Surat Cinta - JHOPE

11 2 0
                                    

Surat Cinta


Jung Hoseok melipat erat sebuah surat dengan kertas berwarna cokelat, ikut berusaha mengeratkan surat yang telah lama ia tulis dengan sepenuh hati. Bukankah luar biasa jika seorang Jung Hoseok dapat berani mengirim surat tersebut? bahkan menatap sang wanita dari kejauhan saja sudah membuat hatinya berdegup tak karuan.

Kisah cintanya memang merupakan pengalaman pertama baginya, tapi degupan yang ia rasakan tentu saja bukan yang pertama. Ia telah bertemu dengan wanita tersebut selama hampir tiga tahun selama masa sekolah menengah atasnya, jika dibilang tahun ini adalah kesempatan terakhir baginya.

Walaupun tak yakin sang gadis mengetahui perasaannya, Hoseok terlalu abu-abu, tak sedikitpun dari gerak-geriknya terlihat nyata bagi orang lain. Kurang lebih ia anak buangan di sekolahnya, miris memang.

Hoseok kembali merobek amplop yang telah direkatkan sebelumnya, kembali menimbang apakah perlu ia memberikan suratnya.


“Sial, padahal suratnya masih ada di tanganku, tapi malunya luar biasa,” rutuknya dalam hati.


Ia menaruh kembali selembar surat tersebut ke dalam laci mejanya, dan menuju koperasi untuk membeli lembar amplop lainnya. Kenapa juga ia harus merekatkan suratnya berkali-kali, jika nyalinya saja ciut seperti ini.

Hoseok memang dibilang cukup dekat dengan gadis ini, menghabiskan setengah dari hidupnya di sekolah menengah bersama. Walaupun tak dapat dibilang dekat seperti itu, tapi nyatanya mereka memang dekat karena tergabung dalam komunitas yang sama di sekolah. Si gadis selalu terlihat riang dan tersenyum dengan aneh, dia memang cukup supel dan memiliki banyak teman, ditambah lagi memang pembawaannya yang menggemaskan. Hoseok yakin jika itu tidak sengaja ia buat-buat untuk menarik perhatian orang,
Namun, mereka berdua memang tak banyak saling berbagi cerita. Pertemuan mereka hanya sekedar rutinitas biasa ketika kegiatan komunitas. Bukan karena si gadis yang tak melihatnya, hanya saja Hoseok memang tak mudah untuk dekat dengan siapa pun.

Setidaknya Hoseok bersyukur dapat menghabiskan waktunya mengikuti kegiatan ini, melihat teman-temannya tertawa sudah cukup baginya ditambah lagi bersama dengan si gadis.

Ketika memilah-milah amplop mana yang ia ingin beli, Hoseok teringat dengan kenangannya bersama sang gadis. Saat itu mereka berdua ditugaskan berada dalam divisi yang sama oleh seniornya, tentu saja ia bahagia bukan main, seperti mimpi pikirnya.

Ternyata benar, si gadis luar biasa baik ia tidak canggung sedikit pun pada Hoseok, bahkan ia menceritakan banyak hal padanya. Hoseok tak ingat jika ia pernah sedekat ini sebelumnya, sampai sang gadis berani menceritakan berbagai hal.

Saat itu mereka tengah memilih beberapa merchandise yang akan dipersiapkan untuk hadirin yang mengikuti event saat itu, event yang memang tengah mereka siapkan hingga mempertemukan mereka.

Rasanya seperti saat ini, membingungkan walaupun tetap menyenangkan karena ia lakukan bersama. Terlihat raum memerah yang tiba-tiba muncul pada kedua pipi Jung Hoseok. Sepertinya segala hal yang bersangkutan dengan sang gadis memang selalu sukses membuat Hoseok tak karuan begini. Setelah sukses memilih, akhirnya Hoseok memilih dua buah amplop berwarna keunguan dengan motif beruang kutub yang menggemaskan, amplop yang spesial untuk seseorang yang spesial, lengkap bukan.

Hendak membayar ia teringat dengan sesuatu, rasanya seperti..


“Hoseok!!” Kemana saja kau? aku mencarimu kemana-mana.”

Terdengar teriakan dari arah pintu keluar dekat koperasi, aku langsung menyembunyikan amplop tersebut ketika mengetahui suara siapa yang barusan memanggilnya.


“Astaga aku sampai harus berlari-lari karena mencarimu,” ia menyandarkan lengannya pada pundakku sambil bernapas terengah-engah. Hal penting apa yang membuatnya sampai harus berlarian untuk mencari seorang Jung Hoseok.

“Yaampun, kenapa juga harus berlari-lari seperti ini,” Hoseok memberikan botol air mineral yang barusan ia ambil dari lemari pendingin.

“Kau ingat kan dengan seseorang yang aku tunjuk saat event waktu itu? crush yang itu!! Astaga, dia menembakku barusan? aku bisa gila Hoseok, kau bisa lihat kan wajahku memerah semuanya.”


Sang gadis berteriak kegirangan padaku, namun mendengar kabar tersebut sukses membuatnya meremat lembar amplop yang baru saja ia beli.


‘Bagaimana bisa aku lupa,’ gumamnya sambil terkekeh.

.
.
.
.
.
.
.
fin~

fin~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
√ BANGTAN TIMELINEWhere stories live. Discover now