25. Hati

14.9K 1.8K 646
                                    

RENJUN mencoba mengsugestikan dirinya kalo semuanya baik-baik aja meski kenyataannya engga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RENJUN mencoba mengsugestikan dirinya kalo semuanya baik-baik aja meski kenyataannya engga. Banyak hal yang engga baik-baik aja, contohnya kayak apa yang terjadi didepannya sekarang. Dia kira hal ini gak bakal dia lihat lagi, tapi apa? Belum ada dua minggu tinggal sama kedua orang tuanya, sekarang dia malah ngelihat kejadian yang dulu pernah terjadi, kayak dejavu.

Ayahnya nampar ibunya. Dan ibunya yang nangis teriak-teriak pilu tentang hal yang engga dia mengerti.

Renjun capek, serius. Dia pulang ke rumah cuma pengen istirahat dan tidur bukan pengen ngelihat kejadian sialan yang sekarang malah terpaksa dia lihat lagi. Menghela napas lelah, badannya berbalik. Kayaknya dia harus nyari tempat buat tidur malam ini.

"Mau kemana kamu Renjun? Mau kelayapan lagi?"

Suara berat dengan intonasi datar itu bikin langkahnya terhenti paksa, Renjun berbalik dan nemuin ayahnya yang terlihat kesal sedangkan ibunya lagi nangis sesenggukan terduduk diatas sofa.

Sudut bibirnya terangkat, "mau ngewe anak orang. Kenapa? Mau ikutan?"

Yeah dan kejadian selanjutnya udah Renjun prediksi bakal terjadi, tapi tetep aja dia kaget dan gak siap saat ayahnya jalan cepat kearahnya dengan wajah marah, ngelayangin tamparan ke pipinya.

Shit, anjing! Rasa sakitnya gak main-main, kepalanya langsung terlempar ke samping bahkan Renjun bisa ngerasain darah dimulutnya, belum lagi kepalanya yang langsung pusing, tamparan ayahnya masih sama kayak dulu ternyata.

"Lihat ini anak kamu, lihat! Kecil-kecil udah ngelakuin hal bejat, gimana kalo dia bikin hamil anak orang?!"

"DIA JUGA ANAK KAMU!"

Renjun ngusap sudut bibirnya yang berdarah, penglihatannya agak memburam sesaat karena tamparan itu. Tapi hal sialan yang bikin dadanya kerasa sakit adalah kedua orangtuanya yang saling teriak lagi tepat didepannya.

Serius, kenapa sih sama orang dewasa? Kalo gini caranya Renjun gak mau menikah dan punya anak.

"Iya, iya, gue mah bukan anak kalian, gue anak jin tomang, puas?!"

Begitu selesai ngomong, Renjun langsung pergi dari rumah sialan itu. Dia lari dan ngendarain motornya pergi dari sana gak ngepeduliin teriakan ayahnya yang nyuruh dia balik. Dih, enak aja, yang ada pipinya bakal kena tamparan lagi.

Winwin bohong, katanya mereka udah berubah dan gak bakal ngelakuin hal kayak dulu lagi, tapi apa yang Renjun lihat sekarang?

Mereka masih sama. Mereka gak berubah.

Ditengah motornya yang melaju kencang, tanpa sadar air matanya ngalir, Renjun terbahak. Kenapa hidupnya jadi nambah kacau gini? Kapan semua masalah sialan ini pergi? Renjun cuma pengen hidup tenang, apa itu berlebihan buat pendosa kayak dia ini? Renjun gak minta hidupnya bahagia, dia gak minta apa-apa, dia cuma pengen hidupnya tenang tanpa semua gangguan dan masalah yang bikin kepalanya pusing.

Animals [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang