01

592 266 121
                                    

'Hayya ala sholah'

Seruan adzan berkumandang, menandakan mereka yang merasa terpanggil diharuskan melaksanakan kewajibannya sebagai umat beragama.

Semua umat muslim yang berada dalam perjalanan berhenti dipekarangan masjid, untuk beribadah. Termasuk dia, Areysha. Sebagai muslimah sudah menjadi kewajibannya untuk sholat tepat pada waktunya.

Selepas sholat dan berdoa, Areysha meninggalkan area masjid dan memakai sepatu yang tadi ia simpan di rak tempat penyimpanan sepatu.

"Maaf ka, sepertinya ini punya kaka." Ucap seseorang dibelakang seraya menepuk pelan pundakku.

"Iya? Eh iya makasih ya ka." Jawabku ramah.

Segera ku selesaikan urusan dengan sepatuku dan aku melangkahkan kaki ku menuju mobil hitam yang terpakir dipekarangan masjid.

"Udah sholat nya?" Tanya seorang laki laki yang berada di kursi supir.

"Udah, yu." Balasku padanya.

Dia Gabriel, seorang lelaki berdarah Kalimantan dengan salib yang tertera dikalungnya.

Mereka meneruskan perjalanan hingga tiba disatu tujuannya, cafe pelangi. Cafe yang menjadi tempat berkumpulnya teman teman mereka.

"Anjay Rey sama si Gab makin lengket aja ni." Ucap laki laki dimeja sana.

"Bisa aja lo vin." Balas Gabriel dengan menepuk dada Kevin dan dilanjutkan dengan ber- tos ria satu sama lain.

Sedangkan aku? Hanya tersenyum menanggapi ucapan mereka mengenai diriku dan Gabriel.

Mereka teman temanku, teman dekat. Semenjak SMA aku memiliki empat teman yang benar benar dekat denganku. Tapi bukan berarti kita satu SMA, entah bagaimana jalannya kenapa kita bisa menjadi teman dekat seperti ini.

Kevin, dia laki laki tampan yang memiliku kharisma dibalik kemewahan yang selalu dia tunjukan.

"Eh Rey mau mesen apa ni?" Ucap laki laki lain disamping Kevin.

"Biasa aja, strawberry latte."

Dia Satria, laki laki yang lebih tua dari padaku dengan teman teman yang lain. Dia tidak melanjutkan pendidikannya selepas SMA, dia lebih memilih untuk membuka cafe sebagai pilihan pekerjaannya.

Satria langsung menunjuk salah satu pelayannya dan pelayan tersebut langsung menuruti perintah bos mya tersebut.

"Btw Rey, lo jadi kan ikut seminar di kampus gue?" Tanya seorang perempuan tak berhijab disamping Rey.

"Eh?" Aku yang kaget karena tak tau tentang seminar yang dikatakannya.

Dia Abelle, perempuan cantik yang berasal dari jurusan seni.

"Gab, lo gak ngasi tau ke si Rey ya?" Tanya Abelle.

Sedang orang yang dituju malah asik bermain game di handphonenya dengan Kevin dan Satria.


"Gab!" Ucap kembali Abelle dengan nada yang lebih tinggi.

"Paansi bell?" Ucapnya dengan tidak melepaskan pandangannya pada layar handphone.

"Gabriel anjir!"

"Naon atuh bel ih ni marah marah." Kembali Gabriel tidak melepaskan pandangannya pada layar handphone.

"Gab.." Sekarang giliranku yang memanggil Gabriel.

"Anjir Gabriel tolol sinting edan." Ucap Kevin setengah berteriak sambil memandang kaya handphone nya.

"Kenapa Rey." Ucap Gabriel mengalihkan pandangannya pada Rey dan mem-pause game yang sedang ia mainkan.

"Ada seminar di kampus Abelle ko gak ngasi tau si?" Tanyaku padanya.

"Kan kamunya sibuk terus Rey, dari pada aku ngasi tau mending kamu jangan ikut." Ucapnya enteng.

Kegiatan mereka terus berlanjut hingga petangpun tiba, matahari perlahan tergelincir menyembunyikan sinarnya.

"Rey, sholat dulu yu." Ucap Satria padaku yang tengah bermain handphone bersama Gabriel.

Aku yang merasa terpanggil langsung menoleh dan menganggukan kepala.

"Jangan dulu dimainin nanti aku balik lagi, awas!" Ucap ku setengah berbisik pada Gabriel dan melangkan kaki ku untuk mengikuti Satria.

Disini hanya aku dan Satria yang beragama Islam, disaat seperti inilah Satria sering kali mengingatkan Rey ntuk sholat, ketika Rey sibuk dengab dunianya dengan Gabriel.

Dilantai atas cafe milik Satria ini memang memiliki sebuah mushola yang cukup besar, biasanya pegawai ataupun pelanggan sholat berjamaah disana.

Setelah sholat, aku dan Satria kembali ke meja dan duduk di kursi kami.

"Pulang yu." Ucap Gabriel padaku.

"Baru jam 8 ini." Bukan aku yang menjawabnya, tapi Abelle.

"Emangnya lo bel, keluyuran tiap malem." Ejek Kevin yang sedang memakan kentang goreng.

"Yaudah yu." Jawabku pada Gabriel.

"Lama lama Lo berdua friendzone nya makin keliatan ya." Kembali Abelle berbicara.

"Yaudah si yang jomblo diem aja bell." Timpal Satria pada Abelle.

Sedangkan aku dan Gabriel lebih memilih menyibukan diri untuk pulang. Setelah berpamitan kami masuk kedalam mobil hitam milik Gabriel.

Kami saling diam dalam kegiatan sendiri, Gabriel yang sibuk mengemudi dan aku yang terhanyut dalam keindahan lampu lampu Kota Bandung.

Sampailah kami didepan pintu masuk kost putri yang menjadi tempat tinggalku selama masa kuliah ini.

"Makasi Gab, hati hati dijalan."

Dia yang ku ajak berbicara hanya mengacungkan jempol seraya memutar balikan arah mobil nya.

Aku masuk kedalam area kost dan naik ke lantai 3 tempat kamar kost ku berada.

Aku hanya seorang mahasiswa semester empat. Mahasiswa biasa, tidak pintar, tidak pula lambat. Aku tidak berasal dari keluarga berada, cukup pas untukku yang sederhana. Aku selalu berpuasa pada semua hal hal yang sedang trending. Karena pada dasarnya, sekali kali akupun ingin seperti orang orang yang selalu aku lihat dilaman media sosial ku.

From: Mamah
De, uang bulanan masi ada?

Aku melihat handphone ku yang bergetar. Aku menghela napas dan tersenyum.

To: Mamah
Masi mah


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

T H E  N I G H TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang