1. Dera Gadis kecil yang malang

17.5K 581 17
                                    

PRANG!!!!!

Suara benda pecah itu memekakan telinga hingga membuat seorang gadis kecil yang tak tau apa-apa beringsut ketakutan dibalik tubuh ibunya.

"PERGI  !" suara bariton itu membentak dengan nada tinggi pada seorang wanita yang tak lain adalah istrinya sendiri

"TAPI AKU PUNYA HAK ATAS RUMAH INI  !"  jawab wanita itu lantang.

PLAK!!!

sebuah tamparan mendarat mulus dipipi kanan wanita itu dan membuat kedua bola matanya membelalak tak percaya.

"Mama" Lirih anak kecil dibelakangnya, mata anak itu sudah berkaca kaca melihat wanita yang ia sayangi ditampar didepan matanya sendiri.

"AAHH" anak itu menjerit kesakitan saat tubuhnya didorong dengan keras oleh sang mama hingga jatuh mengenai pecahan kaca yang tadi sempat dilempar sang papa.

"Oke, aku bakalan pergi. Tapi urus anak sialan kamu itu  !" Ucapnya lantang penuh penekanan sambil menunjuk kearah anak kecil yang masih menangis dengan tangan berlumuran darah.

"Enak aja, dia itukan anak kamu,  Gina! " Ucap reno yang tak lain adalah papa anak tersebut

"Aku  udah nasih semua hak rumah ini sama kamu Reno  ! Itu udah cukup adil buat aku hidup bebas tanpa anak sialan itu " ucap gina lantang lalu melenggang pergi meninggalkan suaminya yang menggeram kesal.

"Papa, sakit hiks" Dera kecil berkata lirih

"DIAM KAMU. ! GARA GARA KAMU SAYA HARUS MERAWAT ANAK TIDAK TAU DIUNTUNG SEPERTI KAMU! " bentak Reno kemudian pergi meninggalkan Dera.

Gadis kecil itu adalah Dera. Liana Derani Stevilla. Gadis kecil yang lahir dari keluarga kaya dan harmonis. Namun keharmonisan itu harus berakhir cepat saat masa lalu ayahnya datang menjadi benalu bagi keluarga Dera. Dera kecil yang malang harus merasakan perihnya menjadi korban broken home. Dera kecil yang bahkan tak mengerti inti permasalahan, dan Dera kecil yang bahkan tak tau dimana letak kesalahannya hingga ia harus tumbuh ditengah perihnya kehidupan,

"Non Dera " Seseorang memanggilnya lembut.

"Bibi  ? " itu adalah bi Inah, pembantu sekaligus pengasuh Dera sejak kecil, orang yang menjadi saksi Keharmonisan serta kehancuran keluarga ini.

"Non Dera obatin dulu yuk tangannya " Ucap bi Inah dengan mata berkaca-kaca. Bagaimanapun dera sudah ia rawat sejak kecil, melihat Dera seolah sedang melihat cerminan almarhum anaknya yang sudah tiada, hal itu membuatnya menyayangi Dera lebih dari sekedar nona majikan.

"Bi, sakit.... hiks" Ucap Dera sambil berbisik lirih.

"Iya mangkanya kita obatin dulu biar ngak sakit lagi yah  ?" Ajak bi Inah.

"Tapi lebih sakit yang ini " dera menunjuk dadanya yang seketika membuat bi Inah terkejut, dengan apa yang dera katakan. Gadis kecil nan polos itu seolah mengatakan seberapa besar rasa sakitnya, yang mungkin melebihi rasa perih dikedua telapak tangannya yang tersayat. Siapa yang tidak kaget mendengar anak kecil berumur 5 tahun berkata seperti itu dengan mata polosnya yang memancarkan ketidaktahuan tentang apapun.

"Non Dera jangan nangis, nanti bibi juga ikutan nangis" Ucap bi Inah sambil memeluk Dera penuh sayang, tak terasa air matanya pun ikut meleleh mendenggar lirihan isak tangis  dari bibir mungil Dera.

Bi inah kemudian menggendongnya menuju kamar , setelah sampai di kamar Dera, bi inah mencari kotak p3k lalu mengobati luka ditelapak tangan Dera. Andai luka dihati anak itu juga bisa diobati maka ia dengan senang hati akan mengobatinya, namun sayangnya, mungkin luka didada Dera lebih dalam dari pada pecahan kaca yang saat ini menusuk kedalam kulitnya.

"Bibi..." Panggil Dera dengan suara pelan.

"Hm?".

