This feeling is strange.

12 0 0
                                    

"Permisi buk !"

Semua mata di kelas tertuju sama seorang cewek yang menyandang tas hitam export sambil ngos-ngosan berusaha mengatur nafas sampai tenang. Kelas mendadak hening. Kemudian terdengar suara memecah keheningan kelas sekali lagi. 

"Buk maaf bu... saya terlambat, saya tadi nganterin orang tua saya yang mau berangkat haji"

Ibu itu menatap Arel tajam.

"Bukan kamu kan yang naik haji ? Ngapain kamu yang repot sampai telat gini ?" Jawab ibu itu ketus sambil melihat jam. 

"Tapi orang tua saya buk, sekarang berangkat hajinya" Alasannya. 

"Oh yaudah .. tapi jam ibu udah hampir habis. Ini tinggal 10 menit lagi. Seharusnya kamu masuk setelah ibuk keluar aja, ya ?"

"Jangan buk .. sekarang aja saya masuk ya bu.. tolong ?"  

Telapak tangannya refleks menyatu didepan dada memohon. Beliau mengangguk pelan dan mempersilahkan masuk dan Arel langsung menuju bangku tempat duduknya. Arel menyusuri gang tempat duduknya dengan Berliana. Sahabatnya, yaa bisa dibilang begitu dahulunya, tapi sekarang sepertinya tidak se-dekat dulu sejak Liana sudah main dengan teman-teman barunya dan Arel main sama Ivan dan Dito. Sejauh ini sih , Arel ga ambil pusing dia mau main sama siapa saja. Tapi, dia gak yakin duduk dengan liana akan baik-baik saja. Arel duduk tanpa berbicara sepatah katapun, tangannya langsung meraih LKS biologi dan pena didalam tas. 

"Kalo lo datangnya telat .. lo kan bisa chat gue Rel" Basa-basi Liana. 

"Maaf .. tapi tadi gue keburu, ga sempat ngecek hape" Jawabnya singkat

Dia langsung membuka LKS Biologi dan mengerjakannya cepat. Tiba-tiba  suara asing yang lumayan Arel kenal ngomong ke arah Arel. 

"Rel.. beneran bundanya pergi haji ?" Kata orang dibelakang tempat duduk Arel.  Arel spontan balik badan.

"Iya, loh kok lo duduk disini ?" Jawab Arel singkat tak percaya sambil mengatur wajah agar sejutek mungkin.

"Iya kan lo deket sama si Ivan tuh. Trus gue duduknya mau sama si Ivan doang. Yaudah gue pilih tempat duduk dibelakang elo aja .. Gapapa kan ?" Dia mengangkat alisnya dua kali.

Arel sontak senang tapi masih berusaha mengatur wajah agar terlihat datar sebisa mungkin.

Arel mengangkat bahu, "Oh gitu .. ya gapapa sih asal lo mau ngasih gue contekan" Kata Arel sambil tertawa tipis.

"Tenang .. kita kerjasama yak .. nih gue kasih contekan isi LKS Biologi yang disuruh ibuk ngerjain tadi" Sambil menunjuk LKS nya

"Lo serius nih ?" Jawab Arel masih belum percaya apa yang terjadi sekarang.

"Gue serius... !"

"Ya Allah, thankyou ya !"

"Cepet kerjain , jam udah mau habis .. LKS bakal dikumpulin sekarang loh !"

Arel baru sadar tugas ini harus dikumpulkan sekarang. Bahkan Liana teman sebangkunya tidak mengatakannya. Arel spontan mengambil LKS Adit dan mengerjakan secepatnya. Fokus Arel cuma tertuju pada tugas, tapi kepala masih menerawang tidak percaya apa yang terjadi barusan. "Dia milih duduk dibelakang gue? Dia ngasih gue contekan ? Ya ampun.! Gue gak mimpi nih ?" Berselang tujuh menit perintah mengumpulkan pun terdengar. Arel menoleh kebelakang melihat Adit  agak gelisah. 

"Bentar ya Dit, dikit lagi siap kok .. Kalo lo mau ngumpulin duluan nih gapapa" Kata Arel khawatir. 

