Patut di pertanyakan.

903 64 2
                                    

Hari yang sangat di nantikan Reyan, yaitu mendapat kabar bahwa Jarga telah sadar setelah tiga hari dia tidak sadarkan diri.

Selama dalam masa penyembuhan, tidak ada yang boleh masuk ke dalam kamar selain Deisha dan dokter. Ketika pertama kali Jarga membuka mata, dia langsung bertanya dimana keberadaan Reyan yang mana membuat Deisha merasa sedikit cemburu.

Selama ini dia yang mengganti pakaian sang adik, namun yang pertama kali di cari adalah orang lain. Walau begitu Deisha tetap menuruti keinginan sang adik yang meminta Reyan untuk datang menemuinya.

"Tolong awasi dia, ada pekerjaan yang harus aku lakukan" Ucap Deisha kepada Reyan dengan penuh keyakinan bahwa sosok itu dapat menjaga adiknya.

Reyan pun menunduk memberi hormat sekilas tak lupa membalas senyuman Deisha.

Setelah Deisha pergi, baru lah Reyan melangkah memasuki kamar mewah itu.

Setelah Deisha pergi, baru lah Reyan melangkah memasuki kamar mewah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cr: Pinterest

Iris matanya saling bertemu dan bertukar pandang. Reyan masih terdiam membeku dari kejauhan sebelum akhirnya Jarga memintanya untuk lebih mendekat.

Reyan mendaratkan bokongnya di tempat duduk sofa yang bersebelahan dengan ranjang, atas perintah Jarga.

"Berapa lama kau menangis?" Tanya Jarga tanpa mengalihkan tatapannya dari Reyan barang sedetik pun. Dia melihat secara jelas kedua kantung mata Reyan yang menghitam dan sembab, hidungnya pun memerah.

"Selama kau tidak sadarkan diri" Jawab Reyan apa adanya, rekan-rekannya pun tahu bagaimana sedihnya Reyan selama tiga hari ini.

Mandi dia menangis, makan menangis, bahkan saat sedang berlatih menembak dia pun menangis. Beruntung sekali Karol selalu ada untuk memberinya dukungan dan semangat.

"Lihat mata indah ini, mengapa tidak bercahaya lagi?" Jarga bertanya sambil membelai lembut pipi Reyan. Sang empu sempat tersentak kaget karena tidak menyangka bahwa hal itu akan terjadi.

Tangan Reyan pun terangkat untuk menggenggam jemari Jarga. Tanpa di inginkan bulir bening sebesar biji jagung itu terjun dari pelupuk matanya.

"Kemarilah, beri aku pelukan." Jarga merentangkan kedua tangannya yang langsung di sambut pelukan bersama dengan tangis Reyan.






******





BRAKK

Gebrakan meja mengejutkan semua orang yang berada di dalam ruangan, sekumpulan pria berbadan kekar itu hanya dapat menundukkan kepala kala sang Tuan sedang menghancurkan segala barang yang dekat dengan jangkauannya.

JUSTICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang