30. Selangkah Maju

2 1 0
                                    

Aubrey, Malecia, dan Jazkins turun dari jet mereka. Mereka mendarat di pinggir pantai, tempat dimana jejak Qiura tak lagi terlacak, bahkan dengan cara sihir sekalipun. Mereka memandang putus asa ke bentangan samudera di depan mereka.

"Bagaimana?" tanya Aubrey. Pertanyaan yang sungguh tak perlu, karena semuanya juga tak tahu harus melakukan apa.

"Coba saja dulu terbang lurus, ratu itu mustahil berkelok-kelok di atas lautan ini, kan? Pasti dia merasa kita takkan mampu menyusulnya sampai sini," usul Jazkins.

Malecia mengangguk. Aubrey juga. Itu usulan yang terdengar masuk akal. Mereka kembali menaiki pesawat, lalu terbang.

***

Moza tak tahu bahwa pengejarnya sudah mulai menyebrangi lautan. Dia dan Qiura sedang melakukan pembicaraan serius, dari hati ke hati. Memohon kemurah hatian Qiura untuk tidak meminta syarat seberat itu.

"Qiura, bisakah kau mengajukan syarat perdamaian yang lain?" tanya Moza.

"Kenapa kau tidak mau, Moza?" tanya Qiura sedih.

Moza benar-benar tidak tahan mendengar suara penuh kesedihan itu. Tapi, dia kuatkan hatinya.

"Ada tiga alasan. Satu; aku tidak mencintaimu, dua; cinta tak bisa dipaksakan, tiga; aku sudah punya pacar," kata Moza singkat, padat, dan jelas.

Qiura melotot menatap Moza. "Siapa pacarmu itu, hah?! Biar kubunuh!" bentaknya.

"Filecia Lisbeth, Asisten Raja Maia Catez, Bodyguard Raja Maia Catez, keturunan Romian Lisbeth, pembuat tiga pedang legendaris, salah satunya Pedang Inscha, yang dipakai olehku sekarang, dulunya milik Raja Pertama Maia Catez, Yang Maha Mulia Raja Inscha Linarte, ahli waris sah Sphex Voind, prajurit kuat, sekaligus seorang kekasih yang lembut hati," balas Moza berani.

Qiura menjerit keras. Moza menutup kedua telinganya. "Kau memilihnya daripada aku? Dia cuma asistenmu, aku adalah RATU!" bentaknya histeris. "Aku Ratu Skye Erevard, aku jauh lebih berkuasa daripada dia!"

"Ajukan syarat yang lain," kata Moza tegas.

Qiura membantah lagi. "Berapa lama kau pacaran dengannya? Aku yakin dia cuma main mata denganmu, supaya dapat pangkat!" tuduh Qiura.

Moza meradang. Menurutnya, ini sudah kelewatan. "Dia tidak main mata! Aku yang main mata dengannya! Kau puas? Kuberi dia pangkat, karena aku menyukai cara kerjanya! Aku yang menyatakan cinta duluan! Kau puas? Kalau belum puas, aku katakan saja sejujurnya, aku sudah menciumnya! Kau mau menikah dengan aku, yang ciuman pertamanya sudah untuk orang lain, haaah?!" semprot Moza.

"Kalau begitu, kita tidak bisa berdamai! Maaf sekali!" balas Qiura keras kepala.

"Qiura, tolonglah. Perang tak akan menguntungkan kedua belah pihak," melas Moza.

"TIDAK PEDULI!" balas Qiura tajam.

"Bayangkan, kalau kau dipaksa menikahi orang yang tidak kau cintai, Qiura. Apakah enak?" serang Moza lagi.

"TIDAK! Makanya aku ingin menikahimu, karena aku mencintaimu!" jawab Qiura keras kepala.

Moza mengerang putus asa. Sepertinya tidak ada pilihan lain.

"BAIK! AKU AKAN MENIKAHIMU DENGAN SYARAT!" teriak Moza benci.

"Apa?" tanya Qiura senang, cepat sekali dia berubah mood.

Harapan Baru [Buku 2 Trilogi Catez Prince] [Bersambung Ke Buku 3!]Where stories live. Discover now