"Gapapa Rel .. lanjutin aja cepet ..." Jawabnya. 

 Arel menambah kecepatan menulisnya, hingga ibu guru sudah terlihat mau keluar dari kelas. Ibu guru pun sudah mulai beranjak dari tempat duduknya. Arel langsung menutup LKS miliknya dan milik Adit lalu berlari kearah guru yang sudah berada di pintu kelas.  LKS pun berhasil diberikannya. Arel kembali ketempat duduknya. Langsung menoleh ke belakang. 

"Maaf Dit ... gue ngerepotin lo ..."

"Santaaaai... yang jelas LKS lo dan LKS gue kan udah dikumpul. Selesai kan ?" 

"Selesai sih, tapi acak-acakan"

"Ya wajarlah ..."

*hening 

Arel membalikkan badan. 

" Orang tua gue juga berangkat haji tahun ini loh ..." Tukasnya. Arel spontan membalikkan badan lagi. 

"Trus kenapa lo masih disini ? Ngga ngiringin orang tua mau pergi ?"

"Ya ., soalnya orang tua gue kloter dari agam. Jadi berangkatnya sekitar semingguan lagi"

Arel mengangguk sekenanya

"Sepi dong .. ngga ada orang tua di rumah ya. Kerasa banget orang tua kalo mau pergi gini" lanjutnya.

"ya gitu. Gue jadi galau nih"

"Ntar kalau dijalani, sebulan lebih itu ga bakal lama kok" Dia tersenyum. Maaaniiiss banget. Arel mendadak melting

"iya makasih ya Dit ..." Jawabnya singkat

Adit mengepalkan tangan dan mengangkatnya mantap.

"Semangat pasti bisa!"

"Thankyou ya !"

Arel membalikkan badannya lagi kearah depan kelas. Senyum tersungging di ujung bibirnya.Arel nyengir-nyengir ga karuan. 

"Gue ini kenapa sih ? Kok jadi aneh gini?" tanyanya dalam hati. Liana pun menyadari gerak-gerik Arel setelah ngomong dengan Adit barusan. Dia membisik Arel pelan

"Rel .. lo suka dia ya ?" Tanya Liana 

"Nggak kok " Bantahnya.

"Trus ngapain lo senyum-senyum ?"

"Ya lucu aja sih, temen sebangku gue yang udah sahabatan sama gue sejak TK ga bantuin gue.. orang yang gue baru kenal malah bantuin " Tepisnya. Kebetulan Arel menyadari momennya tepat. 

"Jadi lo marah nih ?"

"Gak sih, cukup tau aja ..."

"Tapi Rel -----"

Guru jam pelajaran selanjutnya sudah berdiri didepan kelas sambil melihat kami berbicara. Liana spontan berhenti bicara. Pelajaran kedua dimulai, Arel perlahan menyadari  Liana kini makin asing, Adit malah mendekat. Apakah ini skenario Allah yang tidak membiarkan gue dikelas ini sendirian ? Arel berdoa dalam hati 

"Terimakasih ya Allah ... engkau telah memperjelas semuanya"


*** 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*** 

Antara Liana dan Arel sebenarnya saat itu sudah bisa dikategorikan toxic friendship. Ketika Liana lebih memilih teman-temannya dibanding Arel yang bahkan sahabatnya dari TK, dan Arel yang lebih memilih teman barunya dibanding Liana. Arel merasa lebih lega ketika tidak didekat Liana atau mungkin sebaliknya juga merasa seperti itu.Sebenarnya ada rasa cemburu diantara mereka kenapa satu sama lain tidak bisa sebahagia itu dibanding didekat mereka. Sehingga, ketika dikelas yang dekat cuma tempat duduknya, tanpa canda tawa seperti dulu. Diam menjadi pilihan, berbicara pun terasa makin berat.  So ... ngerasa kan gimana posisi Arel saat itu ?

Pantengin terus yaaaa .... See you next week :) 

Your Secret Admirer DiaryWhere stories live. Discover now