"Tadi  mama mau pergi kemana? " Bi Inah menahan nafas, bingung harus menjawab apa.

"Bibi juga gak tau non, mungkin nanti malem juga pulang" Alibinya.

"Mamah tadi yang dorong Dera loh bi" Ucap Dera, sedangkan bi Bnah hanya diam, ia tau hal itu, ia melihat pertengkaran itu dari awal hingga akhir. Ia melihat segalanya, ia melihat tuannya melembar guci itu hingga pecah, ia melihat nyonya besarnya ditampar dan yang paling menyakitkan adalah ketika ia melihat tubuh mungil Dera yang didorong oleh ibunya sendiri hingga kedua telapak tangannya tersayat pecahan guci tersebut.

"Bibi jangan pergi yah" Ucap Dera sambil memegang tangan kiri bi Inah dengan lembut, padahal tangannya sendiri masih terbalut perban. Bi Inah yang diperlakukan seperti itu merasa hatinya terenyuh, ia kembali mendekap Dera dengan penuh kasih sayang.

"Non Dera tenang aja,  bibi bakalan selalu adabuat nemenin non Dera" Ucapnya dalam dekapan Dera.

Bagaimana mungkin ada orangtua yang tega menyakiti putri kecil yang lemah lembut dan baik seperti Dera.

Gumam bi Inah dalam hati.

Bi Inah membelai rambut panjang dera dengan penuh sayang hingga pada akhirnya terdengar dengkuran halus dari mulut dera,hal sesederhana itu bisa membuat bi Inah yang melihatnya tersenyum, sepertinya Dera kelelahan, entah lelah karena menangis atau lelah dengan kehidupannya yang malang. Bi Inah mengecup lembut kening dera lalu beranjak keluar dari kamar itu dengan perasaan miris melihat gadis kecil dengan sejuta luka yang baru saja ia cium keningnya.

Saat keluar, Bi inah melihat tuannya masuk ke garasi dan mengeluarkan mobil kemudianpergi meninggalkan rumah itu, tapi, Bi Inah sudah tidak mau tau lagi dengan segala hal tentang tuannya itu setelah apa yang dilakukannya pada Dera.

Beberapa jam kemudian Dera terbangun dalam keadaan haus.

"bibi" Panggil Dera.

"Iya non, kenapa?  " Tanya bi Inah dengan nada lembut seperti biasanya.

"Dera pengen minum bi" Ujarnya dengan suara memelas.

"Bentar yah non, bibi bikinin dulu. Non mau minum susu atau air putih aja  ?"

"Aku mau minum susu bi " Kata Dera,

"Yaudah kalau gitu non tunggu dulu yah bibi mau bikinin non susu dulu"

Dera hanya mengangguk lalu setelah itu ia berlari menuju balkon kamarnya, menatap rumah kosong disamping rumahnya, namun tiba tiba lampu kamar yang ada didepan rumahnya itu menyala seolah ada penghuni baru di sana, Karena penasaran akhirnya Dera berlari keluar rumahnya, bi Bnah yang melihat hal itu langsung berteriak nyaring.

"NON MAU KEMANA  ?"

"MAIN" Jawab  Dera tak kalah nyaring.

Bi Inah tersenyum melihat tingkah polos Dera, padahal beberapa jam yang lalu ia baru saja menangis tersedu-sedu dan sekarang ia sudah kembali berlari dengan semangat seolah kejadian beberapa jam yang lalu hanyalah ilusi semata.

Dera kecil menatap penuh takjub kearah sebuah mobil truk yang terparkir didepan rumah kosong itu, ia memang tipe anak yang suka bermain tapi tidak terlalu jauh, paling hanya seputaran komplek rumah, itupun terbilang cuup jarang, ia lebih sering menghabiskan waktu bermainnya dengan bi Inah, jadi wajar jika melihat truk besar seperti itu adalah kejadian yang langka bagi Dera.

"Kamu siapa  ?"  Dera menoleh saat merasa ada yang menepuk pelan bahunya, ia melihat seorang anak laki-laki yang mungkin 2 tahun lebih tua darinya sedang tersenyum kearah dera dan Dera hanya menatap anak laki laki itu dengan mata polosnya lalu kemudian balas tersenyum. 

"Dera" Jawabnya  dengan nada antusias.

"Oh.... kenalin aku Bastian"

"Hai Bastian" Dera berkata dengan sangat ceria, ia akhirnya mempunyai teman selain bi Inah dan Bastian akan menjadi teman pertamanya dalam 5 tahun pertama kehidupan Dera di dunia ini.


Sad girlWhere stories live. Discover now