Bertengkar

8.8K 498 144
                                    

Setelah memarkirkan motornya di garasi, arumi segera masuk rumah. Dia sudah tidak tahan ingin makan sate ayam yang tadi dibelinya. Tadi saat membeli bubur untuk sasya, arumi melihat penjual sate ayam membuat dirinya ngiler ingin memakannya

" Assalamu'alaikum mbak, mbak sasya " panggil arumi saat memasuki rumah, namun tidak ada jawaban dari sasya

Setelah mengambil piring di dapur, arumi segera membuka bukus sate lalu memindahkan ke piring

" bismillah " arumi mulai memakan satenya, menikmati setia tusuknya

" arumiiiiii "

Arumi menghentikan acara makannya dan segera berlari saat mendengar teriakan sasya dari lantai dua, dia menghampiri sasya ke kamarnya

" kenapa mbak? " tanya arumi saat sampai di atas

" tolong ambilin baju aku dong, aku takut jatuh soalnya tinggi banget ini " pinta sasya

" mbak, aku sama mbak aja tinggian mbak sasya gimana aku mau ngambilin "

" ya ampun rum kan ada kursi "

" kenapa bukan mbak aja "

" aku kan lagi hamil rum, masa kamu tega sih "

" kenapa gak pakai yang lain aja mbak? Ini juga banyak yang di bawah "

" aku lagi pengin baju yang itu, ayo dong rum " mau tak mau arumi mengambilkan baju yang sasya inginkan. Dengan bantuan kursi rias sasya, arumi mencoba menggapai baju sasya yang berada di rak paling atas. Arumi cukup kesusahan karena memang dia tidak terlalu tinggi

" mbak ini susah ambilnya, aku gak nyampe "

" ya ampun rum gitu aja gak nyampe "

" susah mbak aku gak nyampe " arumi menyerah dia memilih turun dari kursi dari pada dia jatuh

" iih kok kamu turun, naik lagi sana "

" aku gak nyampe mbak ya allah, terserah mbak lah aku nyerah " arumi pergi meninggalkan sasya dan kembali ke meja makan untuk melanjutkan sarapannya, dia masih lapar

Saat arumi sedang asik melahap makanannya, tiba tiba terdengar pintu yang di buka paksa membuat arumi terlonjak kaget

" ya allah mas kamu kenapa dateng dateng kaya gitu, ngagetin aja " ujar arumi menghampiri irsyad

" kamu apa apaan sih rum " bentak irsyad tiba tiba

" hah "

" gak usah sok gak tau kamu " arumi masih belum paham maksud irsyad yang tiba tiba marah kepadanya

" mas kamu kenapa sih? " tanya arumi

" kamu boleh marah sama aku tapi jangan lampiasin sama calon anak aku, dia gak tau apa apa rum " suara irsyad sudah lebih rendah tapi tatapannya tajam penuh makna

" aku gak maksud kamu ngomong apa, salah aku apa mas? "

'Praaaang
Irsyad melempar piring yang ada di meja makan, sate yang tadi di belinya kini sudah berceceran di lantai. Arumi sampai menutup telinganya takut

" BERHENTI PURA PURA ARUMI, KAMU MENYURUH SASYA NAIK KURSI PADAHAL DIA SEDANG HAMIL " bentak irsyad tepat di depan muka arumi. Baru kali ini dia di bentak oleh orang yang sangat dia percaya selain kedua orang tuanya, orang yang arumi anggap pelindunginya malah menyakitinya tanpa perasaan

" mas " panggil arumi lirih tapi masih bisa di dengar oleh irsyad " aku gak nyangka kamu bisa kaya gini " lanjutnya dengan nada tak kalah lirih

" sekali aja kamu ngertiin posisi aku rum " arumi tertawa mendengar perkataan irsyad barusan, air matanya sudah berjatuhan tapi segera dia tangkis

" sekarang aku tanya, pernah gak kamu mikirin perasaan aku? Gimana sakitnya aku saat melihat suami ku nikah lagi tanpa sepengetahuanku, gimana bingungnya aku saat anak ku mencari ayahnya yang gak pulang pulang, gimana paniknya aku saat anakku sakit gara gara merindukan ayahnya yang mungkin sudah melupakannya. Kemana kamu saat aku butuh kamu hah " arumi segera menghapus sisa air mata yang membasahi pipinya, dia tidak mau terlihat lemah di hadapan irsyad

" saat istri istri di luar sana menolak satu rumah dengan madunya aku mengijinkannya bahkan aku merelakan kamar yang sudah ku tempati selama enam tahun kini menjadi miliknya " lanjut arumi

" APA SEMUA ITU MASIH KURANG MAS? JAWAB!! " teriak arumi kalap, bukannya menjawab irsyad malah pergi dengan menarik sasya yang sedari tadi berdiri di belakang arumi

" shhhh " arumi meringis menahan sakit di perutnya, perlahan tubuhnya luruh ke lantai

" sakiiit aarrrgh sakiiiit ibuuu tolong rumi " jerit rumi, sakit di perutnya kini bertambah, di sela kakinya juga mengalir banyak darah

" sakiiiiit tolooong ya allah sakiiiit " kesadaran arumi perlahan menghilang, samar samar dia bisa melihat seseorang duduk di sampingnya sambil memanggil namanya

" dev..va " panggil arumi sebelum benar benar menutup mata

***

Sekarang mereka sedang berada di perjalanan menuju rumah sakit. Wajah arumi semakin memucat, darah yang keluar juga lebih banyak

" arumi gue mohon bertahan, lo pasti baik baik saja " deva terus memegam tangan arumi yang mulai mendingin

" pak cepet pak "

" ini udah paling cepat mbak "

" ya allah kenapa jadi begini " tanpa sadar air mata deva menetes, dia takut terjadi sesuatu pada sahabatnya itu

Akhirnya mereka sampai juga di rumah sakit, deva langsung berteriak meminta pertolong karena kondisi arumi yang semakin drop

" tolooooong... andaru tolongin gue " teriak deva memanggil salah satu temannya yang kebetulan bekerja disana

" arumi " panggil andaru lirih, dia tidak mungkin lupa dengan wajah sendu yang tadi pagi bertemu dengannya

" tolongin sahabat gue ndaru gue mohon " andaru segera sadar dari lamunannya dan langsung membawa arumi ke UGD untuk mendapatkan penangan yang lebih lanjut

" lo tenang aja gue bakal selamatin dia, oke " ucap andaru sebelum menutup pintu ugd














Assalamu'alaikum semua.. Selamat berbuka puasa buat kalian yang menjalankan:)
Habis buka kita hujat irsyad bareng bareng okee
Selamat membacaaa, semoga terhibur



Thanks yang udah vote dan comment:) sayang kalian semuaaa

Dua MakmumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang