17. Boneka

25 10 0
                                    

Jangan lupa vote and comment yo! 💖
Happy reading!





- - - - - - - - - - - - - - -






JAM pelajaran olahraga, murid-murid sibuk untuk berganti pakaian olahraga. Karena SMA ESMENTA hanya menyediakan ruang ganti untuk anggota ekstrakurikuler saja, jadi para murid mengganti pakaiannya di toilet. Hanya para murid perempuan yang melakukan itu, karena para murid laki-laki bisa santai mengganti pakaiannya di kelas.

Setelah selesai berganti pakaian Rani, Joline, dan Seiye kembali ke loker untuk menaruh baju seragam.

"AAAAAAAA!"

Joline dan Seiya kompak terkaget saat mendengar teriakan menggelegar Rani. Beberapa murid pun juga sama kagetnya. Mereka menatap Rani kebingungan.

Bagaimana Rani tidak terkejut saat menemukan boneka dengan banyak bercak darah di lokernya? Bukan hanya di boneka itu saja, dinding-dinding lokernya pun dipenuhi darah juga terdapat banyak gumpalan kertas. Lokernya yang tadinya berkesan pink sekarang nampak menyeramkan.

Joline dan Seiya sama terkejutnya saat melihat itu. Boneka dengan rambut di kepang dan kacamata bulat membuat mereka teringat dengan seseorang.

Apa maksudnya ini?

Ini sudah keterlaluan. Siapa pengecut yang melakukan ini? Rani menatap sekitar dengan gusar, dia memperhatikan satu-persatu murid-murid yang ada di sana. Sepertinya ini bukan ulah teman sekelasnya karena mereka semua berada di lapangan.

Rani berlari ke arah kantor kepala sekolah dimana Ayahnya berada. Dia sudah tidak tahan lagi, siapa pun pelakunya akan Rani buat menyesal.

Joline dan Seiya mengambil boneka dan gumpalan kertas itu. Ternyata hanya kertas kosong. Joline meneliti boneka di tangannya, tangannya sedikit gemetar. Boneka itu benar-benar mirip dengan orang itu. Dari kacamatanya, juga model rambutnya. Siapa orang iseng yang berani melakukan ini?

Apa mungkin, orang yang sudah meninggal bisa hidup kembali?







— — —  ˗ ˏ ˋ ♡ ˎˊ ˗  — — —







Irwan tersentak saat pintu ruangannya dibuka dengan kasar. Ingin memarahi tapi saat tahu kalau itu perbuatan anaknya Irwan mengurungkan niatnya. Yah, siapa lagi kalau bukan Rani? Mana ada yang berani melakukan hal itu kecuali si anak kepala sekolah.

"Papaa!" Rani langsung menerjang Papanya memeluk lengan pria paruh baya itu.

"Loh anak Papa kenapa? Apa ada yang gangguin anak kesayangan Papa ini?" Irwan bertanya khawatir.

"Di loker aku ada boneka Pa! Terus banyak darahnyaa! Aku takuuut!" Rani semakin mengeratkan pelukannya.

"Darah?" Tanya Irwan kebingungan.

Rani mengangguk, "Aku nggak tau siapa yang ngelakuin itu, coba Papa cek lewat CCTV. Kalau ketemu orangnya, Papa harus kasih pelajaran!"

Irwan menepuk-nepuk kepala putri satu-satunya. "Tenang aja, Papa nggak akan biarin siapa pun bikin anak Papa sedih. Kalaupun ada yang berani, Papa bakal hancurin orang itu sampai sehancur-hancurnya."

"Janji ya, Pa?" Rani mengangkat jari kelingkingnya.

"Papa nggak pernah ingkar janji, kan?" Balas Irwan sambil menautkan jari kelingkingnya. Rani tersenyum puas.

Siapa pun yang berani mengganggu anak kesayangannya, tidak akan Irwan kasih lepas. Apalagi jika orang itu berani membuat anaknya meneteskan air matanya. Irwan tidak segan-segan untuk menyingkirkan orang itu dengan kedua tangannya.







