggan yang sedari tadi sibuk memandang dan menelaah satu persatu interior kafe yang dikunjunginya. Sebelum itu pandangannya sedang terfokus pada gantungan dinding berisi kata-kata yang menurutnya indah.

"Terimakasih" jawab si pelanggan tak kalah ramah lengkap dengan senyum andalannya.

Menikmati coklat panas di saat cuaca dingin adalah hal paling menyenangkan dari apapun bagi Jisoo, si pelanggan kafe yang berstatus sebagai mahasiswi salah satu universitas terbaik di Seoul. Perlahan tapi pasti, Jisoo menyeruput sambil sesekali meniup pelan coklat panas dalam cangkir di genggamannya.

Benar kata orang, menunggu adalah kegiatan yang paling membosankan. Hal itulah yang tengah Jisoo rasakan walau sembari membaca buku motivasi yang baru ia pinjam di Perpustakaan kampus kemarin.

Sampai sekitar 15 menit lalu minumannya ini tiba dan kini hanya menyisakan setengah cangkir yang  tak layak disebut coklat panas, ia masih juga sendiri. Sesekali diliriknya jam tangan berwarna coklat muda ditangannya dengan wajah yang terlihat jelas bahwa ia bosan sekaligus kesal.

"Aishh, kenapa dia selalu tidak tepat waktu?! Awas saja!" gerutunya kesal sambil kembali melihat jam ditangannya yang sudah menunjukkan pukul 09.30 pagi.

"Pagi Jisoo-ya" dengan santainya seorang pria berjas rapi persis seperti pegawai kantoran langsung duduk pada kursi kosong tepat disamping Jisoo, "Maaf, Oppa sedikit terlambat" sambungnya dengan senyum seperti sedang mencari masalah. 

Tentu bagi sebagian wanita pria itu sangat mempesona, selain memang tampan, mapan, terlebih ditambah tetesan air hujan yang membasahi rambutnya, sungguh seperti tokoh anime yang keluar dari komik Jepang. Namun, pesonanya tidak sedikitpun menarik perhatian seorang Kim Jisoo. Ia malah sibuk memainkan sendok kecil didalam cangkir berisi setengah coklat yang sudah dingin tanpa sedikitpun merespon kehadiran pria tampan disampingnya.

"Jisoo-ya, maafkan Oppa ne?" pria itu kembali memohon maaf sambil mengusap rambut, ralat lebih tepatnya mengacak rambut adik sepupunya siapa lagi kalau bukan Jisoo, karena merasa diabaikan. 

Jisoo mulai merespon dengan menarik nafas dan memalingkan wajahnya tepat menghadap Oppa-nya itu, "Seokjin Oppa" pria itu hanya membalas panggilannya dangan senyuman dan tangan laknatnya yang masih lengket di rambut sang adik.

"Turunkan tanganmu!" sambung Jisoo dengan nada kesal dan tatapan maut yang langsung dituruti oleh Seokjin. Jisoo kembali pada posisinya semula dan meraih kembali cangkir nya.

"Oppa, cucilah tanganmu nanti." 

"Ne?"

"Aku belum mencuci raambutku sejak 5 hari lalu."

"Shitt.... dasar gadis busuk! Bagaimana mungkin kau pernah punya mantan dengan sifat jorokmu huh?" tak ingin mendengar ocehan sang kakak, Jisoo memilih untuk meneguk sisa coklatnya.

"Yak, Kim Jisoo! Kau tak mendengarkan ku?!" Jisoo masih tak menghiraukan Seokjin yang masih terus berbicara sambil membersihkan tangannya dengan hand sanitizer "Aishh yang benar saja, seorang CEO tampan, muda dan terkenal sepertiku bisa memiliki adik sepupu jorok sepertimu?!" sambung Seokjin dengan nada frustasi melihat tingkah adiknya itu.

Back Away [END]Where stories live. Discover now