'AOM; 35'

135K 14.5K 5.5K
                                    

"Dapatkah aku memeluknya?
Menjadikan bintang di Surga
Memberikan warna yang bisa men-"

"DIPO!!!" Kompak seluruh perempuan di kelasku.

Cowok yang sudah menanggalkan seragam batiknya dan menyisahkan kaos hitam polos juga celana kain berwarna putih itu menampakkan muka mengejeknya.

Tidak, kami tidak masalah ia bernyanyi di dalam kelas namun volume suaranya yang tidak manusiawi benar-benar mengganggu.

Untuk ukuran aku beserta teman-teman kelasku yang cewek. Dipo ini akan didefinisikan sebagai laki-laki bobrok, gila dan konyol. Namun, di luar dari lingkup ini, definisi semacam itu sepertinya tidak berlaku untuknya.

Dipo yang pendiam.

Iya.

Aku rasanya ingin tertawa mendengarnya. Namun, kenyataannya memang seperti itu. Dipo ini hanya mengeluarkan kegilaannya sama yang sudah dekat saja.

Selain itu, dia juga suka risih orangnya.

"Dip!" Jessica memanggil.

"Semalam gue liat lo."

Dipo mengernyit. "Di mana?"

"Lampu merah."

"Sialan! Bangsat lu, gue kutuk Reindra jadi shaun the sheep tau rasa lo."

Jessica memeletkan lidahnya. Kini, cewek itu memilih berbalik ke arahku dan Ghea tak lupa pula menarik Cani untuk ikut berbalik. Kebiasaan kalau hendak memulai gossip.

Cewek blasteran yang menyandang status sebagai pacar seorang Reindra Prakarsa itu mengeluarkan ponselnya. Kemudian, memperlihatkan foto seorang cewek yang harus kuakui sangat cantik.

"Rein kayaknya lagi deket sama dia." Sebenarnya Jessica memang lebih suka memanggil pacarnya itu dengan panggilan Rein. Panggilan kesayangan katanya karena, keluarga cowok itu juga kerap memanggil seperti itu.

"Ha?!" Kompak kami bertiga yang mampu memancing amarah penghuni kelas ini. Setelah mengucapkan maaf dengan wajah penuh rasa bersalah yang dibuat-buat, Jessica lanjut memberitahu kami.

Perlu kalian ketahui, kami amat terkejut karena ini seorang Reindra, loh. Reindra! Yang tidak banyak omong!

"Gue pernah dapet nih cewek ngedm Rein. Pas gue mau cek, dmnya udah gak ada kayaknya Rein udah ngehapus." Kulihat ada sesuatu yang berbeda dari nada bicara cewek itu. "Rein juga kayak berubah gitu. Dia emang gak banyak bicara biasanya tapi belakangan ini makin-makin gak jadi irit bicara."

"Lo udah coba tanya ke dia?" tanya Cani.

"Keadaannya yang kayak gitu ngebuat gue jadi takut buat nanya lebih," pungkasnya. Mimik wajah Jessica berubah makin sendu.

Di antara kami berempat yang dicap cool tapi ngena itu Ghea, Cani kalem, aku tengah sedangkan Jessica mendapat bagian bar-barnya. Jadi, kalau Jessica yang mengalami kesedihan rasanya memang ia sedang benar-benar sedang terpuruk.

Sebulir air matanya menetes begitu saja. "Gue takut Rein udah gak sanggup ngadepin sikap gue yang kayak gini. Dia kayaknya capek deh."

Kuelus bahunya. "Reindra gak mungkin kaya gitu kali, Jes."

"Besok gue harus nerima kabar kalau lo udah bicara baek-baek sama dia," ujar Ghea. "Biar gak sembarang menyimpulkan."

Pintu kelasku yang terbuka lebar menampakkan Mario, Reindra, Billy dan Alastair. Hanya saja yang memunculkan seluruh badannya hanya Mario dan Reindra. Alastair dan Billy hanya kulihat dari celah-celah badan kedua sahabatnya.

Alastair Owns MeWhere stories live. Discover now