(Dia)fragma - 7 - Rumah Bordil

4.5K 750 64
                                    

Repub tanpa edit 24/7/20
18/9/20
20/6/21

Sebagai anak yang tidak sering berkomunikasi dengan banyak orang, terutama lawan jenis, karena dia introvert dan memiliki orangtua yang protektif maka otomatis Nadia lebih banyak berdiam diri di rumah selain perpustakaan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebagai anak yang tidak sering berkomunikasi dengan banyak orang, terutama lawan jenis, karena dia introvert dan memiliki orangtua yang protektif maka otomatis Nadia lebih banyak berdiam diri di rumah selain perpustakaan.

Nadia tidak tertarik dengan fashion dan makeup sehingga dia tidak memiliki sesuatu untuk memoles dirinya saat ini. Itu hal pertama yang dia sadari ketika melihat ke cermin setelah memakai terusan polos berwarna salem. Tidak ada aksesoris yang dia kenakan kecuali anting yang sudah melekat di kupingnya semenjak dia kecil dan untuk sepatu dia memakai ballet shoes  bertali senada yang dia lilit di pergelangan kakinya.

Rambut ikal sepinggangnya dia kepang longgar dan menjuntai di bahu sebelah kanan.

"Anak ibu cantik banget mau ke perpustakaan aja?" Goda Sri yang tidak Nadia sadari kapan memasuki kamarnya.

"Enggak kok, Bu. Biasa aja." Ujar Nadia dengan muka memerah.

"Gak apa kok kalau iya juga. Anak ibu sudah remaja ini. Tapi nanti kenalin ke ibu ya." Ujar ibunya dengan senyuman lebar.

"Enggak, Ibu. Ini temen baru."

"Iya temen. Kenalin ke Ibu kalau temen. Masa temen kamu keluarganya Bry aja." Lanjut Sri menggoda anaknya.

"Ih Ibu, udah ah aku mau berangkat." Nadia menghindari ibunya, dia berjalan ke arah pintu dan memanggil ayahnya yang tiba tidak lama kemudian dengan kunci mobil di tangannya.

"Lho kok cantik banget buat ke perpustakaan aja?"

"Tuh kan, ibu bilang juga apa."

"Enggak ini biasa aja, Ayah!"

"Kalau biasanya kamu ke perpustakaan cuma iket rambut jadi satu, gak digaya-gayain gini."

"Enggak, kok! Biasa aja!" Nadia mendengus dengan sebal dan kedua orang itu tertawa.

"Iya deh. Jalan sekarang ya, nanti ada yang nunggu kelamaan." Goda ayahnya lagi dan Nadia menggembungkan kedua pipinya hingga.

##

Biasanya tidak ada yang dapat mengganggu Nadia ketika dia sudah berada di perpustakaan. Tempat itu adalah tempatnya mencari dunia yang bisa dia bayangkan. Mengenai dunia dongeng dengan pangeran yang menyelamatkanmu dari naga yang mengembuskan api atau membangunkanmu dari tidur panjang. Dia penggila dongeng, bahkan dia memiliki kostum salah satu putri itu saat dia kecil.

Dia ingin menemukan pangeran berkuda putih yang akan menerima dia apa adanya. Atau lebih baik lagi, pangeran itu yang menemukan dia lalu mereka akan hidup bahagia bersama, seperti di dongeng.

Tapi kali ini, dunia dongeng tidak dapat membantunya mengalihkan pikiran dari Mahanta. Dia sedari tadi milirik jam di ponselnya, sudah pukul satu lewat beberapa menit tetapi batang hidung Mahanta tidaj juga terlihat.

(Dia)fragma [FIN] Where stories live. Discover now