— — —  ˗ ˏ ˋ ♡ ˎˊ ˗  — — —






Istirahat kedua, kali ini Lianna tidak hanya bersama Anggi saja. Dia ikut makan bersama dengan teman-teman kelasnya yang lain. Mereka duduk saling berhadapan sambil memakan semangkuk bakso dengan khidmat hingga salah satu gadis membuka percakapan.

"Eh, eh, tau nggak gosip terhangat hari ini?"

"Apa-apa?" Sahut yang lainnya.

Gadis itu menaruh sendoknya lalu mencondongkan tubuhnya. "Ini soal Rani si anak kepsek, katanya ada yang naruh boneka gitu di lokernya."

"Cuman boneka doang? Biasa kali itu mah." Ujar cewek yang duduk di samping Anggi.

Perempuan yang memulai percakapan tadi merotasikan bola matanya, "Dengerin dulu makanya! Bonekanya tuh ada darahnya gitu, bukan cuman di boneka, tapi di seluruh lokernya Rani! Gila banget, kan? Kayak di film-film horor aja." Ujar gadis itu setengah merinding.

"Kok ada yang berani ngelakuin itu ke anak kepsek? Kalau ketahuan kan bisa di depak."

"Gue juga mikir begitu! Berani banget tuh orang! Patut diacungi jempol!" Ucap gadis yang lain sambil mengacungkan kedua jempolnya.

Teman-temannya yang lain terkekeh, "Masa malah dikasih jempol? Tapi jujur aja gue seneng sih, biar dia tau rasa dan nggak seenaknya terus ke orang."

"Hm, mungkin ini karma buat mereka. Katanya, kemarin si Seiya juga kena kan? Ada yang naruh hewan-hewan gitu di tasnya. Dia bahkan langsung pulang."

"Iih cemen banget, padahal gayanya sok sangar. Tapi baru digituin langsung pulang ngadu ke Mami."

Ucapan itu disambut gelak tawa gadis-gadis yang lain.

"Ah tapi gue berharap banget mereka benar-benar kena karma."

Yang lain mengangguk setuju.

"Hush! Kalian ini, nggak baik doain yang jelek-jelek ke orang." Ucap Anggi.

"Ih Anggi, nggak usah sok baik gitu deh. Mereka juga sering jahat ke lo, kan? Pasti lo juga seneng kan kalo mereka kena karma?"

Anggi hanya mengangkat bahunya acuh dan kembali melanjutkan kegiatan makannya.

"Lo juga Lianna, Tian itu emang ganteng, tapi lo cuman jadi mainan dia. Rani juga ngincer lo, kan? Gue nggak bisa banyak bantu, tapi gue harap lo hati-hati sama mereka."

Lianna tersenyum manis. "Kalian tenang aja, gue nggak selemah itu kok."







— — —  ˗ ˏ ˋ ♡ ˎˊ ˗  — — —








Irwan memutuskan untuk mengecek apa yang terjadi. Pertama-tama ia mengecek loker milik Rani. Ternyata darah itu palsu, lebih mirip seperti sebuah cat dari baunya. Selain boneka dan gumpalan kertas, tidak ada hal lain yang mencurigakan.

Kemudian Irwan menuju ruang pengawas CCTV untuk mengecek siapa pelakunya dari rekaman yang ada. Pengawas yang berada di sana langsung mempersilahkan Irwan masuk, mereka menyingkir untuk memberi sang kepala sekolah ruang. Irwan memilih untuk mengeceknya sendiri, matanya fokus menatap layar komputer di depannya.

Laki-laki yang bahkan sudah mulai beruban itu bahkan mengecek rekaman dari pagi tadi. Fokusnya adalah pada koridor dimana loker-loker murid berada.

Tidak ada yang aneh.

Namun kehadiran seseorang di rekaman itu membuat Irwan mengernyit. Dia meminta pengawas untuk memperbesar gambar agar lebih jelas.

Irwan menyipitkan matanya untuk memastikan.


Tidak..



Tidak mungkin..


Mustahil!



Apa maksud dari semua ini?!



***TBC

yo wasup

A GAMEWhere stories live. Discover now