Bagian 33: Fakta (2)

335 29 0
                                    

Bagian 33. Fakta

Adakah yang kesian liat Thalia di chapter 32? :')

Happy reading, makasih buat 800 readersny:)
Semoga baca sambil vote yaaa, jangan bosen, tetep tunggu aku update wkwk.

Selamat membaca !

_________________________________

Perihal hubungan, aku tak bisa memaksa. Ah sudahlah, biarlah ini menjadi rasaku, bukan rasamu.

_________________________________

RINA mengusap keringat yang berasal dari pelipisnya. Kemudian gadis itu menoleh kearah Nanda yang datang dan langsung duduk disebelahnya.

“Lo kenapa duduk disini?” tanya Rina keheranan.

Nanda menoleh sejenak lalu mengelus lengannya sendiri. “Kenapa? Nggak boleh?” ujarnya sarkas.

“Apaansih lo! Baper!” ejek Rina kemudian mendengus kesal.

Nanda hanya diam, kemudian ia duduk menghadap Rina sepenuhnya. “Rin, menurut lo, gue berlebihan gak selama ini?”

Rina mengernyitkan alisnya, “apa? gimana-gimana? Gue gak ngerti apa yang lo omongin,” balasnya.

Nanda menghela nafasnya sebentar. “Maksud gue, apa selama ini sifat gue ke Damian berlebihan? Ah, apa gue terlalu nempelin Damian terus?” tanya Nanda.

Sebelum menjawab, Rina bertanya. “Lo kenapa nanya kayak gitu? Damian risih kalau lo deketin dia terus? Ah gak mungkin Nda. Selama ini kan, Damian nggak keliatan keberatan kalau lo selalu ada disamping dia.” jawab Rina kemudian.

“Iya, itu seperti yang lo liat.”

“Apasih maksud lo? Gue gak ngerti. Ngomong jangan setengah-setengah dong!” ujar Rina kesal.

Wajah Nanda cemberut. “Ih, maksud gue, itu kan dari sisi pandang kita. Damian memang gak keberatan kalau gue ikut sama dia terus..”

Sebelum Rina menyambung perkataannya, Nanda lebih dulu memotong. “Kita nggak tahu kan, dibelakang Damian gimana. Kita juga nggak tahu kan kalau Damian merasa risih?”

“Secara hubungan. Gue memang benar jadi pacarnya dia. Tapi gue nggak berhak kan selalu nempelin dia kemana-mana.”

Rina diam, baiklah, dia mengerti kemana arah pembicaraan Nanda saat ini.

“Apalagi, kita nggak tahu pikiran anggota BARTØL kalau gue selalu ikut dia kemana-mana.” sambung Nanda diakhir kalimat dengan nada lesu.

”Maksud lo?”

Nanda menatap kearah Damian yang sedang sibuk membantu para anggota OSIS untuk menyusun beberapa hiasan yang digunakan pada acara nanti. “Hmm, kemarin kan sebelum gue berantem sama dia. Damian ngajak gue ke cafe, ternyata disana ada anggota BARTOL juga.”

“Gue nggak tahu mereka ngapain ngumpul bareng-bareng, tapi jelas banget ada hal penting.”

“Dan, gue juga merasa kalau anggota BARTOL kurang suka kalau gue terlalu ikut campur masalah Damian..” keluh Nanda.

SAMUEL (On Going) Where stories live. Discover now